Friday, April 13, 2012

Sesuatu yang lebih parah dari lajang dan kesepian

Saya tidak terlalu mengerti akan pernikahan karena saya belum menikah. Tetapi saya menemui banyak orang yang 'seakan-akan' menyesal mereka menikahi pasangannya karena ternyata begitu banyak perbedaan di antara mereka.

Dan ternyata pernikahan yang mereka harapkan tidaklah seperti bayangan mereka. Meskipun demikian, mereka tetap menjalani kehidupan pernikahan mereka hanya saja pernikahan mereka hanya sekedar 'bertahan hidup' saja. Tidak ada kegembiraan dan kenikmatan di dalamnya.

Amsal 21:19 berkata "Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah."

Kalau para wanita merasa tersindir karena ayat diatas, mungkin saya boleh menambahkan ayat tambahan untuk menyindir para pria juga yang kira-kira mungkin bunyinya akan seperti ini : 21:19(a) "Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan pria yang suka main perempuan, pemabuk dan malas."

Dari ayat ini, tampaknya arti kesepian bukanlah tinggal di gurun sendirian.
Tetapi kesepian adalah tidak hadirnya kehadiran Anda di hadapan seseorang yang mengenal Anda.
Bisa jadi Anda tidak dihormati dengan semestinya oleh orang yang seharusnya menghormati Anda.
Bisa jadi Anda tidak lagi dicintai oleh orang yang seharusnya mencintai Anda.
Bisa jadi Anda tidak lagi memiliki pengaruh apa-apa di dalam pernikahan Anda.
Bisa jadi Anda tidak lagi dianggap oleh suami atau istri Anda.
Bisas jadi Anda tidak lagi dianggap oleh mertua Anda.
Intinya adalah, ada atau tidaknya Anda, tidaklah memberikan pengaruh.

Kenyataannya, satu-satunya hal yang lebih parah daripada tidak memiliki pasangan dan kesepian adalah Anda menikah dan kesepian.

------------------

Saya sangat terharu apabila melihat teman-teman saya saat mereka menjalani hari H mereka. Kenapa? Karena di lubuk hati saya, saya berharap mereka akan menjalani kehidupan pernikahan yang sangat menyenangkan saat mereka mengumbar janji pernikahan mereka. Saya ingin agar kehidupan mereka akan lebih baik dibanding saat mereka masih pacaran.

Apabila saya saja yang memiliki posisi sebagai teman, saksi mereka, bisa begitu berharap pernikahan mereka akan indah, apalagi mereka yang menjalani kehidupan pernikahan, bukan? Bukankah orang yang menikah itu berpikir bahwa mereka sudah menemukan pasangan yang tepat untuk mereka? Seseorang untuk berbagi suka dan duka? Teman untuk bercanda? Dan tentunya mereka berharap bahwa pernikahan mereka akan sampai selamanya hingga kematian memisahkan mereka, bukan?

Beberapa pasangan memutuskan mereka menikah karena merasa pasangannya tersebut layak untuk jadikan teman perjalanan untuk melawan badai pernikahan. Mereka yakin mereka bisa melewati badai itu dengan saling bergenggaman tangan. Kenyataannya, mereka kaget mengetahui sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk berkelahi satu sama lain, dan akhirnya mereka terlalu capai untuk berjuang untuk hal lain. Mimpi mereka tidak lagi sama. Mereka berpikir bahwa pasangan mereka akan menghabiskan makanan yang masih tersisa, tetapi kenyataannya, mereka bertengkar begitu sering sehingga mereka tidak lagi makan bersama. Badai itu adalah inti kehidupan pernikahan mereka.

------------------

Sangatlah mudah untuk mengasihani diri sendiri di saat seperti ini. Namun saya menyemangati Anda untuk tidak melakukan hal tersebut! Ini bukan tentang pasangan Anda. Ini tentang Anda. Saya tidak menulis ini agar Anda mengasihani diri Anda. Saya menulis ini agar Anda dapat memikirkan secara sekelibat bagaimana perasaan pasangan Anda apabila mengetahui pasangan Anda merasa diabaikan, merasa tidak dianggap, merasa hampa.

Saya bersyukur kepada Tuhan, bahwa ayah dan ibu saya masih sangat akur dan menghargai satu sama lain. Mereka masih bertengkar kecil namun mereka masih bergandengan tangan saat mereka jalan. Mereka pun ke gereja bersama-sama dan masih ada acara makan bersama dengan anak-anaknya. Pernikahan mereka cukup sukses untuk saya.

------------------

Benar bahwa saya tidak mengetahui keadaan Anda. Mungkin Anda tidak lagi dianggap, tidak lagi dihormati, tidaklah lagi dicintai dengan semestinya. Dan apabila itu benar, Anda mendapatkan simpati saya. Tetapi satu hal yang pasti, mengasihani diri sendiri tidak akan membawa satu senti pun lebih dekat kepada kebahagiaan pernikahan Anda yang pernah Anda bayangkan.

Justru sebaliknya. Apabila Anda mengasihani diri sendiri, Anda akan membekukan potensi dan emosi dari api cinta yang pernah ada dari pernikahan Anda lebih cepat daripada apapun emosi yang pernah ada di dalamnya. Benar bahwa Anda tidak bisa mengontrol apa dan bagaimana seharusnya pasangan Anda memperlakukan Anda. Tetapi Anda dapat mengontrol bagaimana Anda seharusnya memperlakukan pasangan Anda. Jadi, jagalah agar pasangan Anda tidaklah merasa kesepian.

Jadikan diri Anda hari ini menjadi orang yang lebih hangat dan intim saat bersama dengan pasangan Anda di tempat tidur.
Jadikan hari ini tidak lagi menjadi hari perang bersama dengan pasangan Anda.
Jadikan diri Anda hari ini menjadi orang yang pernah mereka hargai dan hormati saat Anda masih berpacaran dengan dirinya.
Jadikan hari ini semuanya berjalan lebih baik saat Anda berbincang-bincang dengan pasangan Anda.
Jadikan hari ini adalah hari dimana Anda memutuskan untuk berputar haluan dan mencari cara untuk keluar dari badai itu bersama-sama dengan pasangan Anda.

Pernikahan Anda bukan ditujukan untuk menjadi pengingat abadi akan sesuatu yang buruk yang tiba-tiba datang. Dan sesuatu yang buruk tidaklah perlu terus-terusan dipertahankan. Hal tersebut dapat dirubah. Dan perubahan itu dimulai dari ... Anda.

No comments:

Post a Comment