Wednesday, December 21, 2011

(Lebih) Susah menjadi kaya kalau menjadi karyawan!

"Kerja udah puluhan tahun, tabungan segitu-segitu aja, kayanya gw kerja cuma buat bertahan hidup doang deh, Tre." (Err.. Ya, sama. Saya juga!)

Saya hanyalah staff biasa di sebuah perusahaan swasta. Posisi saya juga bukanlah manajer / supervisor. Saya hanya di level bawah (Dan saya tidak bangga saat menulis apa jabatan saya ini), saya sangat mengerti susahnya menjadi kaya kalau masih menjadi karyawan. Meskipun saya sedari dulu memikirkan mau buka usaha sendiri, namun (sialnya) hingga detik ini saya masih saja belum membuka usaha sendiri. Saya sering mendiskusikan ke teman-teman saya tentang paranoia saya dalam membuka usaha sendiri. Berikut adalah opini-opini saya tentang kemungkinan-kemungkinan kenapa karyawan seperti saya, susah untuk kaya.

Sepiring? Atau dua-tiga piring?
Kalau Anda adalah karyawan seperti saya atau teman saya yang curhat seperti tag diatas, tentu Anda tahu bahwa hari gajian adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh saya dan Anda, (Kecuali Anda memiliki usaha lain, tentunya), namun saya rasa sebagian besar karyawan tidak atau belum memiliki usaha sampingan. Kebanyakan kita menjadi karyawan karena tuntutan hidup yang mengharuskan kita bekerja setelah kita selesai menyelesaikan kuliah sesuai dengan bidang yang kita tempuh semasa kuliah. Tentu saja, sebagai karyawan yang hanya mengandalkan gaji semata, sangatlah susah untuk menjadi kaya. Jadi, Anda hanya mendapat satu piring dengan menu bernama gaji.

Anda tahu bedanya pedagang dengan profesional? Pedagang adalah orang-orang yang menjual produk. Mulai dari dagang kolor sampai bisnis beha. Sedangkan, profesional adalah orang-orang yang menjual jasa mereka, misalnya pelukis, penulis hingga bidang entertainment.
Dimanakah Anda saat ini? Apakah Anda pedagang? Atau profesional? Apakah Anda berada di perusahaan dagang yang tepat apabila Anda pedagang? Ataukah Anda mengikuti passion yang tepat kalau Anda seorang profesional?

Sepenglihatan saya, tidak semua pedagang itu profesional dan tidak semua profesional adalah pedagang yang handal. Akan sangat menguntungkan apabila Anda menggabungkan keduanya. Bos saya adalah seorang atasan yang bisa dibilang melakukan keduanya. Dia adalah pedagang dan juga profesional. Saya terkadang heran, sepertinya dia mudah sekali membeli barang-barang bermerek yang harganya bisa puluhan juta, barang-barang gadget terkini dan lain sebagainya. Kalau dia hanya mengandalkan gaji, saya rasa tidak akan bisa dia bisa mencukupi semua itu. Selidik-punya-selidik, ternyata dia melakukan sistem "PALU GADA" (Apa yang Lo Mau, Gua Ada!), Dia punya usaha sampingan ini itu, mulai dari saham, printing, desain, foto, jasa, dll. Kalau bisa makan dari dua piring, kenapa harus dari satu piring, toh?

Modal dan apa jenis usahanya?
Ini adalah kendala yang paling besar. Modal! Yah, benar. Hampir semua karyawan yang saya temui selalu berkeinginan membuka usaha sendiri, namun akhirnya itu semua gagal karena tidak memiliki modal. Kenapa mereka tidak memiliki modal? Karena bisa jadi gajinya terlalu kecil? Atau tidak (ter)biasa menabung? Atau terlalu hedonis? Atau mungkin ....?? Apapun alasannya, kenyataannya modal itu tidak pernah ada.

Kalaupun ada, pertanyaan berikutnya adalah, mau buka usaha yang mana? Nah, ini juga adalah pertanyaan yang paling menyita waktu. Kenapa? Karena sebagian besar karyawan ingin cepat meraih untung. (Semua juga begitu, sih). Tetapi dalam kasus karyawan, biasanya mereka belum tahu apa yang ingin mereka jalani, karena ada begituuuuu banyak jenis usaha diluar sana. Mulai dari jual pulsa, jual online, hingga jual diri. (oops), Saking banyaknya jenis usahanya, ibaratnya kita sudah mengepak semua barang kita dan mau pergi ke suatu tempat yang Anda tidak tahu apa. Sialnya, ketika Anda membuka pintu pagar Anda, Anda melihat begitu banyak jalan bercabang sehingga Anda bingung, dan setelah lama berpikir, apa yang Anda lakukan? Anda masuk lagi ke dalam rumah.

Jangka waktu
Sadar tidak sadar, sebagai karyawan Anda dibatasi jangka waktu kerjanya. Masa efektif kerja Anda bisa dikatakan sekitar 30 tahun (Mulai dari usia 20-50 tahun.) Itupun kalau Anda sukses mendapatkan jabatan General Manager/Vice President /CEO. Selepas dari usia 50 dan Anda hanya tetap staff, sepertinya akan susah sekali kalau Anda berniat bekerja di perusahaan lain dari nol karena perusahaan akan mencari pekerja dengan usia muda. Jadi, kalau Anda adalah seorang karyawan dan tidak berencana untuk membuka usaha sendiri, sudahkah Anda mendapatkan level tertinggi di perusahaan Anda sekarang untuk mempertahankan posisi Anda nantinya saat Anda tua nanti? Ingat, masa efektif kerja Anda dibatasi.

Anda tahu pelukis Affandi? Hingga dia meninggal pun dia masih melukis. Tidak ada jangka waktu yang mengekang. Dan semua lukisannya, harganya mahal, bukan? Atau mungkin mari lihat Steve Jobs, dia terus mengembangkan inovasi produk dari Apple hingga dia meninggal terlepas dari berapa umurnya. Kalau Anda seorang profesional, sudahkah Anda memberikan efek terbesar dan terbaik dari dalam diri Anda sendiri? Sudahkah produk jasa Anda dikenal dan digunakan oleh banyak orang? Apakah klien-klien Anda bertambah, atau malah berkurang?

Pakem masyarakat Indonesia bahwa hanya yang jualan (barang) yang sukses.
Saya sering dicemooh oleh teman saya yang sukses dalam membuka usahanya dengan kalimat ini : "Udah! Mendingan resign, ikut gw jualan ini, jualan itu! Daripada kerja kantoran. Berapa sih duitnya?" Meskipun hanya guyonan, terkadang ucapan racun itu meresap di otak saya. Saya percaya bahwa setiap orang memiliki kekuatan, passion, cara pikir yang berbeda. Tidak semua orang bisa menjadi pebisnis yang sukses. Ada orang-orang yang mengikuti passion dan kekuatan mereka sendiri. Sialnya, di Indonesia sistem kerja yang berdasarkan passion tidaklah memiliki daya jual yang tinggi. Contohnya? Mari kita lihat ilustrator. Berapa banyak ilustrator yang ada di Indonesia? Begitu banyak dan kreatifnya mereka. Namun hanya segelintir yang sukses. Bahkan ada stigma di masyarakat kita bahwa satu-satunya cara cepat menjadi kaya adalah dengan jualan/dagang. Benarkah begitu? Saya kurang setuju, namun (sialnya) hal itulah yang menjadi pakem di masyarakat kita.

Mental zona nyaman
Seorang karyawan memiliki zona nyamannya ketika mendapat gaji atau upah setiap bulannya, terlepas apakah dia bekerja secara efektif atau tidak. Singkatnya adalah para karyawan hidup per bulan. Karyawan lebih susah berkembang karena mereka takut untuk keluar dari zona nyaman tersebut. Mereka sudah membetahkan diri mereka didalam zona itu hingga mereka akhirnya menjadi takut untuk resiko.

Saya pun juga begitu, saya sendiri sebenarnya sudah merasa tidak nyaman dengan zona nyaman saya, namun saya masih belum berani meninggalkan zona nyaman ini, karena ketakutan dan kebingungan saya. Padahal, sebenarnya zona nyaman juga tidak nyaman-nyaman amat. Rasanya saya menjadi terjebak dengan rutinitas yang sama setiap harinya sehingga membuat kemampuan kinerja menurun. Saya berharap, saya secepatnya memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman saya.

Jiwa pemimpin
Kebanyakan saya melihat para karyawan tidak memiliki mental untuk menjadi bos. Mungkin para karyawan dapat membuka usaha sampingan, tetapi kebanyakan dari mereka tidak memiliki jiwa pemimpin sehingga walaupun mereka memiliki usaha sendiri, mereka mempercayakan usaha itu kepada orang lain. Kebanyakan dari mereka bingung dengan sistem, kepercayaan diri, cara memimpin, dan lainnya karena biasanya mereka sudah mengikuti pola atau aturan yang sudah ada. Benar, bahwa mereka bisa jadi pemilik dari usaha yang dikelolanya, namun apakah dengan menjadi seorang pemilik usaha, lantas dia juga dianggap seorang pemimpin / leader yang baik? belum tentu.

Grafiknya? Lurus, tre!
Sialnya adalah kalau Anda seorang karyawan dan Anda bekerja di perusahaan yang tidak memiliki jenjang karir sehingga Anda terjebak dalam posisi dan jabatan yang sama selama bertahun-tahun dan Anda hanya mengharapkan kenaikan gaji tahunan yang berkisar antara 7 - 10%. Itupun kalau Anda mendapatkan kenaikan itu karena atasan Anda melihat performa kerja Anda baik. Kalau tidak? Wasallam.. Saya berharap grafik pendapatan Anda naik secara signifikan dalam beberapa tahun Anda bekerja di perusahaan dan kalau Anda mendapati grafik Anda stabil atau menurun, siapkan kuda-kuda mencari perusahaan lain.

Tidak ada atau kurangnya perencanaan
Saya teringat dengan ucapan teman saya yang sedari dulu buka usaha (Sekarang pun usahanya berkembang pesat hingga memiliki beberapa gerai makanan di beberapa mal) ketika saya curhat tentangnya susahnya karyawan menjadi kaya. Dia bertanya apa rencana saya kalau-kalau saya keluar dari pekerjaan saya sekarang, saya jelaskan dari A-B-C rencana-rencana saya. Komentar yang dia keluarkan cukup mengagetkan saya dan membuat saya tersentak. Dia berkata "Rencanamu tidak salah, tre. Permasalahannya adalah kamu ingin menangkap ikan yang besar, namun jaringmu kecil. Kalau kamu memang mau mendapatkan goal / hasil yang lebih besar, setidaknya seharusnya rencanamu juga sama besar. Karena hasil yang besar tidak bisa ditangkap dengan rencana yang kecil. Maaf, saya mengatakan kalau dari apa yang saya dengar, wajar hasil yang kamu dapat kecil, wong, rencanamu juga kecil."

Apabila Anda tidak mengerti apa maksud teman saya, maksudnya adalah Anda harus membuat perencanaan sedetail mungkin. Nah, permasalahannya menurut saya adalah, para karyawan biasanya hanya mau hasil namun mereka tidak mau membuat perencanaan, jadinya? Mereka terjebak dalam mimpi. Mimpi menjadi kaya mendadak dan pada akhirnya mereka menanyakan pertanyaan yang sering saya tanyakan "kapaaaaan kayanya ya gw?"

Bidang pekerjaan Anda memang tidak menghasilkan banyak uang
Seringkali kita dengar bahwa pekerjaan yang menghasilkan banyak uang adalah marketing. Bisa benar, bisa saja tidak. Namun mari kita lihat seandainya Anda adalah seorang sales marketing di perusahaan properti. Setiap Anda berhasil menjual satu unit apartemen, Anda mendapatkan komisi 1%. Nilai apartemen yang Anda jual 500juta, berarti Anda mendapatkan 50juta untuk komisi Anda. Itu baru satu unit, berapa nilai yang Anda bisa dapatkan kalau Anda berhasil menjual puluhan atau ratusan unit?

Bandingkan kalau Anda hanya seorang administrasi dengan gaji 3 juta per bulan. Berarti total gaji Anda adalah 39 juta setahun (Sudah termasuk THR dan itupun kalau Anda tidak menggunakan sama sekali uang Anda). Jadi, kalau Anda merasa gaji Anda kecil, tanyakan kepada diri Anda sendiri, apakah memang pekerjaan Anda dapat membuat Anda lebih kaya beberapa tahun ke depannya.

Tentu saja, saya tidak mendiskreditkan pekerjaan administrasi atau melebih-lebihkan pekerjaan marketing. saya sendiri pun bukan di keduanya. Saya percaya masing-masing pekerjaan memiliki plus minusnya. Marketing memiliki sistem punishment and rewards, sedangkan karyawan biasa tidak memiliki sistem loyalitas. Jadi, jangan heran kalau sales-sales marketing sering berpindah-pindah kerja dalam jangka waktu yang dekat karena memang loyalitas bukan sistem kerja marketing. Mereka akan loyal selama mereka melihat ada pemasukan untuk mereka. Sedangkan kalau Anda adalah pekerja non-marketing, jangan heran kalau Anda disuruh masuk kerja sabtu-minggu karena Anda memiliki sistem kerja loyalitas.

Mental konsumerisme dan tidak bisa mengontrol pemasukan
Biasanya gaya hidup orang yang memiliki usaha sendiri dengan mereka yang karyawan berbeda. Entah benar atau tidak, namun saya melihat orang-orang yang bekerja kantoran lebih banyak menghabiskan uang mereka untuk gaya hidup. Entah itu hangout di tempat wah, membeli gadget teranyar, membeli pakaian yang sedang trendi dan lainnya. Saya pun juga begitu, kelemahan saya mungkin di elektronik dan juga alat musik. Akibatnya? Saya tidak memiliki modal yang cukup untuk bisa memulai usaha karena tabungan saya akhirnya habis untuk barang-barang konsumerisme tadi.

Tidaklah salah memang untuk membeli gadget terbaru, hangout di tempat-tempat wah, namun yang ingin saya tekankan adalah cara pikir. Kebanyakan teman-teman saya yang membuka usaha, terlihat lebih biasa saja dibanding kami-kami yang karyawan, padahal mereka lebih memiliki banyak uang, kenapa? Karena seperti yang saya tulis diatas, mereka hidup day by day. Tidak ada jaminan ke depan usaha yang mereka rintis akan tetap berjaya seperti sekarang, jadi mereka mengantisipasi kemungkinan terburuk dengan cara hidup sederhana. Sedangkan, kami yang bekerja sebagai karyawan, lebih tenang dalam menghabiskan uang karena sudah yakin di bulan depan kami akan mendapatkan gaji.

Tidak serius
Mungkin Anda sama seperti saya yang sudah lama mendambakan ingin memiliki usaha sendiri, namun akhirnya selalu tidak jadi, tidak jadi dan tidak jadi. Kenapa? Kalau saya tilik-tilik, sepertinya akibat ada perdebatan di hati saya apakah saya mau menseriusi usaha sampingan atau tidak. Lalu, ada ketakutan di dalam diri saya, bagaimana kalau saya gagal? Dan juga ada kebingungan tentang modal. Okelah, saya memiliki modal sekian rupiah, apa usaha yang harus saya ambil dengan modal saya. Dan pemikiran lainnya, akhirnya saya stress dan saya melupakan kembali impian untuk membuka usaha. Memang, tidak menjamin saya akan bisa lebih kaya kalau saya membuka usaha sendiri, tetapi hal yang lebih pasti adalah saya tidak akan kaya kalau hanya mengandalkan gaji semata. Tidak serius, adalah kalimat yang saya bisa rangkum. Karena saya tidak serius maka saya tidak pernah memulai usaha sendiri.

Kurang pintar berinvestasi
Yap! Kebanyakan orang-orang yang bekerja sebagai karyawan mengendapkan gaji mereka di bank saja, padahal banyak investasi-investasi yang sebenarnya bisa kita tanamkan. Saya cukup menyesal kenapa saya tidak berinvestasi emas dari dulu, padahal dulu harga emas hanya 200rb-an. Sekarang? sudah mencapai 500rb-an. Saya cukup menyesal kenapa dulu tidak berinvestasi pada investasi berjangka seperti deposito, dan lainnya. Yang ingin saya anjurkan kepada Anda adalah Anda harus berinvestasi setidaknya kepada kesehatan dan pendidikan anak. Itu saja dulu. Kenapa? Karena setiap tahunnya, tubuh kita semakin menua dan kesehatan pasti akan semakin susah terjaga. Saya tertegun dengan jumlah dua ratus yang harus dikeluarkan oleh teman saya untuk operasi jantung. Untung dia memiliki asuransi, kalau tidak?

Yang berikutnya adalah pendidikan anak, kalau Anda berencana memiliki anak suatu hari nanti, berinvestasilah kepada pendidikannya. Anda tidak akan pernah tahu berapa uang pangkal sekolah anak Anda 10 tahun kemudian. Kesuksesan anak Anda akan berimbas kepada Anda juga sebagai orang tua nantinya. Benar bahwa Anda tidak bisa menikmati hasil dari investasi Anda dalam jangka waktu yang dekat, namun saya yakin Anda tidak akan menyesali berinvestasi kepada kesehatan dan pendidikan anak asal Anda berinvestasi pada perusahaan investasi yang memiliki track-record yang baik tentunya.

Kalau Anda berpikir investasi itu hanya emas dan lainnya, satu hal yang biasa orang lupakan adalah berinvestasi kepada cara pikir Anda sendiri. Kebanyakan orang malas datang ke seminar/workshop yang dapat membantu merubah cara pikir kita, alasannya beragam, mulai dari merasa tidak butuh, tidak penting, mahal, tidak berguna dan lainnya. Padahal, sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan dari workshop atau seminar-seminar. Membaca buku juga membantu Anda untuk memperluas cara pikir Anda. Kebanyakan orang terjebak dengan cara pikir mereka sendiri, sehingga akibatnya mereka menjadi terlalu sombong untuk bisa menerima komentar, saran dan cara pikir orang lain padahal kita tahu diatas awan selalu ada ada awan yang lebih tinggi.

Tidak memiliki channel / network / relasi
Kalau Anda karyawan dan Anda hanya duduk di belakang meja, saya paksa Anda untuk angkat pantat Anda yang montok itu. Bersosialisasilah dengan teman-teman Anda dari divisi lain. Carilah teman sebanyak mungkin. Mungkin selama ini Anda melihat dan berpikir, "Ah, si A profesinya adminitrasi. Si B marketing. Si C Finance." Kalau selama ini Anda hanya menganggap, toh itu pekerjaan mereka semata dan tidak ada urusannya dengan Anda, rubah cara pikir Anda.

Benar bahwa jobdesc Anda bukanlah itu, mungkin. Tetapi saya ajak Anda untuk memperhatikan cara kerja mereka, apa yang mereka kerjakan, bagaimana mereka mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada. Semua itu akan berguna untuk Anda. Kalau bisa, cobalah sesekali berada dalam posisi mereka.

Saya sendiri belajar bagaimana cara membuat form penjualan / surat perintah kerja dari teman A. Belajar cara menjual produk, cara membuat presentasi, nilai saham, berapa bunga bank saat ini dan lainnya dari rekan B. Belajar bagaimana membuat file invoice, pembukuan dari rekan C. Mungkin saya tidak akan langsung beralih menjalani profesi mereka, tetapi setidaknya saya memiliki dasar-dasar itu kalau seandainya saya membuka usaha sendiri suatu hari nanti. Tempat Anda bekerja sekarang adalah sebuah tempat belajar yang begitu luas yang dapat memberikan begitu banyak informasi kepada Anda, terlepas dari kecilnya gaji, betapa mengesalkannya atasan, betapa jeleknya ruangan Anda dan lainnya.

Yang paling penting lainnya adalah membuat network. Siapa itu network? Semua orang yang Anda tahu, Anda kenal, Anda temui bisa menjadi network Anda. Anda membutuhkan orang-orang ini untuk mengembangkan usaha Anda. Kenapa? Karena saat ini, walaupun Anda pintar, hebat, dan bisa segalanya, Anda tidak akan bisa berkembang tanpa relasi. Anda tidak bisa sendirian. Bahkan, Steve Jobs yang inovatif pun membutuhkan ilmuwan dari Samsung untuk membuat layar sentuh iPhone-nya. Bill Gates pun membutuhkan para ribuan karyawan Microsoft untuk memasarkan produknya. Bahkan, Tuhan pun memiliki nabi-nabi untuk menyebarkan ajarannya. Jadi, kita membutuhkan orang lain, relasi, networking.

Yang sering saya lihat adalah orang tidak menjaga networking mereka. Mereka hanya sebatas kenalan, hangout sekali, lalu sudah. Tidak ada kelanjutan. Benar bahwa kita tidak bisa berteman dengan semua orang karena tidak semua orang cocok dengan kita dan kita belum tentu cocok dengan semua orang. Tetapi sebisa mungkin, menjaga hubungan sangatlah penting. Karena Anda bisa belajar dari mereka. Anda bisa meminta bantuan mereka untuk membuka jalan Anda ketika Anda menghadapi kebuntuan. Anda bisa belajar dari kegagalan mereka. Anda pun bisa meminta tolong kepada mereka untuk bantuan modal atau untuk bantuan stok barang, misalnya.

Coba tengok daftar kontak Anda, kategorikan orang-orang yang menurut Anda bisa membantu Anda suatu hari nanti, dan jaga hubungan Anda dengan mereka.Dan untuk orang-orang lain yang ada di dalam daftar kontak Anda, kategorikan juga kira-kira siapa orang yang membutuhkan jasa Anda. Karena kita membutuhkan orang lain, pasti ada orang lain yang juga membutuhkan kita. Berhasil tidaknya Anda dalam meraih kesuksesan, tergantung kepada siapa pihak-pihak yang membantu Anda mencapai kesuksesan itu. Apabila Anda hidup untuk diri Anda sendiri, rubah hidup Anda. Raihlah teman dan relasi sebanyaaaak mungkin.

Tidak siap untuk menjadi kaya
Banyak karyawan yang mengeluh mereka ingin menjadi kaya dalam waktu instan. Pertanyaannya, ketika kekayaan itu datang kepada Anda. Misalkan Anda mendapat duit dadakan satu milyar? Apa yang akan Anda lakukan?

.....
.....
.....

Saya yakin, yang Anda pikirkan adalah shopping atau memenuhi barang-barang keinginan Anda terlebih dahulu daripada memikirkan uang dadakan itu sebagai modal. Benar atau tidak, hayoo? Kebanyakan karyawan terjebak dalam cara pikir penghabisan uangnya dulu. Kalau ada sisa, baru memikirkan modal untuk usaha. Pertanyaan saya, kalau Anda berpikir seperti itu. Siapkah Anda kaya? Saya rasa belum tentu. Tuhan itu memang adil, karena kalau Anda belum kaya, berarti Anda belum siap untuk menjadi kaya. Kenapa? Karena berarti ada sesuatu yang Anda belum siap atau kuasai. Carilah apa yang perlu Anda lakukan atau dapatkan atau kembangkan. Ingat bahwa orang yang memiliki banyak uang, belum tentu bisa mengatur dan mengelola keuangannya.

5 comments:

  1. satu hal yang biasanya dilupakan banyak orang,yaitu kita perlu mentor yang tepat untuk keluar dari zona nyaman yang ngga nyaman itu,bahkan sebelum kita keluar dari zona tersebut..mentor,bukan hanya panutan,tapi seseorang yang mau berbagi ilmu secara kontinu,lbh bagus yg memiliki passion yang sama dan punya semangat untuk sukses..

    ReplyDelete
  2. @ denny the :
    benar. mentor juga faktor yang diperlukan untuk bisa keluar dari zona nyaman.

    ReplyDelete
  3. "Memang, tidak menjamin saya akan bisa lebih kaya kalau saya membuka usaha sendiri, tetapi hal yang lebih pasti adalah saya tidak akan kaya kalau hanya mengandalkan gaji semata"
    Asli keren bgt nih blognya..

    ReplyDelete
  4. Replies
    1. @dzaky dan @rustmanaloe : thx u for mampir yaa.

      Delete