Easter is the demonstration of God that life is essentially spiritual and timeless. ~Charles M. Crowe
Manusia selalu menyesuaikan keinginan mereka sesuai dengan waktu dan keinginan yang mereka miliki. Pernahkah Anda melihat seseorang menikah tapi mereka naik metromini M37 atau bajaj, misalnya? Saya rasa hampir semua orang (kalau tidak sangat-sangat-sangat-terpaksa) akan lebih memilih acara pernikahan mereka dengan menaiki Alphard, Camry atau mobil sejenis. Kita cenderung memilih penampilan dan juga tanggapan orang atas hidup kita.
Karena sebentar lagi kita akan menyambut Paskah, saya mencoba menyesuaikan keinginan kita dengan keadaan Yesus menjelang Paskah. Mari kita lihat Yesus yang datang dan disambut menaiki seekor kuda hitam yang gagah saat banyak orang melambai-lambaikan daun palma kepadanya! Ya, Yesus menaiki kuda! Bukaaan!! Yesus berada di atas seekor keledai. Ya, Keledai.
Yesus tidak menaiki kuda yang seringkali dilambangkan sebagai keanggunan, kecepatan, kekuatan, peperangan, pertahanan dan lainnya. Keledai bisa dibilang adalah binatang kelas dua. Bahkan pepatah tentang keledai pun tidak enak untuk didengar karena keledai adalah binatang yang bodoh. Kalau dalam peperangan para tentara menunggangi keledai, bisa dipastikan pasukan itu akan kalah.
Meski demikian, kenyataannya adalah Yesus datang menaiki seekor keledai. Meski Yesus adalah seorang Raja, Ia adalah raja yang sedang dalam misi melayani. Misinya adalah menyebarkan kasih. Ia tidak membutuhkan tepuk tangan atau kekuasaan atau harta.
Sayangnya kebanyakan dari kita lebih memilih untuk memuaskan keinginan kita akan tanggapan orang lain terhadap kita. Kita cenderung malu apabila kita dilihat sedang berada diatas seekor keledai. Kita lebih menginginkan dilihat sedang berada diatas seekor kuda hitam yang gagah. Kita cenderung ingin dilayani, bukan melayani. Kita tidak ingin berada di sebuah kehidupan kelas dua. Kita ingin berada dalam pihak VVIP. Kita ingin dianggap oleh orang-orang.
Yang saya tahu adalah saat Yesus disambut di pintu gerbang, lima hari kemudian dia disambit habis-habisan di kayu salib.
Yang saya tahu adalah saat ribuan orang menyambut Dia saat di pintu gerbang, akhirnya hanya tersisa empat orang yang masih tinggal saat Dia mati di kayu salib.
Ketika seorang raja rela mati untuk kita, masihkah kita merasa malu akan tanggapan orang lain?
Satu hal yang saya tahu adalah seharusnya kita tidak perlu mengikuti keinginan kita. Tidak selalu enak berada di dalam kelas VVIP. Tidaklah selalu enak menunggangi kuda hitam.
Kita tidak perlu merasa malu atau mencoba mengikuti tanggapan semua orang atas kita,
... asalkan kita tahu siapa diri kita di dalam Kristus.
NB : Ya saya ikut melambai-lambaikan daun palma saya yang kecil saat di gereja, namun saya berdoa walau daun palma saya kecil, iman saya besar namun entah kenapa, saya merasa iri dengan penjahat yang berada di samping kayu salib Yesus yang kini berada di Firdaus bersama Yesus.
Selamat Paskah semuanya.
No comments:
Post a Comment