"A nation's culture resides in the hearts and in the soul of its people." ~ Mahatma Gandhi
Seperti teman-teman kita, orang Batak yang merayakan adat Ulos, teman-teman kita yang beragama Hindu merayakan Ngaben di Bali, dalam minggu ini, teman-teman kita yang beretnis Tionghoa akan merayakan Imlek. Dari dulu sejak saya mencari Tuhan dan berpindah gereja beberapa kali, saya menemui bahwa ada semacam dogma atau pemikiran bahwa kalau sudah menerima Yesus Kristus, tradisi Imlek adalah haram hukumnya. Benarkah?
Untuk saya pribadi, Imlek adalah perayaan dari sebuah tradisi dan adat istiadat dari suatu suku atau etnis tertentu. Ketika kita hidup dalam sebuah masyarakat kecil atau masyarakat besar, akan ada yang namanya tradisi. Banyak sekali adat istiadat dari suku bangsa yang kita tidak ketahui kalau kita tidak berada di dalamnya dan menjalaninya. Mudik di saat lebaran pun sekarang dikatakan tradisi, bukan?
Saya kurang mengerti akan seharusnya seperti apa merayakan Imlek itu seperti apa, karena rasanya sedari kecil, saya hanya tahu Imlek adalah makan jeruk ponkam, barongsai, sembayang hio dan dapat angpao (yang sudah tidak lagi saya terima sejak beberapa tahun lalu). Bahkan dalam sembahyang hio, saya pun tidak tahu apa yang harus diucapkan jadi terkadang malah saya berdoa kepada Yesus saja.
Di dalam Galatia 1:14, Rasul Paulis menulis "Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.”(1:14)
Kisah Rasul 28:17, Paulus mengatakan, “Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma.”
Apakah Paulus meninggalkan adat istiadat nenek moyangnya? Saya rasa tidak. Ilustrasi kasarnnya adalah jika saja Rasul Paulus adalah seorang Tionghoa, bisa jadi dia pun merayakan Imlek.
Tetapi, jika kita membaca Matius 15:3, Tuhan Yesus memberi peringatan kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat, “Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?” Yesus dengan sangat tegas mengecam orang Yahudi yang sangat memelihara adat istiadat nenek moyang tetapi melanggar firman Tuhan. Berarti kita tidak boleh melanggar ketetapan firmanNya karena lebih mementingkan adat istiadat. Menurut saya, yang terpenting adalah bagaimanakah sikap kita terhadap tradisi yang kita jalani. Jikalau di dalam adat istiadat ada hal-hal yang bisa mendorong kita untuk berbuat dosa, jangan lakukan itu.
Di dalam hal adat-istiadat atau tradisi ada banyak hal positif dan juga ada hal negatif. Adat istiadat yang positif misalnya masalah jenjang hormat menghormati. Saya mendengar bahwa dalam tradisi orang Batak, jika marga yang satu mengadakan pesta maka marga yang lain itu akan menyuci piring.
Tetapi ada juga tradisi yang akhirnya memungkingkan seseorang melakukan dosa. Di Kalimantan Barat, setiap hari raya Imlek, anak-anak biasanya mendapat banyak angpao. Karena mereka memegang banyak uang, biasanya mereka mulai belajar merokok dan berjudi. Bisa jadi, awalnya mereka hanya iseng-iseng semata namun akhirnya mereka terjerat dan menjadi penjudi ataupun perokok berat setelahnya. Tapi bagaimana apabila setelah mereka mendapatkan angpao dan setelahnya mereka menggunakan angpao tersebut untuk memberikan bantuan kepada orang lain atau memberikan perpuluhan secara lebih, apakah salah?
Mungkin Anda belum mengetahui akan tradisi yang satu ini, tapi untuk Anda yang pria-pria mungkin akan menyukai tradisi yang satu ini. Sudah menjadi tradisi orang Eskimo bahwa setiap ada tamu yang datang berkunjung ke rumah mereka, maka tuan rumah akan memberikan istrinya sebagai teman tidur tamu mereka dan ketika Anda menolak, Anda akan berlaku tidak sopan terhadap sang tuan rumah. Dosa? Sudah pasti. Tetapi hal ini sudah menjadi budaya dan tradisi dari orang Eskimo.
Jika Anda menerima dan mengakui bahwa Yesus Tuhan sebagai patokan hidup Anda, maka seharusnya fokus hidup Anda adalah bagaimana kita membangun hidup ini supaya sepadanan dengan FirmanNya, baik dalam merayakan tradisi atau tidak. Jangan dibalik urutannya menjadi FirmanNya dipadankan dengan hidup kita. Bukan FirmanNya yang diubah, tetapi hidup kita yang harus diubah.
Jadi kesimpulan saya, tidak ada salahnya Anda merayakan Imlek, toh, Anda menjaga tradisi dan budaya Anda tetapi ketika Anda mengetahui bahwa ada hal-hal yang negatif yang memungkinkan Anda melakukan dosa di dalam tradisi Anda, jangan lakukan itu. Hiduplah berdasarkan firmanNya.
PS : Untuk teman-teman saya yang merayakan imlek, saya mengucapkan selamat Imlek yang jatuh pada tanggal 10 Februari ini. Gong Xi Fa Cai. Ditunggu kiriman jeruk ponkam dan angpaonya.
Kalo menurut gue sih lebih baik mencari info asal muasal dan arti2 dibaliknya, karena memang banyak tradisi Cina yg mengandung simbol mengarah kepada hal2 yg tidak sesuai dengan iman Kristiani misalnya naga di Alkitab berbeda dengan kepercayaan di Cina (read: Budha). Banyak hal yang berbau spiritual tersembunyi, kalau kita ga ngerti kita akan anggap hal itu tradisi biasa aja, padahal sebenarnya hal spiritual yang ga keliatan itu yg lebih berkuasa (makanya orang Kristen berperang di alam roh, dsb)
ReplyDeletekalau menurut saya tergantung kita memandang saja..
ReplyDelete