Setelah dipikir-pikir, saya sepertinya sudah lama sekali tidak doa. Baik doa malam atau doa pagi. Saya hanya berdoa pada saat di gereja saja. Sepertinya susah sekali untuk bisa berdoa secara rutin setiap hari baik pagi dan malam. Saya tahu saya harus mengubah kebiasaan buruk ini padahal dulu saya pernah mencatat doa rutin sebagai to do list saya.

Tetapi apa yang terjadi? Saya baru bangun pukul setengah sembilan pagi. (Oops!!) Benar bahwa kebiasaan buruk ini harus dirubah. Dan saya minta Anda mendoakan saya agar saya bisa merubah kebiasaan buruk ini.
Anda mungkin memiliki permasalahan yang sama dengan saya. Intinya mungkin Anda dan saya jarang berdoa meskipun kita ingin sekali. Mungkin banyak umat Kristen atau umat agama lainnya yang tidak berdoa secara cukup. Biasanya ada 2 masalah yang kita hadapi saat berdoa. Yakni masalah waktu dan frekuensi.
Mungkin saya butuh membutuhkan waktu selama 10-20 menit untuk berdoa. Atau mungkin dari segi frekuensi, saya butuh untuk berdoa 2 - 3 kali sehari atau lebih. Banyak orang berdoa dengan bingung karena mereka tidak tahu apa yang mau mereka doakan, dan berapa lama mereka mau berdoa. Terkadang saya pun begitu.
Mungkin kebanyakan dari kita tidak berdoa secara kualitas karena isi doa kita dipenuhi dengan penjelasan-penjelasan yang terjadi secara alamiah. Misalnya kita meminta hari ini menjadi hari yang baik. Kita meminta bonus, peningkatan gaji dan permintaan-permintaan lainnya. Saya rasa itu tidaklah cukup. Kenapa? Karena saya rasa, lewat doa, ada begitu banyak hal selain permintaan dan keinginan kita.
Efesus 3:20 mengatakan "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," Ayat ini menerangkan betapa besarnya Tuhan kita. Ia adalah Tuhan yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari yang kita bayangkan. Tetapi sayangnya, kebanyakan dari kita merespon Tuhan kita yang besar, dengan doa yang KECIL. Apabila kita mundur sebentar ke ayat-ayat sebelumnya dikatakan, "Kita dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Saya bukanlah peneliti Alkitab, jadi koreksi saya kalau saya salah. Tetapi tujuan kita berdoa adalah untuk dapat mengenal, memahami kasih yang datangnya dari Tuhan. Jadi, kalau kita berdoa hanya untuk menginginkan Tuhan mengabulkan doa kita, dimanakah Kasih? Dan ditulis bahwa Ia melampaui segala pengetahuan. Tidakkah ini agak menyeramkan mengetahui bahwa Tuhan kita melampaui segala pengetahuan? Kita menggantungkan hidup kita di dalam doa untuk sesuatu yang melampaui apapun yang bisa kita bayangkan. Mungkin menakutkan rasany untuk harus melompat kepada sesuatu yang Anda tidak bisa bayangkan.
Terdengar sepertinya doa hanya membuang waktu kita saja. Hal tersebut bisa saja terjadi apabila Anda berdoa kepada Tuhan yang bisa diukur dan terbatas. Tetapi Tuhan Yesus Kristus bukanlah Tuhan yang seperti itu. Ia tidak terbatas, tidak terukur, dan melampaui semuanya. Kenapa? Karena Paulus mengetahui kebenaran ini saat ia menulis kitab Efesus.
Salah satu perbedaan paling mencolok dalam segi doa adalah kita mengukur Tuhan berdasarkan ukuran doa kita. Saya rasa Tuhan ingin kita berdoa dalam waktu yang lebih lama dan frekuensi yang lebih sering agar kita lebih sering mengingatkan diri kita sendiri akan ketidakterbatasan Tuhan. Saya rasa dengan berdoa kepadaNya, Tuhan ingin mendorong kita maju ke area atau batasan yang tidak pernah kita bayangkan atau kita pikirkan sebelumnya.
Jadi, kenapa tidak berdoa lebih lama? Kenapa tidak berdoa lebih sering? Tidak perduli apakah Anda berdoa hanya 5 menit atau sepuluh menit. Tidaklah masalah ketika Anda berdoa sekali atau hanya dua kali setiap hari. Karena doa membutuhkan kedispilinan dan proses. Dan setiap proses doa yang kita lakukan setiap hari akan membawa kita kepada kualitas doa yang lebih dewasa juga.
Salah satu perbedaan yang mencolok yang saya rasakan saat saya berdoa adalah dahulu, saya hanya berdoa untuk diri saya sendiri. Mungkin bukan doa yang saya lakukan, tetapi merengek kepada Tuhan, saya 'memaksa' Tuhan untuk mengabulkan semua rengekan saya.
"Tuhan, saya ingin ini ..."
"Tuhan, saya ingin itu..."
"Tuhan, kenapa sih bukan ini / itu yang terjadi?" dan lain sebagainya.
Tetapi seiring dengan pelajaran yang saya dapat dari teman-teman dan gereja, ternyata keinginan kita saja tidak cukup memuaskan Tuhan. Dia juga menginginkan kita mendoakan orang lain, kota kita, negara kita, dunia, orang-orang yang mengalami sakit atau musibah, para narapidana, dan lain sebagainya. Dia juga menginginkan ucapan syukur kita atas segala yang kita miliki. Banyak orang kurang bersyukur atau malah jarang sekali bersyukur, karena mereka merasa tidak ada yang perlu mereka syukuri. Mereka merasa apa yang mereka punya sudah menjadi hak mereka sejak mereka lahir. Padahal, semua yang kita punya adalah berkat kasih Tuhan kepada kita. Saya akan membantu Anda tentang beberapa hal yang bisa kita syukuri :
Bersyukur memiliki Tuhan Yesus Kristus sebagai juru selamat,
Bersyukur atas kesehatan, teman, sahabat, udara yang kita hirup,
Bersyukur atas pekerjaan, makanan dan minuman, orang tua, kakak atau adik,
Bersyukur atas tabungan yang kita miliki, perencanaan yang kita sedang buat,
Bersyukur atas talenta atau bakat atau ide. Visi dan misi dalam hidup Anda,
Bersyukur atas kegagalan, kesusahan yang kita hadapi atau pernah lalui,
Bersyukur atas kendaraan, rumah dan harta benda yang kita boleh nikmati,
Bersyukur atas pakaian, telepon genggam Anda, barang-barang elektronik Anda,
Bersyukur atas hubungan Anda dengan suami/istri / pacar,
Bersyukur atas musik, pengajaran, binatang piaraan Anda, penglihatan Anda, organ tubuh Anda, udara yang Anda hirup dan masih banyak lagi.
Karena pada akhirnya, saya menemukan bahwa doa bukanlah tentang kita, tetapi tentang Tuhan. Doa adalah tentang menyerahkan seluruh harapan kita dengan bergantung kepada kekuasaan tidak terbatas yang Ia miliki. Dan tahukah Anda bahwa doa membuat kita rendah hati, karena kita mengakui, kita bukanlah siapa-siapa di hadapan Tuhan. Kita mengakui, kita tidaklah sehebat yang kita kira, karena kita membutuhkan lagi kekuatan yang lebih besar yang bisa membuang beban yang kita sedang pikul. Setidaknya, dengan menulis ini, mengingatkan saya untuk berdoa dan lebih sering lagi.
"Tuhan, saya ingin ini ..."
"Tuhan, saya ingin itu..."
"Tuhan, kenapa sih bukan ini / itu yang terjadi?" dan lain sebagainya.
Tetapi seiring dengan pelajaran yang saya dapat dari teman-teman dan gereja, ternyata keinginan kita saja tidak cukup memuaskan Tuhan. Dia juga menginginkan kita mendoakan orang lain, kota kita, negara kita, dunia, orang-orang yang mengalami sakit atau musibah, para narapidana, dan lain sebagainya. Dia juga menginginkan ucapan syukur kita atas segala yang kita miliki. Banyak orang kurang bersyukur atau malah jarang sekali bersyukur, karena mereka merasa tidak ada yang perlu mereka syukuri. Mereka merasa apa yang mereka punya sudah menjadi hak mereka sejak mereka lahir. Padahal, semua yang kita punya adalah berkat kasih Tuhan kepada kita. Saya akan membantu Anda tentang beberapa hal yang bisa kita syukuri :
Bersyukur memiliki Tuhan Yesus Kristus sebagai juru selamat,
Bersyukur atas kesehatan, teman, sahabat, udara yang kita hirup,
Bersyukur atas pekerjaan, makanan dan minuman, orang tua, kakak atau adik,
Bersyukur atas tabungan yang kita miliki, perencanaan yang kita sedang buat,
Bersyukur atas talenta atau bakat atau ide. Visi dan misi dalam hidup Anda,
Bersyukur atas kegagalan, kesusahan yang kita hadapi atau pernah lalui,
Bersyukur atas kendaraan, rumah dan harta benda yang kita boleh nikmati,
Bersyukur atas pakaian, telepon genggam Anda, barang-barang elektronik Anda,
Bersyukur atas hubungan Anda dengan suami/istri / pacar,
Bersyukur atas musik, pengajaran, binatang piaraan Anda, penglihatan Anda, organ tubuh Anda, udara yang Anda hirup dan masih banyak lagi.
Karena pada akhirnya, saya menemukan bahwa doa bukanlah tentang kita, tetapi tentang Tuhan. Doa adalah tentang menyerahkan seluruh harapan kita dengan bergantung kepada kekuasaan tidak terbatas yang Ia miliki. Dan tahukah Anda bahwa doa membuat kita rendah hati, karena kita mengakui, kita bukanlah siapa-siapa di hadapan Tuhan. Kita mengakui, kita tidaklah sehebat yang kita kira, karena kita membutuhkan lagi kekuatan yang lebih besar yang bisa membuang beban yang kita sedang pikul. Setidaknya, dengan menulis ini, mengingatkan saya untuk berdoa dan lebih sering lagi.
No comments:
Post a Comment