"Sometimes its better off from life, and finding yourself in a dark ... with God holding your hands" - Tre Haushinka

Mungkin terdengar sedikit galau, tetapi beberapa hari / minggu terakhir, jujur saya merasa kosong. Seakan saya menjalani hidup sebagai sebuah rutinitas belaka. Hidup saya pun merasa begitu kosong dan sepi.
Beberapa kali saya mencoba untuk melakukan aktifitas ini dan itu namun saya tetap merasa kosong. Saya juga mencoba untuk pergi dengan teman-teman namun akhir-akhirnya saya rasa lebih baik saya pergi sendirian daripada nanti teman-teman saya terkena sindrom galau saya. Sudah beberapa minggu terakhir saya juga selalu ke gereja sendirian dan yes, it not feel so great eventhough the sermon is always great.
Mungkin Tuhan sengaja membuat keadaan saya sepi dan sendiri seperti ini karena Dia ingin mengalihkan perhatian saya kepadaNya? Bisa jadi.
Tadi pagi saya mencoba merenung, berusaha memutar balik pemikiran saya. Berusaha tetap berpikir positif meski susah. Rasanya saya perlu waktu untuk retret rohani dengan diri saya sendiri. Saya perlu menanyakan apa yang menjadi kebutuhan diri saya sendiri. Ingin rasanya saya mengambil liburan dan pergi meninggalkan kehidupan saya untuk sementara. Tidak menulis, tidak berpikir tentang ini itu, tidak berhadapan dengan gadget, komputer. Tidak disibukkan dengan hal-hal lain dan retret ini hanya untuk saya, diri saya, dan Tuhan.
Saya tahu bahwa orang lain akan tetap hidup meskipun saya mengambil cuti retret rohani ini. Kenyataannya, saya ada atau tidak, kehidupan orang lain sebenarnya akan terus berjalan. Terdengar sarkasme dan radikal memang, tetapi orang lain tidak terlalu membutuhkan saya seperti saya membutuhkan menemukan kelegaan rohani ini.
Mungkin tidak terlalu masuk akal, tetapi saya rasa seperti yang saya bilang, untuk saat ini, mungkin Tuhan memang membuat situasi dan kondisinya terlihat seakan-akan pertarungan di ring ini hanya untuk saya dan Tuhan. Kebanyakan dari kita dengan mudah tenggelam dengan rasa galau atau perasaan-perasaan yang membuat kita bersalah. Kita jarang mau mengambil cukup waktu untuk melihat sisi positif dari hidup kita. Kita jarang mau menghitung berapa banyak berkat-berkat yang telah dan pernah masuk ke dalam hidup kita meski hal tersebut terasa kecil dan tidak berarti. Meski saya galau, saya bersyukur atas keluarga, nafas, kesehatan, pekerjaan, Tuhan, pendengaran, teman-teman, pendapatan, waktu, umur dan lainnya.
Anda dan saya perlu berjalan lebih lambat dan melihat pekerjaan-pekerjaan Tuhan lewat hal-hal lain seperti alam. Ketika kita melakukan retret rohani dengan Tuhan, kita tidak memerlukan panduan "Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum matahari tenggelam" atau "Sepuluh Langkah Menuju Sukses". Tidak, kita hanya perlu melihat semua hal dengan lebih lambat.
Anda mungkin perlu merenungkan kembali masa lalu Anda.
Anda mungkin perlu merenungkan keputusan-keputusan Anda dan masa depan Anda.
Anda mungkin perlu mengenang apa yang telah Anda lakukan.
Anda mungkin perlu menyusun kembali prioritas dan motivasi-motivasi Anda.
Ya, tentu saja hal tersebut memerlukan waktu. Banyak waktu. Tetapi waktu yang kita habiskan dalam retret rohani kita bersama Tuhan mempersiapkan kita untuk tantangan yang akan datang dalam kehidupan kita.
Hari ini dan esok hari saya masih menjalani retret rohani bersama Tuhan. Saya berusaha secepat mungkin menyelesaikan retret ini meski Tuhan yang memegang kendali atas hidup saya dan Dia ingin saya berjalan lebih lambat bersamaNya.
No comments:
Post a Comment