Thursday, June 28, 2012

FatherCare

"Iih.. kasian banget ya si bapak. Ngegantiin popok begitu. Memang ibunya kemana, kok sampai si bapak yang ngurusin anaknya sendiri gitu. Pasti lagi shopping si ibunya." bisik-bisik sekumpulan ibu-ibu yang sedang sibuk memakai gincu di seberang sana.

Susahnya begini memang kalau kita hidup di belahan dunia timur, dimana terkesan peran seorang lelaki atau ayah atau suami hanya satu, yakni mencari duit semata.

Padahal posisi seorang ayah juga tidak tergantikan oleh siapapun. Bahkan bisa dibilang cukup banyak lelaki sekarang yang juga berperan aktif untuk mengurus anaknya sendirian.

Beberapa teman saya pun secara aktif mengajak anaknya sendirian bepergian ke mal, mengantarkan anaknya ke dokter, memberi susu, dan lainnya ketika sang istri sedang ada urusan keluar kota atau ada urusan gereja.

Teman saya bahkan pernah mengajak anaknya untuk hangout bersama kami, teman-temannya di Kedai Kopi, Kelapa Gading. Aneh? Tidak! Untuk saya, itu keren dan seksi (dan lucu)

Saya rasa keluarga adalah bukan tentang ini tugas siapa dan siapa melakukan apa. Pernikahan dan leluarga untuk saya adalah tentang kerja sama antara individu-individu di dalamnya. Jadi, siapa yang sempat mengurus anak, ya silahkan urus dan lebih baik ketika suami istri bekerja sama dan bersama-sama mengurus anaknya masing-masing. Sedangkan kenyataan dan sialnya, masih banyak pasangan yang mengkotak-kotakkan siapa melakukan apa, siapa tugasnya apa. Sayang sekali.

Saya yakin, kebanyakan pria pada awalnya mungkin berpikir bahwa nantinya kepengurusan anak akan dilepaskan kepada sang istri karena wanita memang sudah dari sananya "tugas-nya" mengasuh anak, bukan? Belum lagi ada perasaan tidak maskulin bagi sebagian pria ketika mereka harus mengganti popok dll. Ada juga perasaan tidak nyaman ketika berada dengan anak kecil. Tetapi apa pun perasaan aneh yang ada, kecenderungannya adalah ketika sang anak lahir, cara pikir sang suami berubah.

Sejak masih di kandungan, ayah-ayah ini menjalin hubungan yang intim dengan calon anak mereka dan ikatan batin mereka jadi kuat sehingga mereka pun tidak mau kalah dengan sang istri untuk terlibat aktif untuk mengurus sang anak, apalagi kalau wajah sang anak mirip dengan wajah sang bapak. Wah, itu bukan main aktifnya si bapak untuk mengurusi si kecil. Dan dari apa yang saya tahu, kebanyakan wanita juga merasa si pria itu seksi dan keren ketika si pria dapat mengetahui dosis susu yang tepat untuk si kecil. Keren sekali melihat seorang pria dapat secara cekatan mengganti popok si kecil. Keren sekali melihat si kecil tertidur di pelukan sang ayah.

Untuk saya, peran ayah untuk pengasuhan anak tidak boleh dipandang sebelah mata karena kehadiran dan keterlibatan seorang ayah dalam mengasuh anak akan memberikan dampak positif kepada si anak. Anak akan merespon kehadiran seorang ayah dalam memorinya sejak kecil. Kasih sayang ayah bisa jadi lebih penting ketimbang kasih sayang seorang ibu dalam pembentukan karakter seorang anak. Kenapa? Karena anak-anak menaruh perhatian kepada orangtua yang mereka anggap memiliki kekuatan interpersonal dan prestise lebih segar. Ayah seringkali dianggap lebih memiliki kuasa yang lebih besar dan prestise yang lebih tinggi daripada ibu, sehingga ayah berpengaruh lebih besar ketimbang ibu dalam sisi pembentukan karakter. Untungnya sekarang masyarakat kita pun sudah mulai mengenal Father's Day (Hari Ayah) beberapa tahun belakangan ini.

Sayangnya, masyarakat kita masih cenderung menganggap pengasuhan dan pendidikan anak adalah mutlak tugas seorang istri. Anak kebanyakan diasuh oleh ibunya, sedangkan sang ayah hanya hadir secara fisik, tetapi tidak secara psikologis. Akibat pemikiran bahwa anak lebih baik diasuh oleh wanita, apakah Anda sadar ketika anak mulai memasuki dunia pendidikan seperti playgroup, pengajarnya pun hampir 100 persen adalah wanita? Tidak ada sosok pria di para pengajarnya.

Karena masyarakat kita pun belum siap untuk bisa menerima apabila ayah yang berperan untuk pengasuhan anak, biasanya banyak cerita tidak sedap yang dikeluarkan oleh masyarakat kita kalau melihat sang pria yang mengasuh anak. Mulai dari dikira sudah cerai, istrinya selingkuh, istrinya sedang shopping, dan lain sebagainya. Saya berdoa agar nantinya ketika saya punya anak, saya dapat memberikan pengaruh yang besar dan baik untuk anak saya nantinya dari segi karakter si kecil.

Saya sering bercanda tentang gerai perlengkapan bayi Mothercare. Benar bahwa mungkin istri yang memilih perlengkapan bayi, tetapi dari apa yang saya lihat, yang membayar semua perlengkapan itu adalah sang ayah. Tugas seorang ayah untuk membayar? Bisa jadi, tetapi saya yakin ayah pun peduli dan juga sayang dan juga mau berperan aktif untuk mengasuh anak. Seharusnya nama gerai itu bukan Mothercare, tetapi mungkin lebih lengkap apabila nama gerai itu adalah FatherCare.

3 comments:

  1. PROTESSSSS utk ini :"Saya selalu setuju bahwa cinta ayah jauh lebih besar daripada sang istri" Yakin ??? Bagi saya sama tergantung dinilai pd sudut pandang yg mana??? :p

    Trus sy mendukung bgt kalo semua suami bs melakukan apa yg istri bs lakukan thd anak mereka (bukannya ntar suatu saat nanti sy sbg istri ingin santai ya, tp lbh kpd "SALING MELENGKAPI")
    GBU

    ReplyDelete
    Replies
    1. @keishinta : yakin dong. ini dari segi sudut pandang ketika si anak masih di dalam kandungan maksudnya.

      Delete
  2. TETEP protess !! suami dan istri punya cinta yg sama :p (jgn salah sangka yaa, ak lbh deket ke ayah drpd ibu)

    ReplyDelete