Akibat tidur yang setengah dipaksa, saya akhirnya bangun sekitar pukul delapan pagi, dimana suara burung mengetuk-ngetuk jendela kamar hostel saya (jendela apaan? wong ketutup semua sama tembok), sebenarnya saya masih sangat mengantuk namun apa daya, pergi tidur lagi nampaknya sulit. Akhirnya saya memutuskan untuk gosok gigi dan mandi. Ada kejadian yang membuat mata saya agak melek di pagi hari itu. Yah, namanya juga hostel dimana pasti banyak sekali orang yang berlainan suku, ras, dan lainnya. Seperti kebiasaan orang Indonesia, gaya saya adalah muka setengah mengantuk, bercelana pendek dan nyeker, saya pergi ke wastafel untuk gosok gigi. Kalau gaya orang bule asal Australia yang menyapa saya di wastafel bertelanjang dada, mengenakan celana 3/4 merek Billabong (KW gak ya?) dan sendal gunung. Nah, kalau gaya wanita Taiwan ini sedikitbeda. Dia mengenakan mengenakan baju Ukenzi warna hitam with no bra, handuk dililitkan ke pinggang dan sepatu boots. #gakboong
Susah kalau Singlish, laar ...
Untuk sebuah hostel, kamar mandinya cukup banyak, ada 2 kamar mandi dan satu toilet masing-masing di kanan kiri di masing-masing lantai. Setelah mandi dan beres-beres serta mengecek itinerary, saya nongkrong saja di lobby sembari menunggu Aca untuk bangun karena hari ini saya akan ditemani olehnya. Dia memang mengatakan dia mungkin bangun agak siang karena sudah 2 malam susah tidur. Sedangkan jam baru menunjukkan pukul 9 pagi. Karena bosan, saya akhirnya memutuskan untuk mencari dimana daerah Bras Basah karena salah satu itinerary saya adalah mencari efek gitar di daerah sana. Maafkan saya tetapi kalau saya mendengar daerah Bras Basah, tetapi jangan-jangan arti dari Bras Basah adalah : Beberapa beha yang basah? #hush. Saya bertanya kepada anak muda yang menjaga resepsionis hostel dan dia menjelaskan di peta. "You see we are here, laar. And then you just go straight ahead. its only 5 minutes from here if you walk, laar. not far." #singlish
Breakfast aja jauh yak
Saya menyadari kalau Bugis, Bras Basah dan city hall sangat dekat alias satu jalur perjalanan. Akhirnya saya memutuskan untuk pergi saja berkeliling ke City Hall sekalian cari udara segar dan foto-foto. Saya pergi ke city hall karena memang masih ada beberapa barang yang saya cari disana dan toko yang saya cari buka pukul 10 (berdasarkan websitenya), saya melewati Raffles City dan saya suka bangunannya. Gaya klasiknya membuat saya berpikir mungkin akan sangat bagus untuk memfoto klien untuk prewedd di sana. Sesampainya di City Hall, ternyata hingga pukul 10 lewat, toko-toko belum buka. Akhirnya saya hanya sarapan baso ikan disana dan memutuskan untuk kembali ke hostel.
Kepingin jadi pencuri deh saat ini
Aca sudah bangun dan sembari saya menunggu dia mandi, saya berkeliling hostel dan saya baru sadar ternyata ada sebuah lemari yang dipajang di dinding berisi banyak figur Snoopy! Ya ampun, saya pengen colong piguranya kalau bisa (oops). Saya juga ngobrol-ngobrol dengan pemilik hostel yang mana ternyata orang Surabaya. (ya ampun! kalau gitu ngapain saya sok-sok pake bahasa inggris ngobrolnya toh pak?). Dia bercerita dia pindah ke singapura sejak 1996, tapi istrinya masih di surabaya. Jadi hanya dia dan anaknya yang sekarang mengurusi hostel tersebut.
Pertama kalinya beli barang BM
Akhirnya sekitar pukul 11, Aca sudah siap dan kami pun pergi ke arah Ferrer Park. Saya minta ijin kepadanya untuk setelah dari Ferrer Park, saya harus pisah karena saya masih banyak urusan yang harus saya cari dan pesawat saya berangkat sore hari. Sebelum ke Ferrer Park, dia mengecek dulu harga casing Samsung Note II di outlet resmi. Rata-rata harganya sekitar $68. Begitu sampai ke Ferrer Park, kami langsung mengarah ke toko langganan Aca dan memang sepertinya Aca sering sekali beli barang di toko ini karena hampir semua pegawainya mengenal Aca. Bahkan Aca saja menyebut mereka dengan 'brother' (ya jelas brother lah, wong mereka sama-sama terlihat India. Coba saya yang bilang brother, mungkin mereka mikir "Sapa loe?").
Dan memang kalau saya baca reviewnya, toko ini ramai karena harganya miring dan kualitas barangnya bagus. Akhirnya Aca membeli casing untuk note II. Kalau di outlet harganya $68, di toko langganan ini harganya hanya $32. Saya agak senyam-senyum kalau dengar Aca ngomong Inggris. Maklum dia orang Makassar, jadi logatnya agak medok, plus dia ngomong ke orang India. Anda tahu lah logat India seperti apa. Bayangkan logat Makassar berbicara Inggris dengan logat India versi Aca : "Brother, let me look the Note II case laar. I want to see that one. For me. Usual price laar ya?". Cukup bikin saya tersenyum lebar.
Setelah urusannya selesai, Aca membantu saya membeli ipad mini 16gb wi fi untuk saya. Kalau harga ipad mini 16gb di outlet resmi singapore adalah $448, saya mendapatkan harga hanya $410 di toko langganan Aca. Memang harga di toko ini miring karena tidak ada garansi toko tetapi untuk barang Apple masih bisa diklaim ke outlet Apple resmi (katanya). Sebenarnya saya kurang begitu nyaman bertransaksi dengan orang India karena mereka terkesan agak memaksa. Ketika kita bilang tidak pun, mereka masih agak memaksa kita.
Setelah selesai membeli ipad mini, saya berpamitan kepada Aca dan berterima kasih atas waktu dan chat selama saya berkenalan. Tidak lupa kami pun bertukar nomor telepon untuk kontak-kontak lagi di lain waktu. Setelah selesai dari Ferrer Park, saya langsung mengkontak temen saya @RachelIMelda untuk janji bertemu siangnya. Tidak lupa saya ke Bugis Junction untuk membeli buku di Kinokuniya dan membeli titipan mangga. Untung @Rachel memberitahu saya tempat membeli mangganya kalau tidak mungkin saya akan buang-buang waktu.
Yeay! Charlie's Brown Cafe @Sommerset
Selesai dari Bugis, tujuan saya berikutnya adalah : Charlie Brown's Cafe. Yap! Karena saya penggemar Snoopy, maka tempat ini adalah tempat yang wajib saya kunjungi. Sebenarnya tempat ini sudah lama tapi saya tidak mengetahuinya. Bahkan setelah beberapa kali ke Singapura pun saya tidak tahu. Akhirnya setelah mencari letaknya di 313 Sommerset, saya bisa mencobainya. (Oh ya, kata teman saya @liyll Ly, kafe Charlie Brown ini juga sudah hadir di Hermes Place, Medan). Saya memesan hot cappucino dengan chocolate melt. Semua hal disini berbau snoopy, lampu interiornya, kacanya, wallpapernya, makanannya, bahkan sampai waitress yang bertugas pun mengenakan baju kuning dengan motif yang sama dengan yang digunakan Charlie Brown! (I WANT IT!!)
Bertemu dengan si cantik @RachelImelda
Tidak lama kemudian, teman saya @RachelImelda datang. Kami bertemu sekitar pukul setengah dua karena dia tinggal di daerah Punggol (ujung ke ujung) Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengannya, jadi kami bertemu di Charlie Brown's Cafe dan memutuskan untuk berjalan-jalan di Orchard untuk menghemat waktu. Sedikit tentang @RachelImelda. Dia adalah seorang wanita yang manis, senyumnya menggugah, lumayan tinggi, mantan pramugari SQ dan agak pemalu (jangan tanya seperti orangnya ya)
Paul Bakery @Takashimaya
Dia menjelaskan beberapa toko-toko baru di daerah sana dan memang benar seperti katanya, Orchard sudah tidak lagi sama dengan sebelum-sebelumnya. Banyak pembangunan baru yang dilakukan disana-sini karena tidak mau kalah dengan Marina Bay. Saya ditunjukkan oleh Rachel beberapa tempat makan yang sedang happening di Orchard, salah satunya adalah Paul Bakery. Paul Bakery ini bisa dibilang breadtalk-nya Eropa, karena hampir di semua pengkolan, bakery roti ini mudah ditemui. Saat saya lihat memang bakery ini terkesan mewah karena selain roti, bakery ini juga memiliki restorannya sendiri. bahkan mungkin Tours les Jours di jakarta tidak ada apa-apanya. Tidak heran kalau kalau weekend, bakery dan restonya full dan antrian pun panjang. Untuk Anda yang tertarik mencoba atau berkunjung, letaknya ada di dalam Takashimaya ya.
St.Leaven
Saya juga mencobai roti bakery lainnya, yakni St.Leaven (atau four leaves) saya mencobai dorayaki dan juga mantau spesialnya. #haruscobaindeh, dari jalan-jalan mengelilingi bakery ke bakery, saya dan imel menuju plaza singapura untuk mencari titipan docmart teman saya, namun akhirnya cancel karena tidak sesuai. Agar mengobrol lebih nyaman, kami memutuskan untuk makan di suatu tempat. Saya dan @Rachel akhirnya memutuskan untuk makan di Medz. Tempat ini nyaman namun sayang agak sepi dan ternyata tempat ini gabung dengan Paulaner. Pantas saja birnya disupport oleh Paulaner. Saya memesan Salmon Skewered dengan segelas Heinken sedangkan @Rachel memesan nasi kari. Sungguh enak salmonnya loh.
Eating at Medz
Sebenarnya saya tidak enak mengobrol dengan @RachelIMelda karena pada saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore sedangkan penerbangan saya pukul 6.10, sehingga dia sepertinya menangkap kecemasan saya akan miss flight (apalagi dia juga tahu kejadian saya ketinggalan pesawat), saya sebenarnya juga tidak enak karena kami bertemu dengan mepet apalagi acara makan yang harusnya dibarengi dengan kehadiran suaminya, jadi batal lagi untuk kesekian kalinya. Maaf ya @RachelIMelda.
Perjalanan pulang! OTW Changi...
Jadilah saya berpisah dengan teman saya yang cantik itu dan segera buru-buru ke Changi Airport. Saya berjanji next time, saya akan menginap lebih lama agar semua perjalanan saya nyaman. Dia hanya tertawa dan mengiyakan. Tujuan berikutnya : Pulang! Ternyata perjalanan dari Orchard menuju Changi itu lama ya. Saya deg-degan dan sedikit-sedikit melihat jam tangan saya karena takut ketinggalan pesawat. Akhirnya saya sampai di Changi sekitar pukul 5 kurang sedikit. Langsung saya mencari gate check in saya dan ternyata ada di gate 12, dan ternyata itu gate paling ujung!! Jadilah saya berlari-lari lagi, sungguh susah untuk berlari karena perut saya masih kenyang sekali, jadi sedikit-sedikit saya berhenti, menarik napas dan belari lagi. Kalau saya disuruh menghentikan bom, saya jamin bom itu sudah meledak duluan.
Shock jantung gate 12
Ketika saya sampai di Gate Tiger Airways, saya mencari gate keberangkatan saya dan Anda tahu apa yang saya baca? "TR 2276 to Jakarta : FLIGHT CLOSED!" Langsung jantung saya seakan mendadak berhenti. Masa kejadian yang sama kejadian dua kali? Pulang pergi ketinggalan pesawat? #Shoot! Langsung saya menyelak antrian yang tidak terlalu ramai dan dengan nafas terengah-engah. Petugas gate, seorang keturunan India melihat saya keheranan. Berikut percakapan saya :
Tre :"Are the flight to Jakarta are really closed? I Missed The plane?"
Miss India : "Yes sir, you do missed the flight!" (Somebody kill me now)
Tre : "Really? Seriously? Again?"
Miss India :"Yes sir, you are missing the plane IF the plane didn't delay. But since its having delay for two hours, you can still come aboard into the airplane."
Pujian yang bikin blushing
Langsung semua kecemasan saya hilang! Horee! Saya bisa pulang! Melihat saya senyum ceria seperti anak hilang yang telah ditemukan, si Miss India pun tersenyum saat dia meminta paspor saya dan dia menanyakan hal ini "Sir, you are 31? Really?" Saya jawab iya, dia meneliti muka saya setengah tidak percaya. Yes Ma'am, i know i still look like 18. Langsung saya masuk ke bagian imigrasi dan entah kenapa kejadian yang sama di Jakarta sedikit terulang. Kali ini tiga orang hitam disuruh menuju sebuah ruangan. Saya langsung mencari gate kepulangan saya untuk memastikan dan benar bahwa pesawat saya delay selama dua jam, jadi saya memutar-mutar di bandara. Jujur, saya setengah panas dingin akibat berlari-lari, jadi akibatnya saya migren, mual, pusing. Jadilah saya berdiri sok cool melihat papan penerbangan ditengah-tengah jalan karena saya yakin kalau saya berjalan lagi, saya pasti muntah. (bayangin anak kecil, pake celana 3/4, sepatu kets, gendong tas backpack lumayan gede warna merah, berpangku tangan, melihat dengan sok cool papan informasi penerbangan. #gakbangetya?)
Heaveeenn....
Setelah merasa baikan, saya mencari tempat pijat kaki OSIM yang memang ada di bandara karena kaki saya sakit sekali. Sayang tidak ada Nano reflexology disana. Akhirnya setelah beberapa antrian, giliran saya dan jujur, adalah surga sekali ketika kaki saya dipijat oleh mesin. terima kasih teknologi. Setelah merasa baikan saya ngalor ngidul mondar-mandir di bandara hingga waktu keberangkatan, saya membeli beberapa buku. Dan maaf untuk teman-teman, saya tidak membeli oleh-oleh karena tas saya sudah sangat berat (psst.. sudah 11kg pas saya timbang)
Harusnya kenalan tuh gue ...
Ketika sudah waktunya untuk pulang, saya langsung masuk ke dalam karantina penumpang dan menyerahkan semua barang saya untuk dipindai di tempat scanner. Saat saya mengambil barang saya, seorang wanita disebelah saya tidak sengaja mendepak muka saya dengan barang bawaannya. Setengah berkunang-kunang saya melihat orangnya kecil namun dia membawa 3 bawaan supergede. (Habis belanja, mbak?) .. Langsung dia minta maaf. Dengan pipi yang memar dan juga dengan sok coolnya, saya hanya tersenyum kepadanya. Saya masuk ke dalam untuk menunggu pesawat dan duduk di salah satu bangku tunggu, tidak lama dia pun masuk juga dan melihat kepada saya sambil berbisik tanpa suara "Sorry ya". Saya lagi-lagi hanya tersenyum saja.
Saya duduk di pojok belakang dan dia duduk di samping kanan. Saya terkadang curi-curi pandang melihat dia dan saya juga menyadari dia juga terkadang curi-curi pandang kepada saya. Jujur, sempat terlintas di pikiran saya untuk kenalan saja, tapi saya bukan tipikal pria dewasa yang kenalan di tempat umum (udah single-desperate masih aja sok gaya). Akhirnya saya membereskan barang-barang yang saya bawa dan mengacuhkan dia. Akhirnya panggilan kursi saya tiba dan saya masuk ke dalam pesawat, saat antrian pesawat, saya pun melewati dia, dan lagi-lagi dia minta maaf karena tadi sudah menghajar muka saya dengan barang bawaannya. Lagi-lagi saya hanya senyum. Saya sempat bertanya kepadanya "barangnya berat ya?" Dia hanya tersenyum cekikikan dengan muka memerah. Cantiknya ... tapi seperti emotikon Yahoo Messenger yang sok cool itu, saya malah diam dan masuk ke dalam antrian ketimbang kenalan. Di dalam pesawat, ternyata si wanita itu masuk lumayan terakhir (mungkin karena barang bawaannya banyak), dan dia kesulitan untuk mencari tempat memasukkan barang di kabin. Akhirnya dia dibantu oleh pramugara dan dia duduk di seat 8A, sedangkan saya di 14F. Kesempatan itu pun terbuang sia-sia. Sedikit menyesal.
Nyaris muntah
Karena saya masih merasa tidak enak badan, panas dingin dan nyaris muntah, saya melihat ke arah jendela, berharap saya baikan. Namun tiba-tiba ada aroma yang paling saya benci melintasi hidung saya, yakni bau minyak kayu putih! Demi Tuhan, wanita di samping saya dengan seenak jidatnya mengolesi bagian bawah hidungnya, sisi telinganya, alisnya dan dibawah bibirnya berkali-kali dengan minyak kayu putih! Ingin rasanya saya buka jendela dan menjulurkan kepala saya keluar (mungkin dengan lidah terjulur seperti anjing?) sungguh tersiksa rasanya, akhirnya saya beberapa kali keluar masuk toilet untuk menghirup oksigen dan saya memesan kopi panas. Saya lebih memilih menghirup kopi panas ketimbang minyak kayu putih. Kalau tidak ada kopi tersebut, mungkin saya sudah muntah ke wajah wanita penjaja minyak kayu putih itu.
Selamat datang Jakarta
Akhirnya saya touchdown Jakarta. Saya langsung bergegas keluar dari pesawat dan masuk ke terminal karena saya benar-benar tidak tahan dengan bau minyak kayu putihnya, saya langsung mencari gate keluar. Diluar saya sudah janjian dengan teman saya yang baru juga pulang dari Surabaya. Karena lapar yang amat sangat, jadilah kami berdua mencari makan, tujuan saya? Kwetiaw Akiaw. Dan ternyata sungguh tidak enak makan ketika kepala pusing, perut mual tapi lapar, badan panas dingin. Setelah mengantarkan teman saya pulang, saya langsung menuju rumah, pulang, mandi tidur. Dan saya tidur dengan keadaan panas dingin tanpa AC.
Note: sebenarnya perjalanan saya kali ini akan lebih manusiawi kalau saja saya tidak ketinggalan pesawat, kehilangan itinerary dan pesan hotel dari jauh-jauh hari. Saya merasa perjalanan kali ini benar-benar tidak ada gunanaya karena barang yang saya mau rata-rata tidak ada. Yang ada hanyalah keluar uang lebih untuk nothing. Tapi yah, hitung-hitung pelajaran dari pengalaman kali ini. Oh ya, terima kasih loh kepada @laureenMargareth yang sudah tidak sabar membaca kelanjutan travel part 3 ini, berhubung sudah diposting. Hutang gue lunas yaa. #wink