Saya suka memimpikan suatu hari nanti saya bisa mendengar suara Tuhan secara verbal, (mungkin terlalu berlebihan harapan ini).

Atau setidaknya, saya berharap Roh Kudus atau malaikat Tuhan menghampiri saya untuk memberikan perintah misalnya.
Saya cukup iri dengan tokoh-tokoh di Alkitab yang bisa melihat malaikat secara langsung dimana malaikat tersebut memerintahkan sebuah maksud kepada mereka.
Saya hanya memikirkan, kira-kira akan seperti apa reaksi saya ketika saya dalam posisi seperti itu.
Mari kita lihat cerita Gideon dalam Kitab Hakim-hakim.
Hakim-hakim 6:12, 14-15
6:12 Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani."
6:14 Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: "Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!"
6:15 Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku."
Saya rasa ketika Tuhan datang kepada kita, atau setidaknya malaikat Tuhan datang kepada kita dalam posisi Gideon, satu hal yang pasti adalah kita merasa kita tidaklah layak. Kita merasa sangat kecil. Dan ketika Tuhan menunjukkan kepada kita siapa kita sebenarnya, reaksi pertama kita adalah kita akan menolak itu semua, karena kita merasa kita sangat kecil.
Tuhan, Saya bukan pahlawan yang gagah berani.
Tuhan, Saya bukanlah orang yang cocok untuk pekerjaan itu.
Tuhan, Saya bukan orang yang tepat.
Tuhan, Saya tidak memiliki kemampuan untuk itu.
Tuhan, Saya tidak layak.
Tuhan, Saya tidaklah cantik
Tuhan, Saya tidaklah memiliki kasih yang cukup.
Tuhan, Saya tidak ...
Tuhan, Saya bukan ....
Sial untuk Anda, Tuhan tidak melihat itu semua. Dia tidak menilai Anda dari silsilah keluarga / keturunan Anda atau dari performa Anda. Dia menilai Anda dari potensi yang Anda miliki yang berasal dari Dia juga.
Tuhan tidak mengukur Anda berdasarkan dari pengalaman terendah Anda, tetapi Dia mengukur Anda berdasarkan seberapa tinggi pengaruh yang bisa Anda berikan untuk orang lain.
Tuhan tidaklah menetapkan kehidupan Anda atas apa yang telah Anda lakukan atau siapakah Anda, tetapi Dia menetapkan kehidupan Anda berdasarkan apa yang telah Yesus lakukan untuk Anda, dan betapa pentingnya Yesus untuk Anda.
Jauh sebelum Tuhan menunjukkan kepada Anda siapakah Anda sebenarnya atau apa yang seharusnya Anda lakukan di dunia, sebenarnya Ia sudah tahu siapa Anda, apa yang harus Anda lakukan dan akan Anda lakukan. Dengan kata lain, Tuhan tidak pernah kaget akan protes-protes kita, Tuhan tidak kaget dengan permintaan-permintaan kita, dan Tuhan tidak kaget akan perasaan-perasaan dan pergumulan kita.
Abraham tidaklah mengagetkan Tuhan ketika ia mengatakan kepada Tuhan bahwa Ia sudah tua. Sudah berumur lebih dari 800 tahun.
Musa tidaklah mengagetkan Tuhan ketika ia mengatakan kepada Tuhan bahwa Ia gagap.
Gideon tidaklah mengagetkan Tuhan ketika ia mengatakan kepada Tuhan bahwa dia adalah orang yang paling terkecil, dari suku yang paling terkecil juga.
Jadi, kira-kira apa alasan yang akan Anda berikan kepada Tuhan ketika Tuhan datang kepada Anda? Saya membayangkan ketika saya dalam posisi ini, mungkin saya juga akan memberikan beribu alasan untuk Tuhan tidak menggunakan saya.
Sialnya, apapun alasan Anda. Anda tidak dapat merubah pemikiran Tuhan akan Anda. Ketika Tuhan sudah bertitah kepada Anda, Anda tidak memiliki pilihan / argumen. (Apalagi argumen itu berasal dari Anda sendiri)
Anda bukanlah dibuat untuk menjadi ahli dalam satu- dua bidang hanya untuk Anda sendiri. Anda bukan satu-satunya yang bisa membuat dunia ini berubah. Karena Anda bukanlah ahli dalam satu bidang kalau Tuhan tidak memberikan Anda kemampuan untuk itu. Satu-satunya orang yang bisa membuat Anda bisa/mampu adalah Tuhan itu sendiri.
Ketika Tuhan memberitahukan kepada Anda siapakah Anda sebenarnya, mungkin reaksi pertama Anda adalah "Saya bukan ... / saya tidak ...,"
Untungnya reaksi pertama kita bukanlah jawaban final kita untuk Tuhan.
No comments:
Post a Comment