Saturday, December 31, 2011

Menyongsong tahun baru 2012

"Ayah, lihat! Kembang apinya bagus! Iya, nak. Tiup terompetnya, gih!" ujar si bapak yang sedang menggendong anaknya di dalam gerobak sampah.

Ketika saya terjebak macet saat menuju rumah sepulangnya saya bertemu dengan orang untuk menjual ipod touch saya, saya berpikir alangkah senangnya apabila merayakan pergantian tahun dengan orang yang kita kenal, kita sayang.

Saya jadi ingat kejadian di tahun 2008 kalau tidak salah, dimana saya melihat seorang ibu-ibu tua pemulung yang menghabiskan waktunya sendirian melewatkan pergantian tahun 2009 di trotoar perempatan daerah Medan Merdeka. Anda mungkin tidak menyadari hal ini atau mungkin tidak terlalu ambil pusing, namun sadari juga bahwa euforia pergantian tahun adalah milik bersama.

Ada banyak orang-orang yang tidak beruntung seperti Anda dan saya yang dapat menghabiskan waktu pergantian tahun dengan orang-orang terkasih. Ibu tua itu bisa jadi sedih karena tidak memiliki seorang pun untuk dapat menghabiskan waktu melewati euforia pergantian tahun. Mungkin bisa jadi hal yang paling mereka inginkan adalah bertemu dengan sanak saudara / anak / kerabat untuk sekedar melepaskan penat dan menikmati euforia tahun baru seperti saya dan Anda. Kalau Anda menghabiskan waktu sendirian, tidak masalah! Tahun baru tetap milik Anda juga.

Those who care and do their job
Ada juga beberapa dari kita yang masih bekerja dan secara profesional melakukan pekerjaannya di pergantian tahun. Yang paling jelas saya lihat, tentu saja polisi lalu lintas. Mereka rela menggantikan waktu mereka untuk kumpul bersama keluarga untuk mengatur lalu lintas yang sudah seperti 'sampah-tanpa-aturan' setiap kali pergantian tahun. Atau ada juga pemulung atau dinas kebersihan yang setelah pergantian akhir tahun harus membersihkan sampah-sampah yang Anda buang secara sembarangan. Tanpa mereka, kota Jakarta yang kita tinggali tentu akan lebih menjadi sampah lagi. Jadi, terlepas dari berapa uang yang Anda keluarkan untuk menginap di hotel mewah, menikmati sampanye di hotel berbintang atau sekedar barbeque-an bareng teman-teman, ingatlah mereka yang kurang beruntung yang hanya sekedar "bertahan hidup" di kerasnya ibukota.

Terlepas dari semrawutnya kemacetan di ibukota akibat 'rakyat' yang ingin menikmati pergantian tahun di Ancol, Monas, Mal-mal, atau tempat lainnya yang mengakibatkan saya harus terjebak dalam lautan motor dari Kuningan - rumah selama kurang lebih 4 jam. Terlepas dari seringnya dering message di BBM saya akibat broadcast message ucapan selamat tahun baru (yang biasanya datang dengan versi copy-paste) sehingga membuat saya sedikit-sedikit melihat ke arah BB saya. Terlepas dari adanya acara atau tidak orang-orang yang merayakan pergantian tahun dimanapun mereka berada, baik dengan kerabat, pasangan, keluarga, teman-teman, pergantian tahun ini tentu penuh makna karena diiringi dengan doa.

Whats your prayer for 2012?
Doa agar tahun depan lebih baik dari tahun ini?
Doa agar tahun berikutnya apapun target yang belum tercapai di tahun ini dapat tercapai di tahun depan?
Doa agar yang ingin memiliki momongan dapat memiliki momongan?
Doa agar tahun depan perencanaan keuangan lebih baik sehingga dapat membeli rumah dll?

Tentu semua doa yang keluar dan terucap secara verbal atau di dalam hati semuanya positif untuk setiap insan manusia. Meskipun saya sendiri tidak sempat ke gereja untuk merenung (ehm), saya menatap tahun depan juga dengan harapan yang sama seperti Anda, yakni tahun yang lebih baik dari tahun ini. Saya juga memiliki banyak harapan untuk tahun depan yang tentunya saya harap saya dapat mewujudkan harapan saya menjadi kenyataan.

So, whats the plan?
Banyak orang menatap masa depan dengan penuh harapan, namun mungkin tidak semua orang merencanakan apa yang akan mereka lakukan di tahun depan. Jadi, pertanyaan saya adalah, sudahkah Anda membuat rencana kecil atau besar untuk tahun depan? Mungkin Anda bisa mengambil secarik kertas, dan menuliskan kira-kira target apa saja yang ingin Anda raih? Bisa dalam soal pekerjaan, kuliah, liburan ke negara impian Anda, kondisi keuangan Anda, segi spiritual Anda, rumah idaman Anda, dan lain sebagainya. Anda harus dan kudu memiliki perencanaan (yang baik) tentang harapan-harapan Anda, atau kalau tidak, tahun depan bisa jadi sama seperti tahun ini. Saya sendiri belajar untuk membuat perencanaan kecil untuk bisa mencapai harapan-harapan saya di tahun depan. Target saya? tidaklah muluk, setidaknya 40 persen harapan yang saya ingin capai bisa tercapai di tahun depan.

Say Grace
Saat terjebak macet pun saya juga melihat banyak orang yang baru saja menunaikan ibadah pergantian tahun baik mereka beragama Islam, Katolik atau Kristiani serta Buddha. Saya yakin mereka semua bersyukur kepada Tuhan akan tahun 2011 ini, sebuah tahun yang menurut saya berjalan sangat-sangat cepat. Mungkin Tuhan belum menjawab semua pertanyaan mereka, mungkin Tuhan belum mengabulkan apa permintaan mereka, namun saya yakin, Tuhan menyayangi kita semua, makhluk ciptaanNya terlepas dari apapun perbedaan agama kita. Mengucapkan syukur adalah bentuk ucapan terimakasih kita terhadapNya akan belas kasih Dia yang telah dicurahkan kepada kita. Dengan masih bernafasnya kita di dunia ini, dengan masih diberikanNya kita umur, satu hal yang pasti yaitu, Tuhan percaya kepada kita. Ya, Dia percaya kita bisa melewati kesukaran, Dia percaya kita bisa bertumbuh-berkembang sesuai dengan ekspektasi Dia. Jadi, siapkah Anda untuk berjalan lebih dekat dengan Tuhan di tahun 2012 ini?

Say it with SMS
Terlepas dari maraknya broadcast message yang saya terima, saya sungguh-sungguh menghargai teman-teman atau kerabat atau rekan kerja yang mengirimkan saya SMS. Yap! Karena untuk saya, sekarang ini tidak semua orang mau mengirimkan SMS. Memang saya hanya mendapatkan 5-6 orang yang mengirimkan SMS ke saya -salah satunya yang tinggal di luar negeri, saya lebih merasa diingat, dihargai oleh sekumpulan kecil orang ini ketimbang mereka yang hanya mengirimkan saya broadcast message lewat BBM yang sebagian besar (maaf) tidak saya baca. Kalau itu baru SMS, bayangkan kalau Anda mendapat postcard / kartu / parsel dari teman atau kerabat Anda. Wow! it is really great!

Siap atau tidak, 2012 akan menyongsong kita semua dalam waktu kurang lebih 25 menit lagi. Untuk Anda semua yang membaca blog saya ini, saya ucapkan selamat tahun baru 2012. Semoga tahun naga memberikan kita semua kemakmuran sebagai rakyat, kepemimpinan pemerintahan yang lebih sehat, roda ekonomi yang lebih berjalan luas untuk rakyat, dan juga semua rencana dan harapan Anda dapat terwujud di tahun 2012 dan ingat, 21 desember 2012 kiamat. (Menurut ramalan suku Maya)

Friday, December 30, 2011

Tips menulis kata pembuka / headlines.

"Tre, gue mau nulis blog nih, cuma gw bingung awal nulisnya apa dan gimana ya? Bikinin dong. gue gak ada bakat nulis nih!" pinta teman saya.

Ya, sama dong 'jeung? Saya juga tidak punya bakat menulis. Wong, kosakata saya saja masih terbatas, penulisan EYD saja masih acakadut. Boro-boro sempurna, teman-teman saya yang terbiasa menulis saja sering ingin mencubit pipi saya atau menggeplak kepala saya karena saya masih sering salah titik, koma, kata sambung dan lain sebagainya. Meskipun saya memang sedari dulu suka menulis, tetapi saya tidak terlalu ambil pusing dengan teknik penulisan (yang akhirnya memusingkan pembaca) Kenapa? Karena rasanya saya lebih tertarik dengan inti dari apa yang ingin saya sampaikan itu tersampaikan. Meskipun demikian, saat novel pertama saya selesai dan dijual, saya belajar untuk setidaknya belajar sedikit demi sedikit tentang teknik penulisan yang baik.

Saya pernah menulis tentang tips menulis blog bagian 1 (klik ini) Namun demikian, saya mungkin akan memberikan sedikit tips ('ehm) untuk Anda-Anda yang suka menulis atau sedang ingin menulis. Mudah-mudahan tips berikut ini berguna untuk Anda. Mungkin hal berikut ini sering kita lupakan atau anggap remeh, tetapi percaya pada saya, hal ini sangat-sangat-sangat penting. Apa itu? Yakni, kata pembuka.

Kata pembuka adalah sudut mati Anda.

Menurut saya, hal yang paling menyedihkan untuk seorang blogger atau penulis adalah ketika mengetahui tulisannya tidaklah diminati untuk dibaca oleh orang lain. Meskipun, ada beberapa penulis yang sengaja menulis atau memuat blognya dalam konteks "private" tetapi saya rasa sebagaian besar blog diluar sana ditulis untuk dibaca oleh orang lain. Anggap saja begini, seseorang mau meluangkan waktu mereka untuk membaca blog Anda, namun ketika orang tersebut membuka dan membaca blog Anda, mereka tidak tertarik bahkan bosan dengan blog Anda sehingga mereka tidak lagi mau membaca blog Anda.

Menurut saya, kejadian diatas dapat terjadi kepada siapa saja, termasuk saya. Saya pernah menulis bahwa saya pernah membuat banyak sekali blog sebagai pelampiasan passion saya akan menulis, dan mungkin ada pengunjung-pengunjung blog saya yang merasa bosan dengan blog saya. Pertanyaannya, kenapa mereka bisa sampai bosan? Selain faktor dari kebutuhan dan isi blog, saya rasa jawabannya terletak pada kalimat pembuka.

Anda pernah membaca sebuah artikel dimana isi beritanya tidaklah sebagus kalimat pembukanya? Saya yakin Anda pernah. Menurut saya, kekuatan tulisan ada di 30-50 kata pertama. Ketika Anda dapat memberikan 30-50 kata pembuka yang memiliki kekuatan untuk menarik perhatian orang, saya yakin orang akan membaca tulisan Anda. Tugas Anda berikutnya adalah mempertahankan kekuatan kata pembuka Anda dan ya, itu bukan pekerjaan mudah. Saya pernah membaca sebuah artikel yang cukup panjang tentang grup musik kesukaan saya dengan kalimat pembuka yang menarik, namun isi artikelnya cukup memuakkan saya karena isinya kok, cenderung menjelek-jelekkan grup band tersebut dengan membandingkannya dengan grup musik lain.

Untuk Anda yang sedang mencoba menulis, Anda mungkin pernah mendapatkan begitu banyak nasihat, masukan, kritik tentang gaya tulisan Anda, tentang bagaimana cara menulis yang benar. Sekali lagi, saya bukanlah seorang penulis ternama atau hebat, namun berikut adalah apa yang biasanya saya lakukan ketika menulis.

1. Ceritakan dalam bahasa yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila Anda membaca kalimat pembuka saya di blog saya, Anda pasti memperhatikan bahwa saya membesarkan kata pembuka dengan format "bold" dengan tulisan sederhana dan sehari-hari yang biasanya saya kutip dari kehidupan saya sehari-hari. Kenapa saya menggunakan teknik itu? Karena awalnya, blog saya bukanlah blog dengan tema berat seperti politik dan sejenisnya, jadi dengan kalimat kutipan yang diambil dari kehidupan sehari-hari, pembaca dapat lebih mengenal saya dan blog saya dengan lebih santai.

2. Gelitik rasa penasaran pembaca Anda dengan memberikan mereka "?"
Anda bisa memulai tulisan Anda dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada audiens atau pembaca Anda, hal tersebut akan menambah keingintahuan mereka dengan artikel/posting Anda yang akibatnya, mereka akan tetap membaca blog Anda sampai akhir untuk mengetahui apa jawaban dari pertanyaan yang Anda ajukan di kalimat pembuka.

3. Buat mereka Syok!
Tidak semua orang suka dikagetkan, jadi buat mereka kaget! Beberkan fakta atau data yang dapat membuat mereka kaget atau tersadarkan. Misalnya, saya cukup kaget ketika melihat sebuah kalimat pembuka "Katakan halo kepada penduduk dunia ke tujuh milyar satu." Detik itu saya kaget, karena saya tidak sadar bahwa penduduk dunia sudah tujuh milyar? Wow! Saya melahap artikel itu secepat saya melahap martabak manis kesukaan saya. Biasanya, kalimat pembuka yang memberikan efek kejut ini dapat merangsang seseorang membaca secara lahap artikel yang Anda berikan kepada mereka.

4. Ceritakan kepada mereka sebuah cerita.
Semua orang suka mendengarkan cerita. Bahkan Anda sebenarnya sedang membagi cerita kepada siapapun pembaca Anda akan topik apapun yang Anda berikan kepada mereka. Anda ingin membagi pemikiran Anda kepada mereka. Pastikan teknik kalimat pembuka versi cerita ini adalah benar-benar cerita Anda sendiri dan tidak dibuat-buat. Anda juga dapat memberikan anekdot pribadi, bahasa Anda sendiri dan kalau perlu, berikan juga referensi cerita yang dapat berhubungan agar dapat membantu menguatkan tulisan Anda. Teknik penulisan seperti ini dapat membantu pembaca mengerti akan pemikiran Anda secara pribadi dan mereka merasa ada sebuah ikatan yang terjalin antara Anda dan pembaca.

5. Singkat, cepat, padat!
Anda yang pernah membaca koran lampu merah pasti tahu bahwa mereka menggunakan kalimat pembuka mereka sebagai isi dari artikel mereka. Bahkan, sebenarnya isi artikelnya tidak lagi perlu dibaca karena toh, kalimat pembukanya sudah menjelaskan apa isi dari beritanya. Anda mungkin menganggap remeh kalimat-kalimat pembuka dari koran lampu merah, tetapi pikirkan lagi. Walaupun kelihatannya remeh, kalimat-kalimat headline dari koran lampu merah mampu menarik perhatian kita dengan kalimat-kalimatnya yang terkadang membuat kita menggeleng-gelengkan kepala. Sama seperti Anda yang hanya membaca headline dari koran lampu merah dan tersenyum-senyum tidak jelas tanpa mau membaca artikelnya, ada jutaan orang di luar sana yang sama seperti Anda, mereka hanya membaca "kalimat pembuka / headline" ketimbang membaca artikelnya.

6. Buat mereka tertawa.
Anda tahu? Banyak orang yang ingin membaca blog Anda karena selain mereka mendapatkan sesuatu / informasi untuk diri mereka sendiri, mereka juga merasa senang mampir ke blog Anda karena mereka terhibur dengan blog Anda. Tulisan Anda mampu memberikan tawa, senyum setiap kali mereka mampir ke blog Anda. Apabila Anda mampu menggabungkan informasi dan juga terhibur, dapat dipastikan waktu yang mereka luangkan untuk mampir ke blog Anda tidak akan sia-sia.

Apapun teknik penulisan kalimat pembuka yang Anda gunakan, harap ingat bahwa jangan sampai inti pemikiran yang Anda ingin sampaikan kepada pembaca malah tidak tersampaikan dan pastikan apapun teknik penulisan kalimat pembuka Anda, kalimat itu berhubungan dengan inti dari topik yang ingin Anda sampaikan. Kalimat pembuka tidak perlu panjang, tidak perlu serius, tidak perlu bertele-tele, namun pastikan 30-50 kata-kata pembuka Anda memberikan kesan yang mendalam kepada siapapun yang membaca tulisan Anda.

Sunday, December 25, 2011

Count My Blessings in 2011

Hampir 365 hari dalam tahun 2011 mau berakhir. Saatnya menghitung apa saja berkat yang diterima di tahun ini.

Ya, sebenarnya ini adalah resolusi akhir tahun, cuma karena berhubung belon mendekati akhir tahun ya mulai dicicil deh ingatan-ingatan akan apa yang sudah diterima ditahun ini. Besok hari Mulai dari pekerjaan, teman, barang dll. Jadi, berikut adalah daftar apa saja yang sudah dicapai di tahun ini secara random karena gak ingat exact-datenya.
  • Pergi ke tanah suci Israel, mengunjungi banyak sekali tempat-tempat bersejarah yang ada di dalam kitab suci seperti tempat kelahiran Yesus Kristus, tempat wafatnya Musa, bisa melakukan janji baptis ulang di sungai Yordan dan lain sebagainya.
  • Pergi mengunjungi Dubai. Benar-benar berkesan travel di Dubai. Mulai bisa mengunjungi gedung tertinggi di dunia Burj-Al Khalifa, Burj Al Arab, Dubai Mall, Mall of Emirates, Desert Safari, Atlantis Ocean Park dll.
  • Pergi mengunjungi negara yang paling saya impikan, Jepang. Tidak pernah terpikir bahwa saya akan benar-benar bisa pergi mengunjungi negara unik ini. Mulai dari Tokyo - Mt.Fuji - Kyoto - Osaka - Kobe. Benar-benar dream come true karena saya pernah berjanji kepada Tuhan bahwa sebelum umur 30, saya akan menyambangi negara ini, dan Tuhan mengabulkan permintaan saya.
  • Berhasil menerbitkan secara self-published novel pertama saya, Invanevia yang bercerita tentang phobia kertas di bulan Mei 2011. Benar-benar senang karena awalnya novel saya hanya diikutsertakan untuk lomba novel di IKJ di tahun 2007 sehingga sempat 'terbengkalai' selama beberapa tahun dikarenakan susahnya mencari penerbit.
  • Bisa pegi jalan-jalan bersama keluarga ke singapore. Meskipun capai, letih sampai kaki sakit, setidaknya ini adalah jalan-jalan pertama saya dan keluarga saya bersama-sama ke luar negeri.
  • Bisa pegi travel ke Bangkok, Thailand bersama teman-teman. Ini adalah pertama kalinya saya bisa pegi ke Bangkok setelah sekian tahun 'dicekoki' oleh teman-teman cerita-cerita tentang travel ke Bangkok. Jadi ya, lumayan setidaknya di paspor saya ada cap bandara Suvarnabhumi, Thailand.
  • Tahun ini saya naik jabatan di perusahaan dari assisten anak magang ke assisten staff yang berarti ada kenaikan gaji yang cukup 'signifikan' lah untuk memenuhi kebutuhan hidup saya sehari-hari yang tidaklah mewah seperti membeli iPhone 4s, iPad 3, cicilan mobil Toyota Alphard, cicilan rumah di bilang Pondok Indah dan penthouse di The Peak. (Gayaaa)
  • Mulai aktif kembali di gereja dan menemukan gereja yang cocok dengan saya yakni JPCC (Jakarta Praise Community Church) di Hotel Nikko, Jakarta serta bergabung dengan komsel DATE Taman Anggrek 4 yang memberikan saya banyak masukan, pelajaran, teman baru, dukungan dan lainnya meskipun sudah hampir beberapa bulan terakhir saya tidak ke gereja dan ikut komsel dikarenakan mood yang naik turun. Huff, harus segera membetulkan kembali mood saya.
  • Sudah mulai bisa memberikan perpuluhan ke Tuhan meskipun masih bolong-bolong. Anehnya, ketika memberikan perpuluhan (secara tulus) saya mendapatkan rejeki yang kadang saya tidak habis pikir darimana datangnya sehingga (anehnya) semua yang tadinya saya pikir masa-masa sulit keuangan saya tidak akan terlewati, eh, terlewati juga.
Tentu selain berkat-berkat yang saya dapatkan, masih ada begitu banyak rencana dan impian saya yang belum terkabul hingga tahun ini yang saya harap bisa terkabul di tahun depan. Kalau dipikir-pikir, apa saja yang terjadi dalam tahun ini adalah berkat, meskipun tidak semua berkat datang dalam packaging yang bagus, tentunya.

Thursday, December 22, 2011

Menikah? Penting gak sih?

Pria : Kalau bisa beli sate kambing, buat apa pelihara kambingnya?
Wanita : Kalau cuma mau makan sosis, buat apa pelihara sapinya?

Plato, filsuf Yunani yang terkenal pernah berkata bahwa pada awalnya, manusia diciptakan dalam satu wujud yang memiliki dua wajah yang membelakangi, punggungnya menempel satu sama lain, memiliki empat tangan dan empat kaki, serta memiliki dua kelamin. Jadi, ya, seperti kembar siam namun berbeda kelamin. Hasilnya? Makhluk bernama manusia ini bisa bekerja lebih keras, lebih cepat dan bisa beranak cucu tanpa perlu melakukan hubungan seksual.

Para dewa akhirnya cemburu berat pada makhluk manusia ini. Zeus, rajanya para dewa, mendengar keluh kesah para dewa dan memaklumi kecemburuan mereka. Akhirnya Pak Zeus mengambil tindakan dengan membelah manusia dengan cambuk saktinya tepat di punggung manusia. Ctar! Maka, terpisahlah manusia menjadi dua jenis, yakni Pria dan Wanita.

Sukses? Nanti dulu! Timbul persoalan baru yang bikin Pak Zeus pusing kepala. Karena manusia sudah terpisah dan berdiri sendiri sebagai makhluk yang berbeda jenis, manusia hanya memiliki separuh kekuatan dari kekuatan sebelumnya. Maka, untuk mengembalikan kekuatan mereka, Zeus menyatakan bahwa pria dan wanita harus berpelukan sehingga manusia yang tadinya memiliki kekuatan "hanya separuh" bisa menyatu dan kembali berdigdaya. Hal itu berlangsung terus menerus hingga sekarang. Pria dan wanita masing-masing mencari separuh dirinya yang hilang untuk bersatu padu. Peristiwa penyatuan inilah yang disebut manusia dengan Pernikahan.

Interest in : Dating & Serious Relationship
Mengingat omongan Mbah Plato, banyak orang ingin mencari separuh diri mereka yang hilang itu, alias ingin menikah. Coba tanyakan kepada diri Anda, atau kepada setiap wanita yang Anda jumpai. Bohong kalau para wanita (normal) ini mengaku belum pernah membayangkan dirinya memakai gaun pengantin. Wong, anak balita saja sudah minta dibelikan boneka Barbie dan Ken, yang akan mereka "nikahkan" di depan sesama bocah seumuran, kok.

Wanita dan pria manapun, pasti pernah -meski hanya satu kali dalam hidupnya- diperkenalkan pada ide tentang pernikahan oleh orang tua ataupun lingkungannya. Buktinya apa, Tre? Buktinya adalah para ibu-ibu mengajarkan anak perempuannya untuk menjaga keperawanannya untuk dipersembahkan kepada suaminya kelak. Dan para ayah-ayah mengajarkan anak laki-lakinya untuk mencari bisa sekolah yang tinggi agar bisa mencari nafkah untuk masa depannya kelak. Ini adalah ide dasar dari pernikahan bahwa masing-masing pihak, baik wanita dan pria harus memiliki 'modal'.

Banyak orang bertanya kepada saya pertanyaan yang menurut saya hanyalah pertanyaan basa-basi dan retorika semata, yakni "Kapan merit, Tre?" Ya, ampun. Sampai bosan saya mendengar pertanyaan ini. Saya tidak kesal atau marah atau anti terhadap pertanyaan ini. Saya hanya bosan. Kenapa saya sebut basa-basi, karena terkadang saya pun menanyakan hal yang sama kepada teman-teman saya sebagai kalimat pembuka setelah beberapa saat tidak bertemu dengan mereka. Kalau dipikir-pikir, tidak ada untungnya juga menanyakan dan menjawab hal tersebut. Tidak ada untungnya untuk Anda menanyakan pertanyaan itu ke saya, dan tidak ada untungnya untuk saya menjawab kapan saya menikah untuk Anda, bukan?

Saat kumpul-kumpul reuni apalagi ... Beuh! Ini adalah momen 'pembantaian' untuk para jombloers karena pertanyaan 'Kapan merit?' paling sering dilontarkan. Umumnya jawaban yang saya terima dan saya lontarkan adalah "Kawin sih sering, nikahnya aja yang belum." Dan jawaban ini berlanjut ke pertanyaan berikutnya, "Ya udah, kapan dong nikahnya." Jawaban saya berikutnya, "Belum ada calon nih, Cariin dong!" Dan buset, jawaban ini pun berakhir dengan penghakiman "Ah, lo sih kebanyakan milih! Ntar kalo gw kenalin, bukan tipe lo." Masaolo.

Dan untuk yang sudah menikah, mereka akan sibuk menceritakan keadaan rumah tangganya yang begini-begitu. Heboh, deh. Biasanya, akan ada embel-embel "Elo sih enak, belum nikah. Bebas kemana-mana, mau pulang jam berapa, mau jalan sama siapa, masih bebas. Nah, gue? Boro-boro dugem atau party. Mau ketemu sore begini aja susah. Harus pulang sebelum anak-anak gw tidur." Nah, biasanya ini adalah momen dimana kami-kami yang single membalas mereka yang sudah menikah dengan melontarkan jawaban, "Siapa suruh nikah? Nyesel, kan?!"

Untuk saya pribadi, menikah - tidak menikah - cerai - nikah lagi - pendekatan - selingkuh, semua sama ribetnya. Pernahkah Anda sadar bahwa urusan tetek bengek relationship ini sebetulnya adalah topik yang paling sering kita gembar-gemborkan? Relationship itu sangat memusingkan, sebenarnya. Saking ribetnya, saya pernah berkontemplasi tidak habis pikir mencari jawaban, "Apa sih enaknya nikah?" (Diluar kawinnya, tentu)

Teman saya, setelah berpuluh-puluh tahun bersusah payah menjaga keperawanannya agar tidak bolong di tengah jalan, eh, harus menghadapi bahwa 'segel' bernama keperawanan itu harus dipersembahkan untuk suami di malam pengantin! Jadilah dia kerepotan ketika pacarnya minta 'jatah' untuk menuntaskan birahinya.
Belum lagi kalau teman saya yang lain mau mengerok alis hingga tinggal segaris diledekin "Ah, elo pake kerok alis lagi. Ntar aja kerok alisnya pas udah mau merit."
Belum lagi kalau teman saya yang wanita berencana beli rumah, teman-teman ngerumpinya langsung nyemut dengan nasihat "Keenakan suami lo dong ntarnya, dapat istri yang sudah punya rumah sendiri." Lah?

Itu baru cerita dari pihak yang cewek, teman saya yang cowok sudah memiliki jabatan cukup tinggi diperusahaan tempat dia bekerja, juga pusing dengan masalah pernikahan. Dia pernah curhat ke saya, "Tre, tolonglah kau bantu beta cari pasangan. Beta sudah pusing ini. Ayah beta tidak bangga sama sekali dengan jabatan beta di kantor. Ayah beta juga tidak bangga dengan kemapanan beta. Dia baru bangga kalau beta datang kepadanya sambil membawa calon istri." Jawaban saya? "Beta tak tahu!" (lengking di akhiran, jangan lupa) ... Ya ampun, masih ada yang begitu ya?

Ada lagi teman saya yang cowok lainnya yang saking stress sampai ketombenya jadi banyak banget karena ditanya "Kapan merit?" oleh orang tuanya yang akhirnya menempuh berbagai cara mulai dari aktif di Facebook, Tagged, Hi5, Flixter, dan aneka ajang cari jodoh lewat dunia maya lainnya. Rasanya seperti membeli karung dalam kucing, eh, kucing dalam karung. Yang mana parahnya, karungnya itu kedap suara, antibau, bahkan tak terdeteksi pada saat lewat di gerbang metal detector mal alias nekat menjadi risk-taker untuk hal yang buta-gulita (lebih daripada sekadar gelap-gulita).

Sialnya, dia membawa semua wanita yang dikenalnya lewat online itu kepada saya terlebih dahulu sebelum ke orang tuanya, hasilnya? Ya ampun. Saya sampai tepok jidat melihat calon-calonnya. Akhirnya saya berpikir, jangan-jangan manusia itu sudah terpatri dan jatuh cinta dengan ide tentang pernikahan, sehingga tidak jadi soal mau nikah sama siapa, yang penting nikah! Seolah pernikahan itu adalah tujuan akhir dari hidup manusia.

Dari pengalaman teman-teman saya yang sudah menikah, saya melihat bahwa pernikahan itu sangat-sangat-sangat merepotkan, apalagi kalau yang menikah adalah orang-orang terdekat kita, seperti adik, kakak, sepupu. Waktu kakak saya menikah, sepertinya yang repot bukan dia, tetapi saya, orang tua, dan sepupu. Saya disuruh datang ke beberapa pameran wedding untuk mengambil brosur, flyer diskon tentang katering dan juga dekorasi (sampai kenyang saya menyobai catering seharian penuh yang akibatnya semua sepertinya rasanya sama saja di lidah saya). Mama saya sibuk kesana kemari meminta informasi dan harga undangan. Sepupu saya sibuk mencari bridesmaid dan lain sebagainya? Sedangkan kakak saya, enak-enakan pergi ke mal nonton bioskop, tuh. Grrr....

Yes I do, But in fact ...
Mengapa saya belum menikah? Atau mengapa saya belum menikah (lagi) untuk mereka yang janda / duda adalah pertanyaan yang harus ditanyakan kepada diri kita masing-masing. Bukan berarti saya tidak laku loh! Setelah ribuan kali pacaran dan jutaan kali dikhianati (loh?) saya mau pada saat saya menikah nantinya, saya ingin saya yakin bahwa saya sudah mengenal dengan baik dan dekat karakter pasangan saya nantinya. Semoga nantinya saya memilih orang yang best of the best untuk pasangan saya.

Persoalan kenapa saya belum menikah atau belum terpikir untuk menikah sebenarnya bukan karena saya tidak mengerti pasangan saya, tetapi karena justru saya tidak memahami diri saya sendiri. Bayangkan, begitu banyak manusia di dunia ini. (Tujuh milyar manusia dari informasi terakhir?). Bagaimana saya bisa yakin bahwa dia adalah yang tepat dan terbaik untuk saya? Anda tentu tahu pepatah diatas awan ada awan, bukan? Berarti kalau Anda seorang wanita yang mengidamkan seorang pria yang mapan bernama A, akan ada pria bernama B yang lebih mapan jauh daripada si A. Dan kalau Anda seorang pria yang mengidamkan seorang wanita berpayudara besar bernama X, maka akan ada wanita lainnya bernama Y yang payudaranya lebih besar daripada si X. Jadi, piye? Jawabannya adalah semua itu pilihan. Anda menikahi pasangan yang Anda telah pilih dan mereka juga memilih untuk mau memilih Anda sebagai pasangan Anda.

Apakah Anda setuju kalau saya mengatakan bahwa pernikahan itu sebuah misteri? Pernikahan ternyata bukan berarti bersetubuh setiap malam (hingga pagi buta) dengan segala posisi dan gaya, bukan berarti bergantian bangun untuk mengganti popok bayi, bukan untuk sekedar saling curhat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Sebaliknya, pernikahan justru membuka peluang yang sangat besar untuk membuka borok dan kambing hitam atas setiap masalah yang datang. Mulai dari tagihan kartu kredit yang mestinya mudah diatasi, kerap berbuntut dengan pertanyaan, "Buat apa sih Papa beli Blackberry lagi, padahal yang kemarin saja belum rusak." Lalu suami balik bertanya "Ini, kamu buat apa beli sepatu lagi, sepatu lagi? Memang kamu gurita, kakinya banyak?"

Itu baru masalah kartu kredit. Belum kalau mertua sakit, tabungan untuk sekolah anak, ipar atau keluarga sedang liburan dirumah atau masalah yang remeh sekalipun. Misalnya teman saya pernah bertengkar hebat dengan suaminya karena saking tinggi birahi si suaminya, uang pengeluaran untuk beli kondom mengalahkan duit beli rokok si istri. Terdengar konyol, bukan? tapi itu kenyataannya. Anda tersenyum? Nah, tunggu kalau Anda sudah menikah nanti. Hal remeh lainnya misalnya, pasangan harus keluar kota dan terpaksa meninggalkan keluarga selama beberapa hari. Kalau hanya beberapa kali dalam setahun, mungkin tidak akan masalah. Tapi bagaimana kalau deadline setiap minggu karena misalnya istri bekerja di media cetak? Boro-boro menemani undangan ke pesta. Pulang saja telat melulu!

Bumbu-bumbu penyedap! Masak kaleee..
Saat belum menikah, perbedaan yang ada dari dua individu yang sudah dibelah oleh Pak Zeus berlainan jenis ini dianggap bumbu. Saat pacaran, kita masih bisa bilang "Kita jalani dulu, sayang. Berpikirlah positif. Toh kalau ada ribut-ribut sedikit, itu kan bumbu pernikahan. Setelah cekcok, tiap pasangan pasti jadi lebih mesra." Faktanya, apa yang terjadi setelah menikah? Kemana larinya bumbu-bumbu penyedap tadi? Yang ada, dada terasa lebih tipis karena seringnya dielus akibat menahan sabar. Mari kita hadapi kenyataan pertama bahwa pernikahan bukanlah jaminan kebahagiaan.

Itu baru soal bumbu, belom soal main dish, alias cinta. Umumnya, kalau pernikahan sudah melewati tahun kelima, kalimat yang terucap, "Saya dan istri sudah seperti kakak-adik." Waduh? Insest dong? Kemana perginya bumbu-bumbu itu? Kemana hilangnya rasa serr...serrr yang dulu pernah dialami saat pertama kali tangan pasangan menyentuh bokong kita? Ngumpet kemana itu bumbu penyedap bernama gairah berdandan ketika kita tahu pasangan sedang on the way menjemput kita untuk kencan? Kabur kemana itu birahi yang menggebu-gebu ketika pasangan sedang berada di sebelah kita? Jika diawal pernikahan, kita menanti pasangan pulang cepat, lain lagi kalau usia pernikahan sudah berada diatas sepuluh tahun. Yang ada, "Jumat malam besok, ngapain lo? Ada acara gak? Pasangan gw lagi pergi nih, dugem yok!"

Saya sendiri sering sekali menemukan pasangan-pasangan suami-istri yang duduknya berhadap-hadapan satu sama lain di kursi Starbucks, sibuk sendiri-sendiri dengan majalah atau Blackberrynya. Tidak mengobrol satu sama lain, hanya berbincang seadanya. Hebatnya, mereka melakukan itu bisa hampir tiga jam. Bandingkan dengan abege-abege yang masih pacaran yang posisi duduknya kalau bisa mepeeeet-mepeeeet. Ternyata kalau dipikir-pikir, disitulah mungkin letak jawaban atas kebingungan saya. Pernikahan identik dengan komitmen, padahal hakikat manusia adalah identik dengan selalu berubah, cepat bosan, tidak mau sama, selalu mau yang baru. Jadi, apa yang harus dilakukan dalam menghadapi sebuah pernikahan, atau saat kita sudah berada di dalam pernikahan? Sialnya, Anda harus menjalani komitmen Anda untuk dapat tetap bertahan dalam setiap perubahan yang terjadi.

Benar bahwa saya belum menikah. Namun saya yakin, saat janji pernikahan terucap, tentu keadaan saat mengucap janji itu berbeda keadaannya dengan keadaan 5-10 tahun atau 20 tahun ke depan. Untuk wanita yang sedang membaca blog ini, sudah dapat dipastikan bahwa kulit Anda sudah pasti mengendur dan 'keriting' karena termakan usia. Sialnya, banyak sekali wanita-wanita segar diluar sana. Dan sialnya lagi, stok wanita-wanita muda yang segar dapat dengan mudah ditemui di luar sana seiring dengan semakin matang dan mantapnya keadaan pasangan Anda dari segi finansial, sehingga dapat terjadi kemungkinan besar para suami bisa memilih kemudahan dan kenikmatan di luar rumah.

Contohnya adalah beberapa tahun lalu saat saya menerima undangan dari klub X dan Y. Para tamu yang saya temui sebagian besar adalah pria yang sudah bertampang bapak-bapak alias sudah menikah dan pendamping mereka adalah wanita-wanita muda yang umurnya bisa jadi setengah dari umur mereka. Saya bertanya dalam hati, kira-kira ada berapa pasangan suami-istri yang datanag ke acara ini? Karena penasaran, saya bertanya ke teman saya yang memang Public Relation di acara itu. Jawabannya mencengangkan. Hanya sekitar 5-10 orang yang datang membawa istrinya dari sekitar jumlah 50-75 pasang tamu. Sisanya adalah gadis-gadis muda selingkuhan yang dijemput oleh si oom di apartemen, atau ketemuan di tempat acara setelah gadis-gadis muda itu dijemput oleh sang supir.

Lalu, kemana larinya si istri berkulit 'keriting' tadi? Jawabannya gampang. Mereka pergi ke acara atau klub lain bersama teman-teman wanita mereka juga untuk berbelanja untuk mengobati rasa sedih dan kesepian, atau janjian suntik botox atau mesotherapy bareng teman-teman. Yoga? Oh ya, betul, ada juga yang memilih yoga untuk menenangkan batin. Pilihan terparah? Ya, tinggal cari daun muda alias brondong yang sanggup mencumbu wanita-wanita berkulit 'keriting' ini semalaman penuh secara wild, fresh ASAL ada 1.5 - 2.5 juta rupiah yang siap diselipkan ke kolor brondong-brondong muda ini. "Daripada pakai vibrator, tidak bisa mendesah-desah dan "membanting-banting" kita ...," Batin para wanita kesepian itu. Kenapa banyak wanita tutup mata soal ini? Karena mereka berpikir "Terserah lah, suami gua mau ngapain, yang penting gw tetep dapet duit. Botolnya mau kemana, terserah lah, yang penting isinya pulang." Kenyataan kedua yang harus kita terima adalah pernikahan bukan obat kesepian!

How can I tell her ... About him? (or her)
Maksudnya? Para suami (diam-diam) menjalin kisah asmara dengan PIL (pria idaman lain). Waduh! Ini memang sangat teramat tidak wajar, tetapi ini sudah menjadi fenomena baru yang melanda kehidupan rumah tangga disekitar kita. Sakit jiwa? Mungkin. Saya sendiri tidak bisa habis pikir kenapa bisa ada seorang istri yang menjalin kisah asmara dengan wanita lain atau para pria menjalin asmara dengan pria lain. Halo, Pak Zeus? Bagaimana ini?

Saya tidak akan membahas hal percintaan sejenis ini dari segi agama karena saya yakin, agama manapun akan melarang ini dan juga saya bukan ahli agama. Hanya saja, bayangkan ini, kita saja sudah keki setengah mati kalau pasangan kita menggoda lawan jenis. Nah ini, mereka menjalin hubungan spesial dengan sesama jenis. (tepok jidat Anda) Apakah kewanitaan wanita sudah tidak lagi mengundang selera untuk para gay-ers? Apakah payudara wanita, kehalusan tubuh wanita sudah tidak lagi mengundang selera Anda, para Gayers? Dan juga, apakah badan-badan six pack dan muka macho pria tidak lagi mengundang birahi Anda, para lesbianers? Atau sebaliknya, karena Anda tidak rela menyakiti hati pasangan Anda dengan berselingkuh lawan jenis, Anda berpaling untuk berselingkuh dengan sesama jenis?

Saya bertanya mengenai hal ini kepada beberapa teman wanita saya. Sebagian besar menjawab "Amit-amit!" Namun sebagian lagi menjawab "Tutup mata aja deh. Toh yang penting dia tidak membagi hatinya untuk wanita lain. Dan lagipula, kalau selingkuhnya sama lelaki yang biseks juga, enak dong. Bisa threesum." Jah!

Saya tidak bisa membayangkan memiliki pasangan yang mencintai sesama jenis (Amit-amit), Jelas mengetahui pasangan kita mencintai sesama jenis akan membuat harga diri kita terinjak-injak. Penyimpangan seksual ini saya yakin tidak terjadi secara alamiah begitu saja, bohong kalau Anda mengatakan gen homo/lesbian ini ada dari DNA kita. Saya rasa Tuhan kita tidak sebodoh itu untuk menciptakan ciptaannya menjadi sesama jenis dan ingat, bahwa tidak ada bayi yang lahir langsung menjadi homo/lesbi. Pasti ada masalah psikologis atau gangguan kejiwaan yang terjadi karena lingkungan dan pengaruh yang rusak. Seseorang yang melakukan penyimpangan ini, kemungkinannnya ada dua.

Pertama, seseorang mengalami kelainan ini karena trauma masa lalu, misalnya dia pernah menjadi korban sodomi sehingga dia menjadi pelahap sesama jenis. Dalam kasus yang berskala ekstrim, dia ingin "membalas dendam" kepada oranag lain atas apa yang dia telah lalui. Oleh karena itu seringkali kelainan seksual ini dianggap sebagai penyakit menular, yaitu saat seseorang menjadi korban pelecehan seksual ini berupaya untuk 'meneruskannya' kepada orang lain.

Kedua, kelainan seksual ini terjadi karena kebosanan terhadap lawan jenis sehingga mereka ingin bereksperimen dengan sesama jenis. Kenapa? Karena seperti yang saya tulis diatas, hakikat manusia adalah terus berubah, cepat bosan, dan ingin sesuatu yang baru. Jadi pemikiran untuk melakukan hubungan iseng-iseng dengan sesama jenis seakan menjadi alternatif pilihan pengusir kebosanan. Cukup gila memang kedengarannya, namun hal tersebut adalah fakta dan terjadi. Seorang teman saya tidak menutupi bahwa dia adalah seorang lesbian. Saya pernah menanyakan kepadanya bagaimana awal mula dia menjadi lesbian. Ceritanya dimulai saat awal SMA dia menginap dirumah temannya dan seperti biasa dia membuka baju dihadapan temannya yang juga mengganti baju setelah mandi. Mereka saling mengamati tubuh masing-masing dan awalnya saling becanda mengomentari tubuh masing-masing yang akhirnya mereka berdua penasaran dan saling meraba Ms.V masing-masing dan berakhir dengan melakukan oral seks secara bergantian. Dari situ dia merasakan 'sensasi' lebih ketika dipegang, disentuh, diraba dan dicumbu oleh perempuan dibanding oleh lelaki. Teman saya pun merasa agak jijik melihat tubuh lelaki yang ditumbuhi bulu, jambang dan jenggot. Menurutnya, hal yang terseksi dimatanya adalah tubuh wanita, bukan tubuh lelaki.

Ini bukan tentang hari H, tetapi setelah hari H.
Saya melihat banyak sekali pasangan yang sedang pacaran lebih sibuk mempersiapkan hari H ketimbang persiapan menjalani setelah hari H. Mereka disibukkan dengan persiapan gaun pengantin, dekorasi, katering, dekor, lokasi, undangan dan lainnya. Tidak salah memang, tetapi mereka lupa bahwa semewah-mewahnya pernikahan Anda di hari H, tidak akan menjamin kehidupan pernikahannya akan mewah juga. Segila-gilanya, semewah-mewahnya hari H pernikahan Anda, kehidupan pernikahan Anda bisa berakhir esoknya. Saya melihat banyak wanita yang "memaksakan" diri untuk menikah karena lantaran umurnya sudah mau mendekati kadaluarsa walaupun sebenarnya dia tidak sreg-sreg amat dengan si pria. Begitupun juga dengan pria, kebelet menikah karena tidak tahan menyandang status jomblo sehingga berasa "ditinggalkan" oleh teman-teman seumurannya karena belum menikah.

Belum lagi masalah orang tua yang terus merongrong untuk cepat momongan. Padahal untuk menikah, hari H bukanlah yang terpenting. Kata orang Jawa, yang terpenting adalah bibit, bebet, bobotnya. Bagaimana karakter pasangan Anda? Bisakah dia menerima Anda disaat Anda susah dan maukah dia melewatinya bersama. Sudahkah Anda mengetahui dan bisa menerima kekurangan Anda? Ingat bahwa lebih mudah menerima kelebihan seseorang daripada menerima kekurangan seseorang. Mantan rekan kerja saya di kantor lama akhirnya harus bercerai dengan istrinya karena menurut istrinya, teman saya tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan utama istrinya, yakni uang belanja tersiernya seperti baju, sepatu, make up dan lainnya setiap bulannya. Bagaimana bisa, wong teman saya hanya seorang karyawan biasa yang masih harus membayar cicilan apartemen dan juga mobil, kok. Terlepas dari itu, teman saya tidak menyesali keputusannya untuk bercerai, yang disesalinya hanyalah kenapa sedari awal tidak menyadari dan mengantisipasi betapa "mahalnya" kebutuhan mantan istrinya.

Its not about the money, but the character!
Saya sendiri pun pernah merasakan betapa menakutkannya wanita sekarang-sekarang ini yang cenderung menilai seseorang dari materi. Saya pernah dikenalkan oleh teman saya kepada seorang wanita beberapa tahun lalu, ketika kami bertemu dan berbincang-bincang dan teman saya pergi ke toilet saya meninggalkan saya dan dia, pertanyaan pertama yang dia ajukan adalah "Tre, lo bawa mobil apa?" Buset. Di detik itu saya ill-feel setengah mati kepada wanita itu. Saat saya menanyakan kenapa jawaban dari pertanyaan itu sebegitu pentingnya untuk dia, dia menjelaskan bahwa kekayaan menjadi faktor yang sangat krusial di matanya. Saya sama sekali tidak setuju. Teman saya yang memiliki banyak usaha, hanya membawa Avanza kok meskipun dia mampu membeli Alphard atau mobil mewah lainnya. Saya tidak mendiskreditkan seluruh wanita, karena saya yakin tidak semua wanita seperti itu. Hanya saja di masa-masa sekarang, wanita identik dengan uang dan pria identik dengan birahi.

Beberapa hari lalu, saya sempat berbincang dengan teman saya bernama Anita lewat BBM soal masalah relationship yang ujungnya membicarakan soal pernikahan. Dia berbicara bahwa pada akhirnya, wanita-wanita yang menikah adalah mereka yang memiliki nilai / value lebih dari segi karakter di mata pria dan begitu juga sebaliknya. Dia bercerita teman-temannya yang sewaktu kuliah bisa dibilang sombong karena merasa paling cantik, paling seksi justru adalah orang-orang yang belum menikah hingga sekarang. Kok bisa? Karena di mata pria, wanita cantik ini tidak memiliki nilai lebih selain hanya "penghambur uang semata" sehingga para pria akan berpikir dua-tiga kali untuk menikahi wanita-wanita seperti ini. Para pria justru ketakutan dengan wanita-wanita tipe ini. Untuk apa menikahi seorang yang hanya menghamburkan uang hasil kerja keras mereka? Rasanya seperti menyimpan duri dalam daging. Akhirnya, mereka yang menikah adalah mereka yang memiliki value atau karakter yang jauh lebih baik walaupun mereka tampil 'biasa-biasa saja'. Seperti yang kita tahu, sebrengsek-brengseknya orang, mereka akan memilih orang yang lebih baik daripada dirinya sebagai pasangan hidup,bukan?

Sebaliknya, teman-teman saya lainnya yang wanita juga cenderung takut apabila dikenalkan kepada cowok karena cowok identik dengan birahi, sehingga seakan-akan hanya tubuh dan seks sajalah yang ingin dinikmati oleh cowok-cowok sekarang. Jadi, pertanyaan mereka biasanya sebelum dikenalkan adalah "Dia terakhir putus sama mantannya, kenapa tre?" Wanita-wanita ini menghindari tipikal pria player/suka selingkuh.

Belum lagi, cowok-cowok sekarang cenderung suka pamer. Mulai dari pamer gaya, pamer kekayaan, pamer kemewahan padahal saya temui kekayaan dan kemewahan yang dimilikinya adalah milik orang tuanya. Saya pernah melihat seorang pria berjaket kulit, mengenakan kacamata RayBan memaki pacarnya dengan sebutan goblok dan tolol hanya karena pacarnya telat memasuki lift karena sedang mencari sesuatu di tas clutchnya di Grand Indonesia. Dan dia tidak merasa malu saat memaki pasangannya di dalam lift, malah dia berasa lebih jantan saat memakinya. Sayang Anda tidak bisa melihat gaya dan tampang cowok tersebut, karena gayanya benar-benar seakan-akan dia adalah cowok terkeren sedunia dan sejantan sedunia. Untuk saya, cowok itu tidak jantan tapi banci dan tidak ada keren-kerennya. Ingin rasanya saya menarik keluar lidah cowok sok keren itu dan menamparnya tepat di pipinya, sayang saya pendek, jadi saya cukup capai untuk jinjit menampar cowok itu.

Kalau kita ibaratkan pernikahan sama seperti membeli produk, kebanyakan orang menikah karena terpesona dengan kemewahan fitur yang ada bersama dengan produk tersebut tanpa pernah mau mengecek apakah barang tersebut bergaransi atau tidak. Loh kok garansi? Karena pernikahan seharusnya hanyalah sekali seumur hidup. Barang yang sudah Anda beli tidak dapat ditukar atau dikembalikan. Jadi, menikah memang tidak mudah. Terkadang kita siap menikah untuk menjalani awalnya saja, tetapi kita tidak siap saat kita mengetahui perjalanan pernikahan kita dapat membawa kita kepada ending yang berbeda. Meraih gelar status 'menikah' saja tidak cukup, karena kita harus terus beradaptasi, meningkatkan kualitas, dan sanggup bersaing. Ribet yak?

Wednesday, December 21, 2011

(Lebih) Susah menjadi kaya kalau menjadi karyawan!

"Kerja udah puluhan tahun, tabungan segitu-segitu aja, kayanya gw kerja cuma buat bertahan hidup doang deh, Tre." (Err.. Ya, sama. Saya juga!)

Saya hanyalah staff biasa di sebuah perusahaan swasta. Posisi saya juga bukanlah manajer / supervisor. Saya hanya di level bawah (Dan saya tidak bangga saat menulis apa jabatan saya ini), saya sangat mengerti susahnya menjadi kaya kalau masih menjadi karyawan. Meskipun saya sedari dulu memikirkan mau buka usaha sendiri, namun (sialnya) hingga detik ini saya masih saja belum membuka usaha sendiri. Saya sering mendiskusikan ke teman-teman saya tentang paranoia saya dalam membuka usaha sendiri. Berikut adalah opini-opini saya tentang kemungkinan-kemungkinan kenapa karyawan seperti saya, susah untuk kaya.

Sepiring? Atau dua-tiga piring?
Kalau Anda adalah karyawan seperti saya atau teman saya yang curhat seperti tag diatas, tentu Anda tahu bahwa hari gajian adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh saya dan Anda, (Kecuali Anda memiliki usaha lain, tentunya), namun saya rasa sebagian besar karyawan tidak atau belum memiliki usaha sampingan. Kebanyakan kita menjadi karyawan karena tuntutan hidup yang mengharuskan kita bekerja setelah kita selesai menyelesaikan kuliah sesuai dengan bidang yang kita tempuh semasa kuliah. Tentu saja, sebagai karyawan yang hanya mengandalkan gaji semata, sangatlah susah untuk menjadi kaya. Jadi, Anda hanya mendapat satu piring dengan menu bernama gaji.

Anda tahu bedanya pedagang dengan profesional? Pedagang adalah orang-orang yang menjual produk. Mulai dari dagang kolor sampai bisnis beha. Sedangkan, profesional adalah orang-orang yang menjual jasa mereka, misalnya pelukis, penulis hingga bidang entertainment.
Dimanakah Anda saat ini? Apakah Anda pedagang? Atau profesional? Apakah Anda berada di perusahaan dagang yang tepat apabila Anda pedagang? Ataukah Anda mengikuti passion yang tepat kalau Anda seorang profesional?

Sepenglihatan saya, tidak semua pedagang itu profesional dan tidak semua profesional adalah pedagang yang handal. Akan sangat menguntungkan apabila Anda menggabungkan keduanya. Bos saya adalah seorang atasan yang bisa dibilang melakukan keduanya. Dia adalah pedagang dan juga profesional. Saya terkadang heran, sepertinya dia mudah sekali membeli barang-barang bermerek yang harganya bisa puluhan juta, barang-barang gadget terkini dan lain sebagainya. Kalau dia hanya mengandalkan gaji, saya rasa tidak akan bisa dia bisa mencukupi semua itu. Selidik-punya-selidik, ternyata dia melakukan sistem "PALU GADA" (Apa yang Lo Mau, Gua Ada!), Dia punya usaha sampingan ini itu, mulai dari saham, printing, desain, foto, jasa, dll. Kalau bisa makan dari dua piring, kenapa harus dari satu piring, toh?

Modal dan apa jenis usahanya?
Ini adalah kendala yang paling besar. Modal! Yah, benar. Hampir semua karyawan yang saya temui selalu berkeinginan membuka usaha sendiri, namun akhirnya itu semua gagal karena tidak memiliki modal. Kenapa mereka tidak memiliki modal? Karena bisa jadi gajinya terlalu kecil? Atau tidak (ter)biasa menabung? Atau terlalu hedonis? Atau mungkin ....?? Apapun alasannya, kenyataannya modal itu tidak pernah ada.

Kalaupun ada, pertanyaan berikutnya adalah, mau buka usaha yang mana? Nah, ini juga adalah pertanyaan yang paling menyita waktu. Kenapa? Karena sebagian besar karyawan ingin cepat meraih untung. (Semua juga begitu, sih). Tetapi dalam kasus karyawan, biasanya mereka belum tahu apa yang ingin mereka jalani, karena ada begituuuuu banyak jenis usaha diluar sana. Mulai dari jual pulsa, jual online, hingga jual diri. (oops), Saking banyaknya jenis usahanya, ibaratnya kita sudah mengepak semua barang kita dan mau pergi ke suatu tempat yang Anda tidak tahu apa. Sialnya, ketika Anda membuka pintu pagar Anda, Anda melihat begitu banyak jalan bercabang sehingga Anda bingung, dan setelah lama berpikir, apa yang Anda lakukan? Anda masuk lagi ke dalam rumah.

Jangka waktu
Sadar tidak sadar, sebagai karyawan Anda dibatasi jangka waktu kerjanya. Masa efektif kerja Anda bisa dikatakan sekitar 30 tahun (Mulai dari usia 20-50 tahun.) Itupun kalau Anda sukses mendapatkan jabatan General Manager/Vice President /CEO. Selepas dari usia 50 dan Anda hanya tetap staff, sepertinya akan susah sekali kalau Anda berniat bekerja di perusahaan lain dari nol karena perusahaan akan mencari pekerja dengan usia muda. Jadi, kalau Anda adalah seorang karyawan dan tidak berencana untuk membuka usaha sendiri, sudahkah Anda mendapatkan level tertinggi di perusahaan Anda sekarang untuk mempertahankan posisi Anda nantinya saat Anda tua nanti? Ingat, masa efektif kerja Anda dibatasi.

Anda tahu pelukis Affandi? Hingga dia meninggal pun dia masih melukis. Tidak ada jangka waktu yang mengekang. Dan semua lukisannya, harganya mahal, bukan? Atau mungkin mari lihat Steve Jobs, dia terus mengembangkan inovasi produk dari Apple hingga dia meninggal terlepas dari berapa umurnya. Kalau Anda seorang profesional, sudahkah Anda memberikan efek terbesar dan terbaik dari dalam diri Anda sendiri? Sudahkah produk jasa Anda dikenal dan digunakan oleh banyak orang? Apakah klien-klien Anda bertambah, atau malah berkurang?

Pakem masyarakat Indonesia bahwa hanya yang jualan (barang) yang sukses.
Saya sering dicemooh oleh teman saya yang sukses dalam membuka usahanya dengan kalimat ini : "Udah! Mendingan resign, ikut gw jualan ini, jualan itu! Daripada kerja kantoran. Berapa sih duitnya?" Meskipun hanya guyonan, terkadang ucapan racun itu meresap di otak saya. Saya percaya bahwa setiap orang memiliki kekuatan, passion, cara pikir yang berbeda. Tidak semua orang bisa menjadi pebisnis yang sukses. Ada orang-orang yang mengikuti passion dan kekuatan mereka sendiri. Sialnya, di Indonesia sistem kerja yang berdasarkan passion tidaklah memiliki daya jual yang tinggi. Contohnya? Mari kita lihat ilustrator. Berapa banyak ilustrator yang ada di Indonesia? Begitu banyak dan kreatifnya mereka. Namun hanya segelintir yang sukses. Bahkan ada stigma di masyarakat kita bahwa satu-satunya cara cepat menjadi kaya adalah dengan jualan/dagang. Benarkah begitu? Saya kurang setuju, namun (sialnya) hal itulah yang menjadi pakem di masyarakat kita.

Mental zona nyaman
Seorang karyawan memiliki zona nyamannya ketika mendapat gaji atau upah setiap bulannya, terlepas apakah dia bekerja secara efektif atau tidak. Singkatnya adalah para karyawan hidup per bulan. Karyawan lebih susah berkembang karena mereka takut untuk keluar dari zona nyaman tersebut. Mereka sudah membetahkan diri mereka didalam zona itu hingga mereka akhirnya menjadi takut untuk resiko.

Saya pun juga begitu, saya sendiri sebenarnya sudah merasa tidak nyaman dengan zona nyaman saya, namun saya masih belum berani meninggalkan zona nyaman ini, karena ketakutan dan kebingungan saya. Padahal, sebenarnya zona nyaman juga tidak nyaman-nyaman amat. Rasanya saya menjadi terjebak dengan rutinitas yang sama setiap harinya sehingga membuat kemampuan kinerja menurun. Saya berharap, saya secepatnya memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman saya.

Jiwa pemimpin
Kebanyakan saya melihat para karyawan tidak memiliki mental untuk menjadi bos. Mungkin para karyawan dapat membuka usaha sampingan, tetapi kebanyakan dari mereka tidak memiliki jiwa pemimpin sehingga walaupun mereka memiliki usaha sendiri, mereka mempercayakan usaha itu kepada orang lain. Kebanyakan dari mereka bingung dengan sistem, kepercayaan diri, cara memimpin, dan lainnya karena biasanya mereka sudah mengikuti pola atau aturan yang sudah ada. Benar, bahwa mereka bisa jadi pemilik dari usaha yang dikelolanya, namun apakah dengan menjadi seorang pemilik usaha, lantas dia juga dianggap seorang pemimpin / leader yang baik? belum tentu.

Grafiknya? Lurus, tre!
Sialnya adalah kalau Anda seorang karyawan dan Anda bekerja di perusahaan yang tidak memiliki jenjang karir sehingga Anda terjebak dalam posisi dan jabatan yang sama selama bertahun-tahun dan Anda hanya mengharapkan kenaikan gaji tahunan yang berkisar antara 7 - 10%. Itupun kalau Anda mendapatkan kenaikan itu karena atasan Anda melihat performa kerja Anda baik. Kalau tidak? Wasallam.. Saya berharap grafik pendapatan Anda naik secara signifikan dalam beberapa tahun Anda bekerja di perusahaan dan kalau Anda mendapati grafik Anda stabil atau menurun, siapkan kuda-kuda mencari perusahaan lain.

Tidak ada atau kurangnya perencanaan
Saya teringat dengan ucapan teman saya yang sedari dulu buka usaha (Sekarang pun usahanya berkembang pesat hingga memiliki beberapa gerai makanan di beberapa mal) ketika saya curhat tentangnya susahnya karyawan menjadi kaya. Dia bertanya apa rencana saya kalau-kalau saya keluar dari pekerjaan saya sekarang, saya jelaskan dari A-B-C rencana-rencana saya. Komentar yang dia keluarkan cukup mengagetkan saya dan membuat saya tersentak. Dia berkata "Rencanamu tidak salah, tre. Permasalahannya adalah kamu ingin menangkap ikan yang besar, namun jaringmu kecil. Kalau kamu memang mau mendapatkan goal / hasil yang lebih besar, setidaknya seharusnya rencanamu juga sama besar. Karena hasil yang besar tidak bisa ditangkap dengan rencana yang kecil. Maaf, saya mengatakan kalau dari apa yang saya dengar, wajar hasil yang kamu dapat kecil, wong, rencanamu juga kecil."

Apabila Anda tidak mengerti apa maksud teman saya, maksudnya adalah Anda harus membuat perencanaan sedetail mungkin. Nah, permasalahannya menurut saya adalah, para karyawan biasanya hanya mau hasil namun mereka tidak mau membuat perencanaan, jadinya? Mereka terjebak dalam mimpi. Mimpi menjadi kaya mendadak dan pada akhirnya mereka menanyakan pertanyaan yang sering saya tanyakan "kapaaaaan kayanya ya gw?"

Bidang pekerjaan Anda memang tidak menghasilkan banyak uang
Seringkali kita dengar bahwa pekerjaan yang menghasilkan banyak uang adalah marketing. Bisa benar, bisa saja tidak. Namun mari kita lihat seandainya Anda adalah seorang sales marketing di perusahaan properti. Setiap Anda berhasil menjual satu unit apartemen, Anda mendapatkan komisi 1%. Nilai apartemen yang Anda jual 500juta, berarti Anda mendapatkan 50juta untuk komisi Anda. Itu baru satu unit, berapa nilai yang Anda bisa dapatkan kalau Anda berhasil menjual puluhan atau ratusan unit?

Bandingkan kalau Anda hanya seorang administrasi dengan gaji 3 juta per bulan. Berarti total gaji Anda adalah 39 juta setahun (Sudah termasuk THR dan itupun kalau Anda tidak menggunakan sama sekali uang Anda). Jadi, kalau Anda merasa gaji Anda kecil, tanyakan kepada diri Anda sendiri, apakah memang pekerjaan Anda dapat membuat Anda lebih kaya beberapa tahun ke depannya.

Tentu saja, saya tidak mendiskreditkan pekerjaan administrasi atau melebih-lebihkan pekerjaan marketing. saya sendiri pun bukan di keduanya. Saya percaya masing-masing pekerjaan memiliki plus minusnya. Marketing memiliki sistem punishment and rewards, sedangkan karyawan biasa tidak memiliki sistem loyalitas. Jadi, jangan heran kalau sales-sales marketing sering berpindah-pindah kerja dalam jangka waktu yang dekat karena memang loyalitas bukan sistem kerja marketing. Mereka akan loyal selama mereka melihat ada pemasukan untuk mereka. Sedangkan kalau Anda adalah pekerja non-marketing, jangan heran kalau Anda disuruh masuk kerja sabtu-minggu karena Anda memiliki sistem kerja loyalitas.

Mental konsumerisme dan tidak bisa mengontrol pemasukan
Biasanya gaya hidup orang yang memiliki usaha sendiri dengan mereka yang karyawan berbeda. Entah benar atau tidak, namun saya melihat orang-orang yang bekerja kantoran lebih banyak menghabiskan uang mereka untuk gaya hidup. Entah itu hangout di tempat wah, membeli gadget teranyar, membeli pakaian yang sedang trendi dan lainnya. Saya pun juga begitu, kelemahan saya mungkin di elektronik dan juga alat musik. Akibatnya? Saya tidak memiliki modal yang cukup untuk bisa memulai usaha karena tabungan saya akhirnya habis untuk barang-barang konsumerisme tadi.

Tidaklah salah memang untuk membeli gadget terbaru, hangout di tempat-tempat wah, namun yang ingin saya tekankan adalah cara pikir. Kebanyakan teman-teman saya yang membuka usaha, terlihat lebih biasa saja dibanding kami-kami yang karyawan, padahal mereka lebih memiliki banyak uang, kenapa? Karena seperti yang saya tulis diatas, mereka hidup day by day. Tidak ada jaminan ke depan usaha yang mereka rintis akan tetap berjaya seperti sekarang, jadi mereka mengantisipasi kemungkinan terburuk dengan cara hidup sederhana. Sedangkan, kami yang bekerja sebagai karyawan, lebih tenang dalam menghabiskan uang karena sudah yakin di bulan depan kami akan mendapatkan gaji.

Tidak serius
Mungkin Anda sama seperti saya yang sudah lama mendambakan ingin memiliki usaha sendiri, namun akhirnya selalu tidak jadi, tidak jadi dan tidak jadi. Kenapa? Kalau saya tilik-tilik, sepertinya akibat ada perdebatan di hati saya apakah saya mau menseriusi usaha sampingan atau tidak. Lalu, ada ketakutan di dalam diri saya, bagaimana kalau saya gagal? Dan juga ada kebingungan tentang modal. Okelah, saya memiliki modal sekian rupiah, apa usaha yang harus saya ambil dengan modal saya. Dan pemikiran lainnya, akhirnya saya stress dan saya melupakan kembali impian untuk membuka usaha. Memang, tidak menjamin saya akan bisa lebih kaya kalau saya membuka usaha sendiri, tetapi hal yang lebih pasti adalah saya tidak akan kaya kalau hanya mengandalkan gaji semata. Tidak serius, adalah kalimat yang saya bisa rangkum. Karena saya tidak serius maka saya tidak pernah memulai usaha sendiri.

Kurang pintar berinvestasi
Yap! Kebanyakan orang-orang yang bekerja sebagai karyawan mengendapkan gaji mereka di bank saja, padahal banyak investasi-investasi yang sebenarnya bisa kita tanamkan. Saya cukup menyesal kenapa saya tidak berinvestasi emas dari dulu, padahal dulu harga emas hanya 200rb-an. Sekarang? sudah mencapai 500rb-an. Saya cukup menyesal kenapa dulu tidak berinvestasi pada investasi berjangka seperti deposito, dan lainnya. Yang ingin saya anjurkan kepada Anda adalah Anda harus berinvestasi setidaknya kepada kesehatan dan pendidikan anak. Itu saja dulu. Kenapa? Karena setiap tahunnya, tubuh kita semakin menua dan kesehatan pasti akan semakin susah terjaga. Saya tertegun dengan jumlah dua ratus yang harus dikeluarkan oleh teman saya untuk operasi jantung. Untung dia memiliki asuransi, kalau tidak?

Yang berikutnya adalah pendidikan anak, kalau Anda berencana memiliki anak suatu hari nanti, berinvestasilah kepada pendidikannya. Anda tidak akan pernah tahu berapa uang pangkal sekolah anak Anda 10 tahun kemudian. Kesuksesan anak Anda akan berimbas kepada Anda juga sebagai orang tua nantinya. Benar bahwa Anda tidak bisa menikmati hasil dari investasi Anda dalam jangka waktu yang dekat, namun saya yakin Anda tidak akan menyesali berinvestasi kepada kesehatan dan pendidikan anak asal Anda berinvestasi pada perusahaan investasi yang memiliki track-record yang baik tentunya.

Kalau Anda berpikir investasi itu hanya emas dan lainnya, satu hal yang biasa orang lupakan adalah berinvestasi kepada cara pikir Anda sendiri. Kebanyakan orang malas datang ke seminar/workshop yang dapat membantu merubah cara pikir kita, alasannya beragam, mulai dari merasa tidak butuh, tidak penting, mahal, tidak berguna dan lainnya. Padahal, sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan dari workshop atau seminar-seminar. Membaca buku juga membantu Anda untuk memperluas cara pikir Anda. Kebanyakan orang terjebak dengan cara pikir mereka sendiri, sehingga akibatnya mereka menjadi terlalu sombong untuk bisa menerima komentar, saran dan cara pikir orang lain padahal kita tahu diatas awan selalu ada ada awan yang lebih tinggi.

Tidak memiliki channel / network / relasi
Kalau Anda karyawan dan Anda hanya duduk di belakang meja, saya paksa Anda untuk angkat pantat Anda yang montok itu. Bersosialisasilah dengan teman-teman Anda dari divisi lain. Carilah teman sebanyak mungkin. Mungkin selama ini Anda melihat dan berpikir, "Ah, si A profesinya adminitrasi. Si B marketing. Si C Finance." Kalau selama ini Anda hanya menganggap, toh itu pekerjaan mereka semata dan tidak ada urusannya dengan Anda, rubah cara pikir Anda.

Benar bahwa jobdesc Anda bukanlah itu, mungkin. Tetapi saya ajak Anda untuk memperhatikan cara kerja mereka, apa yang mereka kerjakan, bagaimana mereka mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada. Semua itu akan berguna untuk Anda. Kalau bisa, cobalah sesekali berada dalam posisi mereka.

Saya sendiri belajar bagaimana cara membuat form penjualan / surat perintah kerja dari teman A. Belajar cara menjual produk, cara membuat presentasi, nilai saham, berapa bunga bank saat ini dan lainnya dari rekan B. Belajar bagaimana membuat file invoice, pembukuan dari rekan C. Mungkin saya tidak akan langsung beralih menjalani profesi mereka, tetapi setidaknya saya memiliki dasar-dasar itu kalau seandainya saya membuka usaha sendiri suatu hari nanti. Tempat Anda bekerja sekarang adalah sebuah tempat belajar yang begitu luas yang dapat memberikan begitu banyak informasi kepada Anda, terlepas dari kecilnya gaji, betapa mengesalkannya atasan, betapa jeleknya ruangan Anda dan lainnya.

Yang paling penting lainnya adalah membuat network. Siapa itu network? Semua orang yang Anda tahu, Anda kenal, Anda temui bisa menjadi network Anda. Anda membutuhkan orang-orang ini untuk mengembangkan usaha Anda. Kenapa? Karena saat ini, walaupun Anda pintar, hebat, dan bisa segalanya, Anda tidak akan bisa berkembang tanpa relasi. Anda tidak bisa sendirian. Bahkan, Steve Jobs yang inovatif pun membutuhkan ilmuwan dari Samsung untuk membuat layar sentuh iPhone-nya. Bill Gates pun membutuhkan para ribuan karyawan Microsoft untuk memasarkan produknya. Bahkan, Tuhan pun memiliki nabi-nabi untuk menyebarkan ajarannya. Jadi, kita membutuhkan orang lain, relasi, networking.

Yang sering saya lihat adalah orang tidak menjaga networking mereka. Mereka hanya sebatas kenalan, hangout sekali, lalu sudah. Tidak ada kelanjutan. Benar bahwa kita tidak bisa berteman dengan semua orang karena tidak semua orang cocok dengan kita dan kita belum tentu cocok dengan semua orang. Tetapi sebisa mungkin, menjaga hubungan sangatlah penting. Karena Anda bisa belajar dari mereka. Anda bisa meminta bantuan mereka untuk membuka jalan Anda ketika Anda menghadapi kebuntuan. Anda bisa belajar dari kegagalan mereka. Anda pun bisa meminta tolong kepada mereka untuk bantuan modal atau untuk bantuan stok barang, misalnya.

Coba tengok daftar kontak Anda, kategorikan orang-orang yang menurut Anda bisa membantu Anda suatu hari nanti, dan jaga hubungan Anda dengan mereka.Dan untuk orang-orang lain yang ada di dalam daftar kontak Anda, kategorikan juga kira-kira siapa orang yang membutuhkan jasa Anda. Karena kita membutuhkan orang lain, pasti ada orang lain yang juga membutuhkan kita. Berhasil tidaknya Anda dalam meraih kesuksesan, tergantung kepada siapa pihak-pihak yang membantu Anda mencapai kesuksesan itu. Apabila Anda hidup untuk diri Anda sendiri, rubah hidup Anda. Raihlah teman dan relasi sebanyaaaak mungkin.

Tidak siap untuk menjadi kaya
Banyak karyawan yang mengeluh mereka ingin menjadi kaya dalam waktu instan. Pertanyaannya, ketika kekayaan itu datang kepada Anda. Misalkan Anda mendapat duit dadakan satu milyar? Apa yang akan Anda lakukan?

.....
.....
.....

Saya yakin, yang Anda pikirkan adalah shopping atau memenuhi barang-barang keinginan Anda terlebih dahulu daripada memikirkan uang dadakan itu sebagai modal. Benar atau tidak, hayoo? Kebanyakan karyawan terjebak dalam cara pikir penghabisan uangnya dulu. Kalau ada sisa, baru memikirkan modal untuk usaha. Pertanyaan saya, kalau Anda berpikir seperti itu. Siapkah Anda kaya? Saya rasa belum tentu. Tuhan itu memang adil, karena kalau Anda belum kaya, berarti Anda belum siap untuk menjadi kaya. Kenapa? Karena berarti ada sesuatu yang Anda belum siap atau kuasai. Carilah apa yang perlu Anda lakukan atau dapatkan atau kembangkan. Ingat bahwa orang yang memiliki banyak uang, belum tentu bisa mengatur dan mengelola keuangannya.

Monday, December 19, 2011

Berani untuk GAGAL!

"Ini kesempatan terakhir kita. Kita harus menghentikan dia. Dunia bisa berakhir kalau kita gagal. Gagal bukanlah pilihan!" Itu adalah kalimat cuplikan film yang saya tonton kemarin.

Kapan Anda terakhir gagal? Bisa Anda ingat itu? Apabila Anda bisa mengingat kapan terakhir kali Anda gagal, saya ajukan lagi satu pertanyaan lain untuk Anda. Kapan terakhir kali Anda melihat orang lain gagal? Senang atau tidak, kegagalan selalu ada di sekeliling kita. Seorang suami-istri yang gagal membina hubungan mereka dan berakhir di pengadilan untuk bercerai, seorang kegagalan pemerintah menjaga jembatan sehingga jembatan tersebut runtuh dan lain sebagainya.

Kegagalan itu mengerikan
Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang mau gagal. Semua orang menghindari kegagalan. Kenapa? Karena kegagalan membuat kita harus bertanggung jawab baik secara finansial atau material. Apalagi saat ini media jejaring sosial membuat kita harus lebih berhati-hati karena sedikit kegagalan bisa membuat langkah kita berikutnya menjadi tersendat karena orang lebih memfokuskan diri kepada kegagalan kita di masa lampau. Kegagalan dapat membuat kita stres, merinding dan ketakutan.

Sebagai anak, kita takut gagal mendapat nilai bagus karena takut orang tua marah.
Sebagai orang tua, kita takut gagal menjaga dan membesarkan anak karena takut anak kita jatuh ke pergaulan yang salah.
Sebagai pasangan, kita takut gagal membina hubungan.
Sebagai karyawan, kita takut gagal melakukan pekerjaan yang diberikan dari atasan dengan baik.

Akibat kegagalan
Apa akibatnya? Akibatnya adalah kita bersikap defensif / membela diri. Lucunya, seluruh lapisan masyarakat dimanapun seakan tidak memperbolehkan terjadinya kegagalan. Kegagalan tidak boleh terjadi dan tidak boleh ada, padahal orang bijak mengatakan dan menyuruh kita untuk belajar dari kesalahan. Jadi, bagaimana kita bisa belajar dari kesalahan kalau kita tidak memperbolehkan adanya kegagalan? Kebanyakan dari kita sudah sibuk mempersiapkan alasan dan analisis atau kambing hitam untuk disalahkan atau juga kebohongan-kebohongan lainnya untuk bisa menyelamatkan diri. Kenapa mereka semua melakukan itu? Karena kegagalan erat kaitannya dengan tanggung jawab.

Sukses itu nikmat, namun?
Sebaliknya, kita semua ingin sukses. Kita semua ingin berhasil. Pertanyaan saya, apakah sukses itu berarti Anda tidak pernah gagal? Bohong kalau Anda tidak pernah gagal. Bohong kalau Anda tidak pernah mengalami hambatan dalam meraih kesuksesan. Teman saya yang usaha restorannya cukup sukses pun ternyata harus gagal tiga kali saat membuka usaha sebelumnya, yakni usaha percetakan, bengkel dan pakaian.

Lucunya, kita seringkali begitu iri melihat orang lain sukses tanpa mau bertanya atau berpikir, kenapa orang tersebut bisa berhasil? Atau mungkin Anda sebagai penikmat kesuksesan dan keberhasilan yang Anda miliki, Anda mungkin tidak pernah bertanya "Kenapa saya bisa sukses? Faktor apa yang dominan yang terjadi?" Kenapa lucu? Karena orang akan mempersalahkan Anda dengan begitu gencar dan juga begitu dashyatnya dengan caci mereka untuk menganalisis kegagalan itu dari berbagai arah dengan segenap kemampuan mereka. Sama seperti pasangan yang sudah 4 tahun menikah namun belum diberikan anak. Bisa jadi pihak suami-istri sudah stres bukan kepalang mencari jalan untuk memiliki momongan serta di sisi lain pihak orang tua sudah mewanti-wanti untuk segera memiliki momongan dan mungkin kadang disertai omelan.
Jadi, apakah kesuksesan seseorang itu hanyalah sebuah keberuntungan belaka?

Lets open the Hall of Failure!
Jawaban saya, bukan! Kesuksesan adalah sesuatu yang bisa diraih, didapat, dan dipertahankan. Caranya adalah belajar dari kegagalan yang pernah Anda lakukan atau lewati. Saya belajar bahwa kegagalan saya untuk mendapatkan acc dari bos saya adalah karena bos saya tidak menyukai desain warna hitam, jadi tentu saja ke depannya saya tidak akan memberikan warna hitam. Saya juga yakin, perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, BMW, dan lain sebagainya pasti pernah mengalami kegagalan dan saya juga yakin mereka bangga akan kegagalan mereka karena tanpa kegagalan yang pernah mereka dapatkan dan rasakan, tidak mungkin kesempurnaan produk mereka terjadi. Beberapa perusahaan bahkan menggunakan kegagalan mereka sebagai terobosan produk mereka.

Saya ingat dulu saya tidak bisa bermain gitar, saya gagal bermain gitar padahal waktu itu hanya dua kunci yang ingin saya pelajari. Namun saya tidak mau ambil pusing dengan omongan orang lain dan setelah hampir tiga tahun bermain gitar, sekarang saya cukup mahir bermain gitar meskipun masih belum dalam taraf profesional, tetapi setidaknya kemampuan saya meningkat jauh dalam tiga tahun. Bagaimana dengan Anda? Selalu ada resiko kegagalan dalam setiap keputusan yang kita ambil.

Bayangkan kalau seandainya, Anda tidak disuruh untuk menjadi sukses. Anda disuruh untuk gagal. Apakah yang akan Anda lakukan ketika atasan Anda atau pemimpin Anda mengatakan kepada Anda "Kami tidak hanya menuntut keberanian Anda untuk mengambil keputusan yang bersiko, tetapi kami juga menuntut adanya kegagalan yang terjadi." Anda mungkin terheran-heran membacanya. Apa maksudnya? Maksudnya adalah Anda didorong untuk tidak takut berkreasi, memberikan yang terbaik, terus memperbaiki diri untuk berinovasi. Kenapa? Karena kemajuan dan kesuksesan lebih mudah dipelajari ketika kita gagal, ketika kita melakukan kesalahan. Saya tidak mungkin bisa berkembang lebih baik 'memahami' atasan saya yang tidak menyukai warna hitam kalau saya tidak pernah mengajukan warna hitam kepada dia, bukan?

Fokuskan diri kepada Strength Anda
Anda tahu bahwa setiap orang memiliki kekurangan? Begitu pun juga dengan atlet. Mari kita ambil contoh atlet bulu tangkis, mungkin menurut pelatihnya atlet A memiliki kekurangan pada serve-nya namun memiliki kelebihan pada smash-nya. Apa yang pelatih itu lakukan? Menyuruh atlet A latihan memperbaiki serve-nya atau mengasah smash-nya? Menurut saya, pelatih yang baik akan meyuruh atlet A mengasah smash-nya. Kenapa? Karena itu adalah nilai lebih yang atlet A miliki. Begitu mudah kita melihat kelemahan orang lain, namun kita begitu susah mengakui apa kelebihan atau nilai positif yang orang lain miliki. Mungkin kita sendiri terkadang menutupi kekurangan kita, kita menjadi tidak fair, tidak realistis, mengada-ada, melebih-lebihkan, padahal kita tahu tidak ada orang yang sempurna.

Kegagalan adalah celah besar yang bisa kita lihat dan amati dimana sebenarnya kekuatan terbesar yang kita miliki. Karena di balik setiap kegagalan, kita mempelajari kekuatan kita dan setiap kegagalan adalah momentum untuk membawa perbaikan. Saya mungkin gagal untuk bisa berhitung secara cepat seperti layaknya marketing pada umumnya, namun di balik kegagalan berhitung saya, saya menyadari bahwa saya adalah orang yang sangat 'organized'. Saya memiliki kelebihan dalam mengatur file-file dan dokumen-dokumen secara rapih dan tertata.

Failure is a trust
Bagaimana mungkin kegagalan bisa dijadikan sebuah kepercayaan? Tidak mungkin! Kalau Anda berpikir demikian, mari kita berkaca kepada Jepang yang baru saja mengalami tsunami dan kebocoran nuklirnya. Dunia mengkhawatirkan pemerintah Jepang gagal mengatasi kebocoran nuklirnya, karena luas dampak nuklirnya meluas namun perhatikan, rakyat Jepang menaruh kepercayaan kepada pemerintahnya. Rakyat Jepang begitu yakin bahwa bencana akan bisa diminimalisir atau setidaknya ditanggulangi dengan cara yang cepat. Kalau Anda pernah mengikuti wawancara dalam interview pekerjaan, mungkin Anda pernah ditanya apa kontribusi terbesar Anda dalam perusahaan sebelumnya? Kebanyakan orang akan menyembunyikan kegagalan yang pernah mereka hadapi. Menurut saya pribadi, justru kegagalan yang Anda alami dapat menjadi keuntungan untuk Anda. Bila kita bisa membahas kegagalan yang pernah Anda alami beserta dengan langkah-langkah perbaikan yang Anda lakukan, itu adalah nilai tambah yang bisa Anda dapatkan. Jadi, apakah Anda berani untuk gagal?