Friday, June 8, 2012

Met My Blind Newborn Puppy : Rudolf.

I Believe that every animals can communicate quite well. And they do. - Tre Haushinka

Lihat foto di sebelah dan kenalkan anak anjing saya. Namanya Rudolf. Usianya baru sekitar 3 minggu saat ini. (baru saja saya mengambil fotonya)

Sejak pertama kali lahir dari induknya, saya dan keluarga menyadari bahwa Rudolf jarang sekali bergerak. Berbeda dengan 3 anak anjing lainnya yang sudah bisa bergerak kesana kemari atau setidaknya membuat suara "nguik-nguik", Rudolf tetap saja diam.

Menyadari ada keanehan, kakak saya dan saya bergegas membawa Rudolf untuk diperiksa. Dan hasilnya cukup mengagetkan bahwa Rudolf ternyata tidak memiliki bola mata alias cacat buta permanen sejak lahir.

Tentu, kami sekeluarga sedih sekali. Apalagi melihat Rudolf sering sekali menabrak segala sesuatunya saat dia berjalan. Dan terkadang ia susah sekali untuk bisa menyusu kepada induknya. Tidak terbayang bagaimana nanti ketika Rudolf sudah agak besar. Bisakah dia melihat makanannya nanti? Apakah nanti ketika kami memanggilnya, dia bisa tidak menabrak sana-sini? Entahlah.

Terkadang saat saya menaruh Rudolf di atas ranjang saya untuk bermain dan melihat dia mengendus-ngendus atau mencoba menggigit ekornya, saya merasa sedih. Benar-benar sedih. Sehingga akhirnya saya bermain dengan Rudolf saja untuk menghilangkan kesedihan saya. Saya biasanya membiarkan dia megiggit jemari saya dan dia pun tidak mau melepaskan jemari itu. Sungguh lucu melihatnya. Dalam hati saya sempat bertanya kepada Tuhan, kenapa di dunia ini perlu ada perbedaan. Tetapi apa pun itu, saya yakin ciptaan Tuhan tidak pernah tidak memiliki arti.

Saya yakin ada banyak binatang lain yang dibuang dan disiksa oleh manusia karena alasan bosan, mengganggu, iseng, tidak mau mengurus, dan alasan lainnya. Sama seperti anak haram, anak tersebut dibuang, tidak diinginkan dan terkadang dibunuh untuk meringankan beban. Namun bagaimanapun keadaan Rudolf, kami sekeluarga sepakat untuk membesarkan Rudolf walaupun dia tidak bisa melihat, kami yakin pasti Rudolf memiliki kelebihan lain, entah fisik yang lebih kuat atau penciuman yang lebih hebat ketimbang anjing lainnya. Apa kelebihan Rudolf, kami belum tahu. Satu hal yang pasti, Rudolf adalah anggota keluarga kami sekarang.

Melihat keadaan Rudolf, setidaknya membuat saya bersyukur saya bisa melihat. Tidak ada yang kurang dengan diri saya. Saya lahir secara sehat hingga hari ini.
Melihat keadaan Rudolf, saya menyadari pasti sungguh berat menjadi orang tua dari anak yang memiliki kecacatan fisik seperti kebutaan seperti Rudolf. Betapa saya memberikan simpati saya dan juga dukungan saya kepada para orang tua yang mau dan sabar membesarkan anak mereka yang memiliki kecacatan fisik. Lima jempol untuk Anda sekalian para orang tua.
Melihat keadaan Rudolf, saya yakin Rudolf akan menjadi seekor anjing yang luar biasa. Yang tidak kalah dengan anjing sehat lainnya.

Ada sedikit cerita yang akan saya berikan untuk Anda. Saya mengutip cerita ini dari tempat lain, Judulnya :

Harga Anak Anjing yang cacat.
Di sebuah toko hewan yang menjual berbagai jenis anjing peliharaan, terpajang sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa ada beberapa anak anjing berusia sebulan yang siap dijual. Melihat pengumuman itu, seorang anak laki-laki, masuk ke dalam toko kemudian bertanya, “Berapa harga anak anjing yang Anda jual?” kemudian sang pemilik toko menjawab, “Satu anak anjing bisa diberi harga 500 ribu sampai 700 ribu rupiah,”

Anak laki-laki itu kemudian mengambil beberapa lembar uang yang ada di dalam saku celananya, “Uangku hanya lima puluh ribu, apakah aku boleh melihat-lihat anak anjing yang Anda jual?”

Pemilik toko anjing itu tersenyum dan tidak keberatan, dia segera bersiul dan muncul beberapa ekor anjing yang berlarian menuju sang pemilik toko. Dari beberapa ekor anak anjing tersebut, ada salah satu anak anjing yang berjalan sedikit pincang dan tertinggal di belakang. “Anak anjing itu kenapa?” tanya sang bocah.

Sang pemilik toko kemudian menjelaskan bahwa anak anjing itu memang mengalami cacat fisik sejak lahir, pada salah satu kaki belakangnya. “Kalau begitu, aku mau membeli anak anjing itu,” kata sang anak laki-laki. “Aku sarankan agar kau tidak membeli anak anjing cacat itu, tetapi kalau kau menginginkannya, aku akan memberikan secara cuma-cuma,” ujar sang pemilik toko.

Wajah anak laki-laki itu tampak kecewa. “Aku tidak mau kalau Anda memberikan anak anjing itu secara cuma-cuma. Sekarang saya hanya punya uang lima puluh ribu, aku akan mencicil membayarnya dengan uang sakuku,” ujarnya dengan suara yang yakin dan mantap. “Nak, kenapa kau ingin membeli anak anjing cacat itu? Dia tidak bisa berlari dengan cepat, tidak bisa melompat dengan gesit dan bermain seperti anak anjing lainnya,” ujar sang pemilik toko.

Setelah terdiam beberapa detik, anak laki-laki itu menarik ujung celana panjang yang dia pakai. Tampak sepasang kaki yang terbuat dari bahan metalik, sepasang kaki palsu. “Aku juga tidak bisa berlari dengan cepat, tidak bisa melompat dengan bebas seperti anak-anak lainnya. Karena itu aku tahu bagaimana rasanya, dan anak anjing itu membutuhkan seseorang yang mengerti bagaimana rasanya menjadi sosok yang–aku lebih suka menyebutnya spesial dibandingkan cacat,” Pemilik toko langsung terharu dan mengatakan, “Aku akan berdoa agar anak-anak anjing yang lain bisa memiliki majikan sebaik dan sehebat dirimu, nak.”



-----------------------------------------------

Saya akan mencoba mengupdate postingan blog tentang Rudolf ini atau mungkin memposting foto-foto terbaru tentang Rudolf lewat twitter. Untuk teman-teman yang memiliki simpati terhadap Rudolf, saya ucapkan terima kasih banyak yah dan untuk teman-teman yang sudah memiliki teman piaraan di rumah, jangan lupakan mereka ya. Mereka butuh kasih sayang kalian juga. Tuhan Yesus Memberkati.

2 comments:

  1. saya sangat menghargai anda karena mau memelihara hewan cacat. saya pun pernah memelihara Iyung, kucing yang buta dan menderita epilepsi. Iyung bukan kucing ras yg bagus, tapi hanya anak kucing kampung biasa berwarna loreng abu-abu.Kami memungutnya di jalan waktu kami lihat dia cenderung ke tengah jalan dan tidak bisa ke pinggir waktu digelandang induknya. Sering dia tercebur kolam atau menabrak tembok waktu ia berlari.Juga sering tiba-tiba ia menjerit dan menggelepar sampai keluar kotoran.Akhirnya kami tahu bahwa ia bukan saja buta tapi juga epilepsi.Kami memeliharanya dengan penuh kasih sayang sampai akhirnya Iyung meninggal pada usia 7 bulan setelah 2hampir 1 bulan dirawat di dokter hewan . Tiada hari tanpa membesuk Iyung pada saat ia dirawat. Di klinik pun perlakuan untuk dia spesial.Namun akhirnya Iyung kami tercinta meninggal setelah sakit kena serangan jantung akibat epilepsinya.Semua yang terbaik kami berikan padanya selama ia hidup. Pengobatan, makanan, vitamin, kandang yg terbaik dengan bantal di sekelilingnya supaya tidak luka kalau epilepsinya kambuh. Iyung tetap di hati kami.
    (matahariagusta8@gmail.com)

    ReplyDelete
  2. Ini cerita tentang anak kucing kampung yang ditolak induknya.
    Suatu hari setelah hujan ibu saya mendapati 3 ekor bayi kucing di depan rumah kosong sebelah rumah kami.Ketiga kucing mungil yang telinga dan matanya nya masih tertutup itu basah kuyup tersiram hujan.Kira-kira bayi2 kucing itu berusia kurang dari 2 minggu.
    Ibu segera mengeringkannya dan menaruhnya di rumah kosong itu dengan harapan akan diambil oleh induknya.Keesokan hari baru kami tahu bahwa yang menaruh bayi2 kucing itu dipinggir jalan itu adalah tetangga depan rumah kami.Katanya, ada induk kucing menaruh anak-anaknya di kamarnya,lalu mereka taruh di pinggir jalan supaya dipindahkan induknya.Tetangga kami itu memang tak menyukai hewan. Kami memeriksa bayi-bayi kucing di rumah kosong ternyata masih ada, tertidur pulas.Lalu kami taruh lagi dalam kardus di depan rumah supaya diambil induknya.Ketahuanlah bahwa induknya adalah si Dawul,kucing liar yg biasa kami beri makan. Kami perhatikan Dawul mengendus bayi-bayi kucing itu sambil mengeong-ngeong tapi tidak dibawanya pergi. Kelihatannya ia ragu itu bayinya. Memang setahu saya ,bayi kucing atau bayi anjing yang telah kena air, tidak lagi dikenali oleh induknya, karena induk hewan tidak lagi bisa mencium bau anak2nya .Itu sebabnya Dawul tak mau menyusui anak-anaknya lagi.
    Kami coba membujuk Dawul untuk membawa bayi2nya ,tapi tak berhasil.Ia hanya berputar-putar saja di situ. Dua hari tidak minum susu membuat bayi2 kucing itu menangis kelaparan. "Miuww..miuww...miuuww..."begitu jerit mereka dengan nyaring. Kami tak tega dan memutuskan memelihara bayi2 mungil itu walau belum pernah punya pengalaman merawat anak kucing usia kurang dari 2 minggu.
    Kami ingin menitipkannya di klinik hewan tapi mereka keberatan karena masih terlalu kecil dan perawatannya cukup sulit.
    Akhirnya kami rawat ketiganya, diberi susu SGM 1,diberi dot khusus bayi kucing. Kami taruh dalam kardus beralas kain di kamar yang hangat. Tapi karena memang belum berpengalaman, 2 bayi kucing mungil itu meninggal 2 minggu kemudian karena mencret. Sisa satu, dan kami bertekad menyelamatkannya.
    Si anak kucing ini diberi lampu penghangat dan dibawa ke kamar tidur kami untuk memudahkan pengawasan 24 jam. Suatu ketika dia mencret, kami beli obat sirop antibiotik khusus dari dokter hewan dan meminumkan padanya pakai bekas suntikan yg jarumnya dibuang. Pemberian susu kami stop dahulu dan diganti cairan elektrolit Renalyte (biasa digunakan untuk diare) yg kami beli di apotek.Renalyte ini setara dengan cairan infus.
    Syukurlah walau bukan susu, si bayi kucing tetap meminumnya dengan lahap.Hampir seminggu kami rawat sampai sembuh dan pub-nya kembali normal.
    Karena ia lincah, si kucing kecil yang berwarna belang abu-abu campur putih ini diberi nama si Kancil.
    Kami sempat kuatir karena tubuh Kancil kecil sekali,seperti tidak berkembang normal di usia hampir 2 bulan,walau tampak lucu seperti kucing mini. Kami konsul ke dokter hewan yang menganjurkan Kancil mulai diberi makanan padat.
    Pertama-tama kami memberinya ayam rebus, dan Kancil melahapnya. Kami juga menambahkan vitamin bentuk pasta merk Nutriplus gel yang selalu dijilati Kancil dengan bersemangat.
    Ternyata seminggu kemudian tubuh Kancil menjadi besar dan sehat,gemuk. Maka mulai kami kenalkan dengan makanan padat lainnya, seperti ikan rebus, biskuit kucing dan tempe goreng.Minum susu dari dot distop, ganti air masak.
    Kini Kancil kami tersayang sudah jadi kucing dewasa berumur 1,5 tahun yang lincah, sehat, gemuk dan lucu.
    Kami begitu sayang padanya dan karena ingat betapa susah merawatnya seolah bayi manusia,maka kami panggil dia "Adik Kancil".
    (matahariagusta8@gmail.com)

    ReplyDelete