Kesimpulannya, kami mencatat bahwa kebanyakan pasangan memiliki relationship yang ribet atau hancur berantakan karena banyak negosiasi yang dilakukan dalam menjalani relationship.
Bahwa ada beberapa hal yang seharusnya menjadi prinsip / pedoman (dalam artian tidak bisa diganggu-gugat) akhirnya dinegosiasikan karena alasan tidak mau kehilangan pasangan, menghindari konflik dan alasan lainnya.
Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan, khususnya dalam membina sebuah relationship. Kesalahan? Sudah pasti semua orang pasti melakukan kesalahan dalam sebuah relationship. Benar bahwa terkadang kita perlu memberikan toleransi kepada pasangan kita dalam artian kita percaya bahwa orang tersebut akan berubah dan mau berubah.
Ambil contoh tentang toleransi, teman saya memiliki pemikiran bahwa memakan sayuran hijau adalah penting sedangkan istrinya tidak (Meskipun kita semua tahu sayuran hijau itu bermanfaat dan masih saja beberapa dari kita tidak menyukainya) Tetapi, mereka berdua berkomitmen agar anak mereka kelak pun juga merasakan manfaat dari makan sayuran hijau. Maka teman saya mengajak istrinya untuk perlahan-lahan menyukai sayuran hijau dan dari dosis yang kecil 'menyelipkan' sayuran hijau ke menu makanan istrinya. Tidak selalu setiap saat sang istri mau makan sayuran hijau dan disinilah teman saya melakukan toleransi ketika istrinya tidak memakan sayuran hijau.
Dalam memberikan toleransi atau kesempatan, kita sebenarnya sedang memberikan kesempatan kepada diri kita untuk mau percaya bahwa orang tersebut bisa berubah. Dalam kasus teman saya dan sayuran hijau di atas, setidaknya teman saya melihat usaha istrinya untuk mau menyukai sayuran hijau itu. Ketika kita memberikan toleransi, bukan berarti kita "memanjakan" pasangan kita ketika mereka berbuat salah atau tidak sesuai dengan apa yang kita mau, tetapi toleransi digunakan untuk mencapai sebuah komitmen dan kesepakatan berdasarkan pemikiran atau prinsip yang ada. Tetapi ketika Anda dan pasangan Anda mulai menoleransi prinsip-prinsip yang menurut Anda tidak bisa diganggu gugat, saya menyarankan untuk berhati-hati.
Kenali apa prinsip relationship Anda
Apabila hubungan relationship Anda kandas, bisa jadi hal tersebut karena selama ini (mungkin) Anda tidak memiliki prinsip atau kriteria yang jelas akan apa yang Anda mau dari pasangan Anda. Mungkin Anda hanya sebatas suka, memiliki perasaan dan memulai proses PDKT, lalu jadian. Tok, sebatas itu. Terkesan mengikuti arus? Anda benar.
Saya setuju dengan teman saya yang mengatakan bahwa sebelum kita berpacaran atau mau serius atau sedang serius dengan seseorang, sebaiknya kita mengenali diri kita sendiri terlebih dahulu. Pepatah menjadi seseorang yang lebih baik untuk pasangan untuk kali ini saya rasa benar adanya. Akibat saran teman saya, saya mulai mencoba untuk menuliskan sebenarnya apa sih yang saya mau dari seorang pasangan saya.
Saya mencoba menulis dan memikirkan secara detail semuanya. Mulai dari segi fisik, karakter, kedewasaan, dan lainnya. Terdengar terlalu muluk dan sempurna? Mungkin. Tetapi setidaknya saya mencoba mengenal siapakah saya dan apa yang saya mau dari seorang pasangan saya nantinya (terlepas saya mendapatkan yang sesuai kriteria saya atau tidak), dan hasil akhirnya? Jujur, tidak terlalu memuaskan.
Mungkin prinsip Anda adalah pasangan harus memiliki hobi yang serupa, dan lainnya.
Prinsip adalah pedoman mencari goal yang sama dalam jangka panjang
Adalah baik ketika Anda mengenali apa yang menjadi prinsip Anda nantinya karena ketika Anda mengenali prinsip Anda, Anda tahu apa yang Anda mau. Ketika Anda mengetahui apa yang menjadi prinsip dalam relationship Anda, akan lebih mudah untuk mengetahui dan melihat apakah benar Anda dan pasangan Anda cocok secara visi dan misi Anda berdua. Anda juga tidak membuang-buang waktu. Dan sadar tidak sadar, prinsip yang Anda pegang akan Anda wariskan kepada keturunan Anda. Sadar tidak sadar, prinsip yang Anda pegang adalah batu pegangan bersama pasangan Anda untuk membangun sebuah hubungan. Mungkin prinsip Anda dan pasangan tidak sama persis, namun ketika ditelisik ditemui adanya kesamaan dalam perjalanan Anda membangun hubungan.
Sayangnya banyak dari kita yang sebenarnya mengetahui apa yang menjadi hal-hal prinsip (yang positif) yang tidak bisa diganggu-gugat namun kita masih melakukan negosiasi kepada pasangan untuk melanggar prinsip-prinsip itu karena alasan Anda menyayangi pasangan Anda. Anda bernegosiasi dengan apa yang Anda pegang sebagai prinsip. Banyak teman saya yang mengatakan bahwa mereka yakin pasangannya akan berubah ketika mereka nantinya menikah. Atau ketika mereka sudah memiliki anak. Kenyataannya? Banyak dari mereka yang tidak berubah.
Prinsip relationship saya dengan Anda pasti berbeda. Salah satu contoh prinsip yang saya pegang hingga sekarang (dan yang masih tidak bisa saya negosiasi) adalah masalah rokok. Membayangkan pasangan saya nantinya adalah perokok adalah A Big NO-NO. Jadi, secara otomatis, saya tidak akan mencari seorang pasangan yang merupakan perokok aktif. Benar saya bisa mencari dan membangun hubungan dengan seseorang yang merupakan perokok aktif dan mungkin semuanya berjalan baik-baik saja, tetapi besar kemungkinan saya menjadi tidaklah nyaman ketika melihat pasangan saya merokok. Ini adalah prinsip yang saya pegang dan yang tidak akan saya negosiasi.
Bagaimana dengan Anda? Adakah prinsip-prinsip yang tidak akan bisa Anda nego dalam menentukan kriteria pasangan Anda? Ketika Anda mengetahui prinsip-prinsip yang Anda pegang, akankah Anda menego prinsip tersebut?
Ambil contoh tentang toleransi, teman saya memiliki pemikiran bahwa memakan sayuran hijau adalah penting sedangkan istrinya tidak (Meskipun kita semua tahu sayuran hijau itu bermanfaat dan masih saja beberapa dari kita tidak menyukainya) Tetapi, mereka berdua berkomitmen agar anak mereka kelak pun juga merasakan manfaat dari makan sayuran hijau. Maka teman saya mengajak istrinya untuk perlahan-lahan menyukai sayuran hijau dan dari dosis yang kecil 'menyelipkan' sayuran hijau ke menu makanan istrinya. Tidak selalu setiap saat sang istri mau makan sayuran hijau dan disinilah teman saya melakukan toleransi ketika istrinya tidak memakan sayuran hijau.
Dalam memberikan toleransi atau kesempatan, kita sebenarnya sedang memberikan kesempatan kepada diri kita untuk mau percaya bahwa orang tersebut bisa berubah. Dalam kasus teman saya dan sayuran hijau di atas, setidaknya teman saya melihat usaha istrinya untuk mau menyukai sayuran hijau itu. Ketika kita memberikan toleransi, bukan berarti kita "memanjakan" pasangan kita ketika mereka berbuat salah atau tidak sesuai dengan apa yang kita mau, tetapi toleransi digunakan untuk mencapai sebuah komitmen dan kesepakatan berdasarkan pemikiran atau prinsip yang ada. Tetapi ketika Anda dan pasangan Anda mulai menoleransi prinsip-prinsip yang menurut Anda tidak bisa diganggu gugat, saya menyarankan untuk berhati-hati.
Kenali apa prinsip relationship Anda
Apabila hubungan relationship Anda kandas, bisa jadi hal tersebut karena selama ini (mungkin) Anda tidak memiliki prinsip atau kriteria yang jelas akan apa yang Anda mau dari pasangan Anda. Mungkin Anda hanya sebatas suka, memiliki perasaan dan memulai proses PDKT, lalu jadian. Tok, sebatas itu. Terkesan mengikuti arus? Anda benar.
Saya setuju dengan teman saya yang mengatakan bahwa sebelum kita berpacaran atau mau serius atau sedang serius dengan seseorang, sebaiknya kita mengenali diri kita sendiri terlebih dahulu. Pepatah menjadi seseorang yang lebih baik untuk pasangan untuk kali ini saya rasa benar adanya. Akibat saran teman saya, saya mulai mencoba untuk menuliskan sebenarnya apa sih yang saya mau dari seorang pasangan saya.
Saya mencoba menulis dan memikirkan secara detail semuanya. Mulai dari segi fisik, karakter, kedewasaan, dan lainnya. Terdengar terlalu muluk dan sempurna? Mungkin. Tetapi setidaknya saya mencoba mengenal siapakah saya dan apa yang saya mau dari seorang pasangan saya nantinya (terlepas saya mendapatkan yang sesuai kriteria saya atau tidak), dan hasil akhirnya? Jujur, tidak terlalu memuaskan.
Mungkin prinsip Anda adalah pasangan harus seiman.
Mungkin prinsip Anda adalah sang wanita harus bisa memasak.
Mungkin prinsip Anda adalah pasangan Anda memiliki kemauan untuk mengembangkan karakter.Mungkin prinsip Anda adalah sang wanita harus bisa memasak.
Mungkin prinsip Anda adalah pasangan harus memiliki hobi yang serupa, dan lainnya.
Prinsip adalah pedoman mencari goal yang sama dalam jangka panjang
Adalah baik ketika Anda mengenali apa yang menjadi prinsip Anda nantinya karena ketika Anda mengenali prinsip Anda, Anda tahu apa yang Anda mau. Ketika Anda mengetahui apa yang menjadi prinsip dalam relationship Anda, akan lebih mudah untuk mengetahui dan melihat apakah benar Anda dan pasangan Anda cocok secara visi dan misi Anda berdua. Anda juga tidak membuang-buang waktu. Dan sadar tidak sadar, prinsip yang Anda pegang akan Anda wariskan kepada keturunan Anda. Sadar tidak sadar, prinsip yang Anda pegang adalah batu pegangan bersama pasangan Anda untuk membangun sebuah hubungan. Mungkin prinsip Anda dan pasangan tidak sama persis, namun ketika ditelisik ditemui adanya kesamaan dalam perjalanan Anda membangun hubungan.
Sayangnya banyak dari kita yang sebenarnya mengetahui apa yang menjadi hal-hal prinsip (yang positif) yang tidak bisa diganggu-gugat namun kita masih melakukan negosiasi kepada pasangan untuk melanggar prinsip-prinsip itu karena alasan Anda menyayangi pasangan Anda. Anda bernegosiasi dengan apa yang Anda pegang sebagai prinsip. Banyak teman saya yang mengatakan bahwa mereka yakin pasangannya akan berubah ketika mereka nantinya menikah. Atau ketika mereka sudah memiliki anak. Kenyataannya? Banyak dari mereka yang tidak berubah.
Prinsip relationship saya dengan Anda pasti berbeda. Salah satu contoh prinsip yang saya pegang hingga sekarang (dan yang masih tidak bisa saya negosiasi) adalah masalah rokok. Membayangkan pasangan saya nantinya adalah perokok adalah A Big NO-NO. Jadi, secara otomatis, saya tidak akan mencari seorang pasangan yang merupakan perokok aktif. Benar saya bisa mencari dan membangun hubungan dengan seseorang yang merupakan perokok aktif dan mungkin semuanya berjalan baik-baik saja, tetapi besar kemungkinan saya menjadi tidaklah nyaman ketika melihat pasangan saya merokok. Ini adalah prinsip yang saya pegang dan yang tidak akan saya negosiasi.
Bagaimana dengan Anda? Adakah prinsip-prinsip yang tidak akan bisa Anda nego dalam menentukan kriteria pasangan Anda? Ketika Anda mengetahui prinsip-prinsip yang Anda pegang, akankah Anda menego prinsip tersebut?
No comments:
Post a Comment