Monday, May 7, 2012

Doa yang cemen

"Tuhan, tolong sertai saya pada hari ini."
"Tuhan, kalau memang itu adalah kehendakMu..."

Pernahkah Anda berdoa seperti kalimat pembuka diatas? Saya sering mengatakan kalimat pembuka diatas. Memang tidak ada yang salah dengan meminta Tuhan menyertai kita. Ya, saya tahu, Anda dan saya ingin merasakan hadirat dan kuasa Tuhan dalam hidup kita.

Entah dengan Anda, tetapi rasanya doa 'Tuhan, tolong sertai saya pada hari ini" lebih terkesan seperti doa pembuka semata. Jenis doa yang kita panjatkan karena kita harus berdoa tetapi tidak tahu harus berkata apa. Atau mungkin jenis doa yang kita samarkan karena kita tidak tahu secara spesifik harus meminta apa.

Sekarang begini, sebenarnya tanpa Anda minta pun, Tuhan menyertai Anda. Bukankah dia pencipta langit dan bumi? Setiap inci di planet ini dan semesta adalah milikNya, dan bahkan bukankah kita diberikan Roh Kudus yang merupakan Roh yang berasal dari Allah? Jadi, apakah kita perlu memastikan diri bahwa Tuhan menyertai kita dalam hidup kita? Tanpa Anda meminta pun, Tuhan menyertai Anda setiap saat.

Lalu, bagaimana dengan doa "Apabila itu adalah kehendakMu..?" Jujur, seringkali saya melontarkan doa ini tanpa berpikir. Tidak ada maksud buruk di balik doa atau perkataan ini. Bahkan doa ini terdengar sangat rendah hati. Tetapi benarkah demikian? Beberapa waktu terakhir saya menyadari bahwa saya memanjatkan doa ini bukan karena saya rendah hati, tetapi karena saya takut. Saya takut meminta secara spesifik. Saya takut mengambil langkah keluar dari zona nyaman saya. Saya cenderung ingin bermain aman saja.

Ketika saya mengatakan "Apabila itu adalah kehendakMu ..." yang terjadi berikutnya adalah saya merasa lebih nyaman karena saya merasa saya meletakkan tanggung jawab yang mungkin membawa kesalahan terjadi kepada Tuhan. (Kan, kita sudah menyerahkan semuanya kepada Dia, bukan? jadi kalau ada kejadian yang tidak mengenakkan, kita tinggal menyalahkan Tuhan saja) Jadi, kalimat tersebut tampak seperti dalih semata. Jadi saya mengerti sekarang bahwa doa adalah besar kuasanya. Jadi, marilah kita sedikit lebih kreatif dalam memanjatkan doa. Marilah kita lebih spesifik.

Dalam hal berdoa, mungkin saya dan Anda menerapkan banyak hal yang standar-standar saja.
Kita mungkin meminta kenaikan gaji, tetapi kita tidak meminta kekuatan dan kemampuan untuk bekerja lebih keras dan giat.
Kita mungkin berdoa meminta kesehatan anak-anak kita, namun kita tidak meminta waktu untuk bisa berolahraga dengan mereka.
Kita mungkin meminta kedamaian hati, namun kita tidak meminta kemampuan untuk memaafkan orang lain.
Atau mungkin kita berdoa untuk mendapatkan tempat parkir terbaik saat kita telat saat menonton film bioskop, atau mungkin kita berdoa supaya makanan favorit kita masih ada saat kita lapar. Intinya, kita meminta akan sesuatu hal yang kita harap secara otomatis akan terjadi yang kalau bisa, kita tidak perlu mengeluarkan keringat untuk menjadikan hal tersebut terjadi.

Mari kita ambil contoh para orang besar di Alkitab. Jelas, mereka berdoa. Mari kita teliti kira-kira apa jenis doa yang mereka panjatkan.
  • Musa berdoa agar dia tidak membunuh bangsa Israel sesudah mereka menyembah anak lembu emas.
  • Para rasul berdoa meminta dan menantikan keajaiban dan bicara dengan berani saat menghadapi penganiayaan agar nama Yesus dijunjung tinggi.
  • Elia, doanya memulai dan mengakhiri kekeringan selama 3.5 tahun.
  • Yosua, berdoa agar Tuhan mau menghentikan matahari (dan itu benar-benar terjadi)
Menurut saya pribadi, orang-orang yang memiliki nama besar di Alkitab ini gila. Gila dalam artian doa-doa yang mereka panjatkan tidaklah lazim. Doa mereka spesifik dan besar (dan absurd). Sayangnya, manusia di jaman sekarang menjadikan perkara yang biasa menjadi perkara yang luar biasa. Kita menaruh keberanian kita di luar jangkauan kita. Kita lebih berusaha untuk bermain aman dalam berdoa. Kita menerapkan doa-doa yang standar saja.

Tapi Tre, itu kan Elia, Musa, Yosua, para rasul. Kite mah cuma orang biasa aja! O yeah? Saya berikan satu ayat penguat untuk Anda:

Yakobus 5:17 "Elia adalah manusia biasa seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan."

Kebanyakan dari kita berfokus kepada hasil doa Elia. Tetapi kita sama seperti Elia. Kita sama seperti Musa. Kita sama seperti Yosua. Kita sama-sama manusia. Baik Elia, Yosua, Musa memiliki akses kepada Tuhan yang sama. Tuhan yang mampu menghentikan matahari, Tuhan yang memberikan kuasa membelah laut, mengalahkan kematian. Bedanya kita dengan Musa, Elia dan Yosua adalah mereka berani memanjatkan doa sesuai dengan karakter, hati, sumber daya, kehendak dan kemampuan Tuhan. Sedangkan kebanyakan dari kita memanjatkan doa yang terfokus kepada diri kita sendiri.

Menurut saya, doa adalah arena dimana iman kita bertemu dengan kemampuan Tuhan. Keberanian kita tidak akan pernah melampaui kemampuan Tuhan untuk meresponi doa kita. Itu sebabnya doa yang malu-malu dan aman hanya membuang-buang waktu. Kita dipanggil untuk berdoa lebih daripada hanya sekedar meminta hari yang baik, berdoa untuk sekedar bertahan di pekerjaan. Sebaliknya, berdoalah agar kita menemukan sesuatu tujuan yang bisa mendorong kita untuk unggul di dalam profesi kita bagi kemuliaanNya.

Mengapa Anda dan saya tidak berusaha mengejar area-area baru dan mendobrak batas-batas baru dengan agresif saat kita berdiri di atas tujuan dan janji-janji Tuhan? Kita tahu bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dalam Tuhan. Lalu, kenapa saya dan Anda seringkali menghantarkan doa yang biasa-biasa saja?

Seringkali kita berdoa untuk sesuatu yang kita kehendaki. Tetapi mai kita perhatikan 1 Yohanes 5:14 "Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya."

Perhatikan bahwa bagian ini tidak mengatakan "sesuai keinginan kita" atau "jika kita meminta dengan berani" tetapi "jika kita meminta sesuatu sesuai dengan kehendakNya"
Jadi, Tuhan ingin agenda kita-lah yang disesuaikan dengan agendaNya.
Tuhan ingin keberanian kita diselaraskan dengan tujuan-tujuanNya.

Anda bisa berdoa meminta puluhan trilyun masuk ke rekening Anda dan tidak tertutup kemungkinan Tuhan akan mengabulkan doa itu kalau memang Tuhan menghendakinya. Benar bahwa permintaan ini berani, tetapi jenis doa seperti ini hanya terfokus kepada diri Anda sendiri. Dan bukankah itu yang kita sering panjatkan dalam doa? Dimana doa kita terfokus kepada diri kita sendiri karena kita merasa kita layak menerimanya? Seringkali kita merasa kita pantas mendapatkan sesuatu.

"Tuhan, aku sudah berbuat baik. Engkau tahu usahaku, dan bahkan aku melayaniMu seumur hidupku. Jadi, bolehkah aku meminta A , B , C dsb ... " Kebanyakan dari kita percaya bahwa jika kita bersikap baik, atau paling tidak berusaha bersikap baik, kita layak menerima imbalan tertentu dari Tuhan. Kita layak diberkati. Kita layak menerima hidup bahagia. Kita layak menerima jawaban dari doa-doa kita. Keyakinan ini dilandasi oleh gagasan bahwa Tuhan mengawasi skor berapa banyak kita berbuat baik. Permasalahannya, ketika kita berpikir kita layak, benarkah kita layak? Menurut saya, disaat kita merasa kita layaklah, itu adalah momen yang sangat berbahaya.

Percayalah, kalau Tuhan mengeluarkan buku poin kebaikan yang telah kita perbuat, tidak akan ada doa kita yang akan terkabulkan. Tidak ada siapapun yang memenuhi syarat untuk menghampiri Tuhan. Tidak ada seorangpun yang telah mengumpulkan skor atau kebaikan yang cukup untuk kita berhak menyuruh Tuhan bergerak.

Jadi, jangan pernah meminta Tuhan memberikan nilai yang layak kamu terima. Doa iman yang sejati selalu dilandasi oleh kasih karunia tuhan (Ingat, semua sesuai kehendakNya). Jadi, ajukan masalahmu, kebutuhanmu, di atas dasar kebenaran yang telah Tuhan tentukan. Doa iman yang benar bertujuan bukan untuk merubah pikiran, tetapi merubah hati. Dan hati yang dirubah itu adalah hati Anda, bukan hatinya Tuhan. Hati Anda dirubah oleh Tuhan dengan cara mengaktifkan iman Anda dengan mengembangkan keberanian dari doa-doa dan keyakinan dalam firman dan karakter Tuhan.

No comments:

Post a Comment