"I do the very best I know how - the very best I can; and I mean to keep on doing so until the end." ~ Abraham Lincoln
Seorang teman saya berniat menyatakan perasaannya ke calon pacarnya beberapa hari ke depan. Dan dia berkonsultasi sebaiknya seperti apa cara untuk menyatakan perasaannya, karena dia mau pada hari itu, adalah hari yang spesial. Dia mau semuanya yang terbaik. Setelah saya memberi beberapa saran, dia mengatakan hal ini kepada saya. "Tre, kalau semisalnya gw ditolak, piye ya?" Saya hanya menjawab "Ya, siapin hati aja untuk yang terburuk dan mudah-mudahan yang terbaik yang datang ya pak".
Hari ini saya memikirkan lagi ucapan saya itu. Memang sih, itu bahasa klise yang mana artinya adalah kita harus bersiap-siap menanggung konsekuensi seandai-andainya rencana kita gagal. Tapi, kalau dipikir-pikir, sepertinya kalimat klise itu jahat juga ya?
Jahatnya adalah berarti kita menyalah-artikan arti dasar dari pengharapan itu sendiri, dong. Kenapa? Karena harapan adalah bentuk dari iman. Kita semua pasti maunya mempercayai apa yang kita harapkan untuk terjadi, bukan akan apa yang tidak akan terjadi. Kita semua mau rencana utama kita yang berjalan, bukan rencana cadangan kita. Kita tidak mungkin mengharapkan yang terbaik kalau kita sendiri memiliki iman akan sesuatu yang terburuk yang terjadi. Kalau kita memiliki rencana cadangan, berarti kita sendiri tidak yakin rencana utama kita akan berjalan baik, toh? Omong-omong soal rencana, teman saya pasti maunya pacaran dengan calon pacarnya itu, dan rasanya teman saya tidak memiliki calon pacar cadangan semisalnya dia ditolak oleh cewek tersebut.
Anda tidak bisa berharap mendapatkan pekerjaan yang Anda butuhkan kalau Anda memiliki pemikiran Anda akan ditolak.
Anda tidak bisa berharap mendapatkan anak-anak Anda menjadi agen perubahan kalau Anda tidak percaya dengan kemampuan mereka.
Anda tidak bisa berharap Tuhan akan memulihkan hubungan Anda yang rusak kalau Anda memiliki kepercayaan bahwa hal tersebut tidak perlu diungkit-ungkit lagi.
Pemikiran ini bukan mencoba memutarbalikkan kekuatan dari pemikiran yang positif. Semua dari kita bisa berpikir positif. Hanya saja kita yang terlalu sering memencet tombol pemikiran negatif dalam diri kita. Kita lebih mudah berpikir negatif, pesimis, takut ketimbang optimis. Tombol negatif tampaknya posisinya lebih mudah dicapai, tombolnya lebih besar ukurannya, dan bunyi 'klik'nya lebih terdengar nyaring ketimbang tombol positif.
Harapan-harapan yang berasal dari iman bisa ditemukan dari tokoh-tokoh dalam Alkitab di bawah.
Daud mengharapkan Tuhan memampukan dia untuk mengalahkan Goliat. Dan itu terjadi. Tidak ada rencana cadangan saat Daud maju bertempur melawan Goliat.
Elia mengharapkan Tuhan memberikan kepadanya kemenangan melawan para penyembah Dewa Baal. Dan itu terjadi. Tidak ada rencana cadangan yang disiapkan Elia semisalnya dia kalah.
Yesus mengharapkan bahwa pengorbananNya di kayu salib akan menebus semua manusia. Dan itu terjadi. Yesus tidak mengatakan ada rencana cadangan semisalnya nanti dia tidak jadi mati menebus manusia.
Seharusnya harapan-harapan kita tidak dibangun oleh impian belaka atau keinginan sendiri yang egois. Tetapi oleh ketersediaan janji Tuhan yang tidak pernah berubah dan oleh karakter Tuhan yang tidak berubah. Kita memiliki harapan akan masa depan kita berdasarkan apa yang telah Tuhan katakan dan telah Dia lakukan di masa lalu. Jadi, harapkan hanya yang terbaik. Doakan hanya yang terbaik yang terjadi, dan jangan kaget kalau Anda mendapatkan yang terbaik.
NB : (Mudah-mudahan teman saya juga meneriman jawaban "ya" dari calon pacarnya nanti)
No comments:
Post a Comment