Wednesday, April 4, 2012

Komunikasi : Antara self aware and self consciousness.

"A world community can exist only with world communication, which means something more than extensive short-wave facilities scattered; about the globe. It means common understanding, a common tradition, common ideas, and common ideals." - Robert M. Hutchins

Saya rasa hal terpenting untuk kita bisa meningkatkan performa kita dalam kehidupan salah satunya adalah dengan berkomunikasi. Kita semua berkomunikasi. Baik dengan sesama, binatang, Tuhan, alam, bahkan diri sendiri.

Kita berkomunikasi di lingkungan, keluarga, sekolah, pekerjaan, kantor, di kehidupan sosial. Sadar tidak sadar, komunikasi yang efektif adalah sebuah komoditi yang sangat berharga dalam setiap organisasi. Ide-ide yang sempurna atau pun inisiatif yang aktif apabila tidak pernah dikomunikasikan hasilnya akan tetap saja nol besar.

Banyak pemimpin mengetahui akan hal ini dan mereka sadar akan hal ini. Permasalahannya masih banyak perusahaan atau gereja yang masih terombang-ambing karena para pekerja di perusahaan atau jemaat di gereja tidak mengerti arti pesan dari apa yang disampaikan oleh para pemimpin mereka.

Pertanyaan standarnya adalah ini "Apa sih yang dibicarakan? Apa sih yang ingin disampaikan?" Cukup banyak saya temukan banyak jemaat yang tertidur ketika pemimpin gereja menyampaikan pesannya. Cukup banyak saya temukan para bawahan sibuk berbicara sendiri atau tidak memperhatikan secara fokus apa yang disampaikan oleh pemimpinnya. Mereka hanya hadir secara jasmani, namun secara pikiran dan fokus mereka terpecah belah.

Menurut saya, pemimpin yang benar tidak akan cukup hanya sampai di pertanyaan "Apakah yang akan saya katakan akan diikuti oleh orang-orang yang mendengar saya?" Melainkan, mereka akan masuk lebih dalam dari pertanyaan itu dan menanyakan pertanyaan lain, "Apa yang mereka dengar?"

Para pemimpin sudah seharusnya mengambil tanggung jawab tidak hanya untuk pesan yang mereka ingin sampaikan, tetapi juga bagaimana cara pesan itu diterima oleh bawahan atau orang-orang yang mengikuti mereka.

Hal ini yang membedakan antara para pemimpin yang memiliki visi dan para pemimpin amatiran. Banyak pemimpin amatiran berkata "Saya sudah mengatakan itu kepada mereka. Hanya saja, mereka tidak mendengarkan." Perkataan ini tentu sudah melenceng dari jalur semula karena tujuannya bukanlah untuk sekedar mengantarkan pesan.

Kenapa? Karena apabila Anda hanya mengantarkan pesan saja, siapapun bisa melakukannya. Mulai dari anak kecil di ruang belajar sampai dengan para pejabat tinggi semua bisa mengantarkan pesan. Tetapi untuk supaya pesan itu secara pasti disampaikan secara benar-benar diterima, dimengerti, dan direspon, hanya pemimpin yang memiliki visi yang akan memastikan visi yang dilontarkannya sejalan dengan para pengikutnya.

Terlepas dari apakah Anda mengatakan pesan tersebut menentukan atau tidak, memberikan dorongan atau tidak, atau mungkin mengkoreksi atau tidak. Semua tergantung dari si penerima pesan apakah mereka mendengarkan pesan tersebut atau tidak, apakah mereka mengerti pesan itu atau tidak, dan apakah pesan tersebut memiliki kemampuan untuk mampu mewujudkan visi, disinilah letak perbedaan itu akan terjadi.

Apabila orang-orang yang mengikuti Anda tidak mengerti pesan yang ingin Anda sampaikan, Anda harus melakukan strukur ulang terhadap struktur komunikasi Anda. Atau mungkin Anda harus menemukan berbagai cara lain untuk menyampaikan pesan Anda agar bisa terus berkomunikasi lebih baik dari cara Anda yang terakhir agar pesan tersebut dapat diterima secara akurat.

Saya melihat di lingkup pekerjaan saya bahwa pesan-pesan yang diberikan oleh atasan saya jelas TETAPI dia tidak hanya berhenti sampai disana. Dia MEMASTIKAN saya mendapatkan pesan tersebut, mengerti inti dan tujuan dari pesan tersebut, serta merespon kepada pesan tersebut. Terdengar sepele mungkin, namun nyatanya ada begitu banyak pemimpin di luar sana yang tidak menjalankan hal yang sepele ini. Mereka hanya sibuk menebar pesan, tetapi tidak memastikan validasi dari pesan tersebut kepada orang yang menjadi penerima pesan.

Ya, benar. Hal tersebut akan membutuhkan pekerjaan ekstra dan kesabaran yang luar biasa. Tetapi inilah yang harus dilakukan oleh para pemimpin. Tugas Anda belumlah selesai sampai semua orang yang mengikuti Anda mendengar, mengerti dan merespon pesan yang sama persis Anda lontarkan di awal.

Sebagai pemimpin atau pemberi visi, pastikan Anda selalu menanyakan kepada orang yang mengikuti Anda hal ini. "Apa yang mereka dengar?" Karena hal komunikasi bukan selalu tentang Anda.

Pemimpin yang benar akan berusaha untuk melihat hal dari kedua sisi koin. Karena pemimpin pun terkadang memiliki keterbatasan. Tidaklah salah untuk seorang pemimpin mengetahui keterbatasannya. Pengujian kelayakan atas diri sendiri atas apa yang Anda bisa dan tidak bisa Anda lakukan adalah sebuah hal yang baik dan benar.

Kenyataannya justru apabila Anda tidak menyadari hal ini, konsekuensi yang Anda terima mungkin akan cukup buruk (dalam hal kepemimpinan Anda dan panggilan hidup Anda). Jadi evaluasi diri sangatlah penting dalam hal ini juga.

Sebuah mindset yang dapat membantu kita untuk berjalan di titik yang kita mau adalah sadar bahwa ada perbedaan antara self aware (kewaspadaan diri) dengan self-conscious (sadar diri)

Kewaspadaan diri (self aware) adalah posisi / keadaan dimana seseorang mengakui ketidakmampuan / keterbatasan mereka. Ini adalah posisi dimana seseorang menyadari bahwa kekuatan Tuhan dapat bekerja melebihi kelemahan mereka.

Sedangkan seseorang yang self-conscious adalah seseorang yang dikontrol / tidak berdaya karena diri mereka. Mereka terlalu terfokus pada kelemahan mereka sehingga mereka tidak dapat mengenali atau sadar bahwa ada kekuatan lain yang lebih besar daripada kekuatan mereka sendiri yang dapat membantu mereka.

Jadi, dimanakah posisi komunikasi Anda saat ini? Sudahkah Anda memberikan pendengar Anda sebuah visi, tujuan, dan juga posisi yang sama sehingga Anda dan mereka bisa bersama-sama menggandengkan tangan untuk menggapai tujuan yang sama?

No comments:

Post a Comment