"Tre, kalau lo diundang ke nikahan temen, tapi undangannya pake invitation di Facebook, lo dateng gak?"

Sadar tidak sadar, setiap tahun kita mendapatkan undangan, mulai dari undangan ulang tahun teman saat SD, undangan ke acara sweet seventeen saat SMU, acara nikahan teman atau teman kantor, acara nikahan anaknya teman, hingga ke undangan pemakaman. Hanya saja yang berubah adalah tata cara dan bentuk serta media penggunaannya.
1. Bentuk Undangan
Undangan tergila yang pernah saya dapat mungkin adalah undangan dengan parsel segede-gede gaban. Begitu banyak vendor spesialis kartu undangan pernikahan yang menjamur. Anda bisa bebas memilih bentuk, warna, bahan, amplop, desain, serta ada aroma bunga tertentu kalau Anda mau. Itu kalau Anda memang memiliki banyak uang untuk bisa mengundang setiap orang yang Anda kenal.
2. Harga diri
Saya melihat banyak sekali orang yang enggan datang ke acara X hanya karena mereka diundang secara digital untuk alasan tertentu, misalnya gampang lupa tanggal dan tempat kalau diundang secara digital, tidak sempat atau jarang mengecek facebook/jejaring sosial sehingga tidak up to date, merasa tidak dihargai karena diundang dengan media digital dan lain sebagainya.
3. Niat baik si pengundang
Saat teman baik saya menanyakan alamat rumah saya untuk mengirimkan undangan, saya menolak secara halus pengiriman undangannya. Dia sempat bertanya "Loh, Kenapa?" Saya menjelaskan bahwa saya meghargai niat baiknya mengundang saya, dan bukannya saya sombong menolak undangannya, namun bagi saya (Karena saya sangat dekat dengan dia), dia hanya ngomong saja ataua kirim SMS saja pun, saya pasti datang. Bukankah lebih baik undangan itu diberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan, misalnya ke pihak orang yang lebih tua karena buntut-buntutnya sebagus apapun undangannya, undangan tersebut akan berakhir di tong sampah juga, toh?
4. Dahulukan orang yang lebih tua
Saya yakin, ada sebagian besar pengirim undangan yang terkena makian/sindiran karena dianggap tidak sopan mengundang ke acara pernikahan lewat Facebook. Kalau Anda adalah pihak pengirim undangan, saya sangat menganjurkan Anda untuk JANGAN PERNAH mengirim undangan acara lewat jejaring sosial kepada orang yang lebih tua, baik itu oom, tante, atasan, dan lainnya. Saya setuju bahwa Anda akan dianggap tidak sopan apabila mengundang orang yang lebih tua lewat Facebook karena belum tentu mereka memiliki akun di Facebook. Kultur Asia mengajarkan bahwa jauh lehih sopan apabila orang yang lebih muda menghampiri orang yang lebih tua unguk mengirimkan undangan. Tetapi kalau yang Anda undang adalah teman seumuran/sepantaran, saya rasa Anda masih boleh lah mengundang mereka dengan jejaring sosial.
5. Menekan Budget Pernikahan
Anda yang sudah pernah menikah tentu tahu bahwa setiap sen berharga. Diantara teman-teman dan sahabat saya yang sudah menikah, belum pernah saya mendengar ada pernikahan yang bisa balik modal, apalagi untung. Bisa balik modal 50% saja itu sudah bagus. Jadi, jangan anggap remeh dulu apabila Anda mendapatkan undangan pernikahan atau acara lainnya lewat jejaring sosial. Kenapa?
Karena Anda tidak tahu apa yang terjadi di belakang layar. Bisa jadi si pengundang acara memang memiliki keterbatasan budget atau sudah mengalokasikan budget undangan ke hal yang lebih penting lainnya, misalnya makanan. Hal tersebut terjadi kepada salah satu teman saya. Dia dan pasangannya hanya mengundang 300 orang, bentuk undangannya pun (maaf) jelek sekali. Tetapi, makanan yang ada di saat acara pernikahannya? Dua jempol! Setelah ditilik-tilik, ternyata mereka memang lebih menghargai kehadiran para tamu yang datang sehingga mereka lebih rela budget undangannya dipindahkan ke makanan. Saya yakin, Anda lebih bisa menikmati datang ke acara pernikahan yang memiliki makanan enak tapi undangannya biasa-biasa saja ketimbang undangannya wah tetapi makanannya tidak enak, bukan?
Itu baru undangan dari skala kecil, misalnya. Kalau Anda memiliki networking yang sangat luas, teman-teman dan kolega Anda ada dimana-mana. Hal tersebut bisa lebih repot. Mungkin Anda berencana mengundang hanya sedikit. Tetapi kalau Anda mengundang si A, tapi tidak mengundang si B. Si B akan tahu dari A. Bayangkan berapa uang yang harus Anda keluarkan hanya dari sisi budget undangan semata? Bisa-bisa budget pengeluaran Anda untuk undangan saja sudah meledak-ledak. Jadi, apabila Anda mendapatkan undangan digital lewat jejaring sosial, Anggap saja Anda ikut membantu budget pernikahan mereka dengan menekan dari sisi anggaran undangan.
6. Tergantung tingkat kedekatan antara si pengundang dengan yang diundang
Untuk saya pribadi, saya tidak mempermasalahkan apa jenis media undangannya. Saya pernah mendapatkan undangan lewat SMS, bingkisan parsel, Facebook, Email, Website dan telepon. Mungkin media yang belum pernah saya dapatkan untuk mendapatkan undangan hanyalah Friendster dan Twitter.
Saya lebih melihat kepada siapa yang mengundang dan apa network saya dengan si pengundang. Kalau yang mengundang adalah teman-teman yang sudah lama tidak melakukan kontak dengan saya selama puluhan tahun tiba-tiba datang ke rumah saya mengirimkan undangan nikahannya, saya berpikir 2-3 kali untuk datang. Karena, kok sepertinya mengundang hanya untuk memenuhi kuota saja.
7. Perubahan selalu terjadi
Kalau Anda merasa gusar, tidak dianggap, merasa si pengundang tidak sopan karena mengirimkan undangan digital, saya ingin mengajak Anda berpikir lebih luas bahwa perubahan selalu terjadi. Banyak orang tidak mengerti bahwa perubahan akan dan selalu terjadi. Apa contohnya dalam soal undangan pernikahan? Saya ceritakan sedikit kepada Anda cerita pernikahan yang masih terjadi di jaman mama saya.
Anda tahu bahwa di jaman dulu, kalau kita menghadiri undangan pernikahan, hadiahnya bukanlah berupa uang melainkan barang? Ya, jadi didalam undangan yang kita terima, pihak mempelai akan menulis barang-barang apa saja yang mereka belum miliki. Nah, kita sebagai pihak yang diundang membawa barang-barang tersebut ke acara nikahan. Mulai dari kompor, piring, gelas, handuk, peralatan mandi, dan lain sebagainya. (Repot ya?) Jadi bayangkan, di panggung pelaminan itu penuh dengan barang-barang. Oleh karena itu jangan heran kalau undangan-undangan sekarang ada kalimat "Kami akan menghargai apabila Anda tidak memberikan barang."
Jaman sekarang, mungkin kita akan diketawai kalau kita membawa-bawa kompor untuk si mempelai, bukan? Jaman sekarang, angpao diberikan dengan bentuk uang. Dengan memberikan uang kepada mempelai, semuanya praktis dan cepat dan kedua pihak sama-sama diuntungkan. Si mempelai bisa membeli barang yang mereka butuhkan, yang datang ke acara nikahan pun tidak repot harus membawa-bawa barang.
Hal yang sama pun terjadi dari segi undangan lewat jejaring sosial. Mungkin saat ini Anda belum bisa atau belum terbiasa menerima undangan lewat jejaring sosial karena berbagai macam alasan. Namun saya cukup yakin, beberapa tahun atau beberapa puluh tahun ke depan, saat anak-anak kita menikah nantinya, kita tidak perlu heran apabila kita mendapatkan undangan sudah dalam bentuk digital.
halo, sy sendiri sebenarnya sangat setuju dg opini mencoba berada di posisi sang calon mempelai karena memang budget pasti hal yg sensitif ya atau paling tidak menghargai mereka karena sudah mau memberi tahu bahkan ke teman lama mereka kl mereka akan menikah..
ReplyDeletesy pribadi tidak masalah apakah akan diundang dalam media cetak atau elektronik bahkan menurut sy dg media elektronik lebih kreatif.. mereka jg pasti punya prioritas dalam mengadakan acaranya misal lebih condong ke makanan maka undangannya biasa saja.. tak mengapa..