"Ini kesempatan terakhir kita. Kita harus menghentikan dia. Dunia bisa berakhir kalau kita gagal. Gagal bukanlah pilihan!" Itu adalah kalimat cuplikan film yang saya tonton kemarin.

Kegagalan itu mengerikan
Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang mau gagal. Semua orang menghindari kegagalan. Kenapa? Karena kegagalan membuat kita harus bertanggung jawab baik secara finansial atau material. Apalagi saat ini media jejaring sosial membuat kita harus lebih berhati-hati karena sedikit kegagalan bisa membuat langkah kita berikutnya menjadi tersendat karena orang lebih memfokuskan diri kepada kegagalan kita di masa lampau. Kegagalan dapat membuat kita stres, merinding dan ketakutan.
Sebagai anak, kita takut gagal mendapat nilai bagus karena takut orang tua marah.
Sebagai orang tua, kita takut gagal menjaga dan membesarkan anak karena takut anak kita jatuh ke pergaulan yang salah.
Sebagai pasangan, kita takut gagal membina hubungan.
Sebagai karyawan, kita takut gagal melakukan pekerjaan yang diberikan dari atasan dengan baik.
Akibat kegagalan
Apa akibatnya? Akibatnya adalah kita bersikap defensif / membela diri. Lucunya, seluruh lapisan masyarakat dimanapun seakan tidak memperbolehkan terjadinya kegagalan. Kegagalan tidak boleh terjadi dan tidak boleh ada, padahal orang bijak mengatakan dan menyuruh kita untuk belajar dari kesalahan. Jadi, bagaimana kita bisa belajar dari kesalahan kalau kita tidak memperbolehkan adanya kegagalan? Kebanyakan dari kita sudah sibuk mempersiapkan alasan dan analisis atau kambing hitam untuk disalahkan atau juga kebohongan-kebohongan lainnya untuk bisa menyelamatkan diri. Kenapa mereka semua melakukan itu? Karena kegagalan erat kaitannya dengan tanggung jawab.
Sukses itu nikmat, namun?
Sebaliknya, kita semua ingin sukses. Kita semua ingin berhasil. Pertanyaan saya, apakah sukses itu berarti Anda tidak pernah gagal? Bohong kalau Anda tidak pernah gagal. Bohong kalau Anda tidak pernah mengalami hambatan dalam meraih kesuksesan. Teman saya yang usaha restorannya cukup sukses pun ternyata harus gagal tiga kali saat membuka usaha sebelumnya, yakni usaha percetakan, bengkel dan pakaian.
Lucunya, kita seringkali begitu iri melihat orang lain sukses tanpa mau bertanya atau berpikir, kenapa orang tersebut bisa berhasil? Atau mungkin Anda sebagai penikmat kesuksesan dan keberhasilan yang Anda miliki, Anda mungkin tidak pernah bertanya "Kenapa saya bisa sukses? Faktor apa yang dominan yang terjadi?" Kenapa lucu? Karena orang akan mempersalahkan Anda dengan begitu gencar dan juga begitu dashyatnya dengan caci mereka untuk menganalisis kegagalan itu dari berbagai arah dengan segenap kemampuan mereka. Sama seperti pasangan yang sudah 4 tahun menikah namun belum diberikan anak. Bisa jadi pihak suami-istri sudah stres bukan kepalang mencari jalan untuk memiliki momongan serta di sisi lain pihak orang tua sudah mewanti-wanti untuk segera memiliki momongan dan mungkin kadang disertai omelan.
Jadi, apakah kesuksesan seseorang itu hanyalah sebuah keberuntungan belaka?
Lets open the Hall of Failure!
Jawaban saya, bukan! Kesuksesan adalah sesuatu yang bisa diraih, didapat, dan dipertahankan. Caranya adalah belajar dari kegagalan yang pernah Anda lakukan atau lewati. Saya belajar bahwa kegagalan saya untuk mendapatkan acc dari bos saya adalah karena bos saya tidak menyukai desain warna hitam, jadi tentu saja ke depannya saya tidak akan memberikan warna hitam. Saya juga yakin, perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, BMW, dan lain sebagainya pasti pernah mengalami kegagalan dan saya juga yakin mereka bangga akan kegagalan mereka karena tanpa kegagalan yang pernah mereka dapatkan dan rasakan, tidak mungkin kesempurnaan produk mereka terjadi. Beberapa perusahaan bahkan menggunakan kegagalan mereka sebagai terobosan produk mereka.
Saya ingat dulu saya tidak bisa bermain gitar, saya gagal bermain gitar padahal waktu itu hanya dua kunci yang ingin saya pelajari. Namun saya tidak mau ambil pusing dengan omongan orang lain dan setelah hampir tiga tahun bermain gitar, sekarang saya cukup mahir bermain gitar meskipun masih belum dalam taraf profesional, tetapi setidaknya kemampuan saya meningkat jauh dalam tiga tahun. Bagaimana dengan Anda? Selalu ada resiko kegagalan dalam setiap keputusan yang kita ambil.
Bayangkan kalau seandainya, Anda tidak disuruh untuk menjadi sukses. Anda disuruh untuk gagal. Apakah yang akan Anda lakukan ketika atasan Anda atau pemimpin Anda mengatakan kepada Anda "Kami tidak hanya menuntut keberanian Anda untuk mengambil keputusan yang bersiko, tetapi kami juga menuntut adanya kegagalan yang terjadi." Anda mungkin terheran-heran membacanya. Apa maksudnya? Maksudnya adalah Anda didorong untuk tidak takut berkreasi, memberikan yang terbaik, terus memperbaiki diri untuk berinovasi. Kenapa? Karena kemajuan dan kesuksesan lebih mudah dipelajari ketika kita gagal, ketika kita melakukan kesalahan. Saya tidak mungkin bisa berkembang lebih baik 'memahami' atasan saya yang tidak menyukai warna hitam kalau saya tidak pernah mengajukan warna hitam kepada dia, bukan?
Fokuskan diri kepada Strength Anda
Anda tahu bahwa setiap orang memiliki kekurangan? Begitu pun juga dengan atlet. Mari kita ambil contoh atlet bulu tangkis, mungkin menurut pelatihnya atlet A memiliki kekurangan pada serve-nya namun memiliki kelebihan pada smash-nya. Apa yang pelatih itu lakukan? Menyuruh atlet A latihan memperbaiki serve-nya atau mengasah smash-nya? Menurut saya, pelatih yang baik akan meyuruh atlet A mengasah smash-nya. Kenapa? Karena itu adalah nilai lebih yang atlet A miliki. Begitu mudah kita melihat kelemahan orang lain, namun kita begitu susah mengakui apa kelebihan atau nilai positif yang orang lain miliki. Mungkin kita sendiri terkadang menutupi kekurangan kita, kita menjadi tidak fair, tidak realistis, mengada-ada, melebih-lebihkan, padahal kita tahu tidak ada orang yang sempurna.
Kegagalan adalah celah besar yang bisa kita lihat dan amati dimana sebenarnya kekuatan terbesar yang kita miliki. Karena di balik setiap kegagalan, kita mempelajari kekuatan kita dan setiap kegagalan adalah momentum untuk membawa perbaikan. Saya mungkin gagal untuk bisa berhitung secara cepat seperti layaknya marketing pada umumnya, namun di balik kegagalan berhitung saya, saya menyadari bahwa saya adalah orang yang sangat 'organized'. Saya memiliki kelebihan dalam mengatur file-file dan dokumen-dokumen secara rapih dan tertata.
Failure is a trust
Bagaimana mungkin kegagalan bisa dijadikan sebuah kepercayaan? Tidak mungkin! Kalau Anda berpikir demikian, mari kita berkaca kepada Jepang yang baru saja mengalami tsunami dan kebocoran nuklirnya. Dunia mengkhawatirkan pemerintah Jepang gagal mengatasi kebocoran nuklirnya, karena luas dampak nuklirnya meluas namun perhatikan, rakyat Jepang menaruh kepercayaan kepada pemerintahnya. Rakyat Jepang begitu yakin bahwa bencana akan bisa diminimalisir atau setidaknya ditanggulangi dengan cara yang cepat. Kalau Anda pernah mengikuti wawancara dalam interview pekerjaan, mungkin Anda pernah ditanya apa kontribusi terbesar Anda dalam perusahaan sebelumnya? Kebanyakan orang akan menyembunyikan kegagalan yang pernah mereka hadapi. Menurut saya pribadi, justru kegagalan yang Anda alami dapat menjadi keuntungan untuk Anda. Bila kita bisa membahas kegagalan yang pernah Anda alami beserta dengan langkah-langkah perbaikan yang Anda lakukan, itu adalah nilai tambah yang bisa Anda dapatkan. Jadi, apakah Anda berani untuk gagal?
Great exposition man .. ! :D
ReplyDeleteIf i may add, as we overcome our previous failure, only then can we gain the opposite effect, TRUST in that same issue we failed before.
So, if i ever agree on one thing, it's that our day won't be darkened by failure, instead, it would be colorful as the gradation of learning and contrast of success compliment the failure into one success story. After all, how can you tell a success story if u never fail? :)