Oke, ini bagian dua dari travelku yang kacau balau kali ini...
Pembentakan di bagian imigrasi Jakarta
Saat saya datang ke bagian imigrasi untuk pengecekan paspor, di depan antrian saya ada antrian sekitar 5-6 orang, entah apa yang terjadi, orang yang sedang dicek paspornya diomeli oleh petugas paspornya dan disuruh menuju suatu tempat untuk mengecek kembali paspornya, kontan serempak 5-6 orang yang sedang antri di depan saya melongok dan ikutan stress, ternyata 5-6 orang tersebut adalah teman yang tadi dibentak oleh pihak imigrasi. Dan ternyata benar, 5-6 orang itu pun akhirnya disuruh entah kemana oleh petugasnya. Saya sudah berpikir, jangan-jangan saya juga nanti dibentak nih oleh petugas, jadi saya pasang senyum manis saja. Dan semuanya berjalan lancar. Saya sempat menanyakan kepada petugas kenapa 5-6 orang itu dibentak. petugas imigrasi mengatakan paspor mereka sudah habis masa berlakunya. #ooh..
Pindah Gate keberangkatan
Berjalanlah saya ke Gate F5, tempat saya menunggu. Selama 20 menit menunggu, muncullah pemberitahuan bahwa kami harus pindah Gate ke F2. Padahal saya sedang enak-enaknya mencharge handphone saya. Seenak jidat benar memang Indonesia ini. #ampunminah. Akhirnya pindahlah kami semua ke gate F2, menunggu kedatangan pesawat dan terbanglah saya ke Singapura. Di dalam pesawat, karena diharuskan mengisi form kedatangan, saya mencari pulpen saya, dan setelah mengubek-ngubek tas, pulpen saya hilang. Benar-benar hilang, padahal tadi pagi saya masih menggunakannya untuk mencorat-coret itinerary saya dan saya ingat jelas saya sudah memasukkannya ke tas saya. Saya tiba di Singapura sekitar pukul 6 sore, yang mana berarti saya hanya memiliki waktu sekitar 4 jam (karena toko-toko tutup sekitar jam 10-11 malam), langsung lah saya mengebut perjalanan dari bandara Changi ke pusat kota. Tidak lupa foto-foto sana-sini sembari menunggu.
Itinerary saya hilang
Tujuan pertama saya adalah City Hall, karena memang efek gitar yang saya mau ada di daerah Peninsula Excelsior. Setibanya disana, saya dibuat stress karena hampir semua toko sudah bersih-bersih untuk tutup, padahal masih jam 7 malam. Langsung saya mencari toko yang saya maksud, dan saya mengeluarkan itinerary saya untuk memastikan ada di lantai mana toko tersebut berada. Toko tersebut tidaklah besar, banyak orang sedang mengobrol di bagian kasir, rata-rata berpenampilan rocker gahar gitu, langsung saya mendekati mereka yang sedang mengobrol dan ketika saya bertanya, mereka semua melihat saya seakan-akan mereka melihat makhluk mungil dari planet lain. Seorang tua berpenampilan seperti Kitaro dengan rambut panjang yang setengah putih melayani saya dan efek gitar yang saya mau HABIS! Dia menanyakan apakah saya mau memesannya, tapi saya bilang saya harus pulang esok hari. Dia kaget dan tidak bisa berkata apa-apa. Saya menanyakan apakah ada toko lain yang menjual efek gitar yang saya mau. Jawabannya : toko tersebut hanya satu-satunya yang menjual efek tersebut.
Dengan lunglai saya keluar dari toko itu dan bertanya-tanya ke beberapa toko gitar lainnya yang buka, siapa tahu ada yang menjual namun hasilnya nihil. Akhirnya saya keluar dari gedung tersebut dan berniat untuk menuju tujuan lainnya dan tebak apa? kertas itinerary saya hilang! Benar-benar hilang. Padahal belum 10 menit saya melihatnya. Kenapa semua barang saya hilang? Saya sampai mencari-cari di dalam tas saya, mengeluarkan hampir semua barang di tas saya, mencari di semua selipan tas, saya akhirnya masuk ke dalam gedung dan menyusuri semua jalan yang saya lalui, siapa tahu terjatuh di lantai, namun hasilnya nihil. Saya langsung pusing, stress, ditambah perut yang krucuk-krucuk karena lapar, dan saya tidak tahu harus bagaimana.Hampir 15 Menit saya cengo seperti sapi ompong karena tidak percaya betapa cerobohnya saya, bagaimana mungkin kok bisa kehilangan banyak barang, untungnya saya masih sempat memisahkan tiket saya ke tempat yang berlainan dengan itinerary saya, kalau tidak, bisa jadi saya tidak bisa pulang.
Kejadian beli Simcard Singtel
Akhirnya saya memutuskan saya harus menuju Bugis Junction karena ada beberapa titipan teman dan saya bisa mencari makan di Bugis. Sepanjang perjalanan saya memikirkan apa yang harus saya lakukan. Sesampainya di Bugis, hal pertama yang saya lakukan adalah membeli kartu telepon sana. Setidaknya saya masih bisa browsing atau mencari info yang saya butuhkan lewat internet. Saya menuju toko Singtel di Bugis dan store itu pun penuh dengan customer. Saya melihat-lihat brosur dan keterangan untuk mencari tahu apakah mereka menjual kartu prepaid unlimited data untuk iphone yang berlaku hanya untuk 1 hari. Saya bertanya ke counter dan mereka menyuruh saya untuk membeli simcard di kasir. Di kasir, saya tidak dilayani dengan baik, dia hanya menyuruh saya membeli simcard dan mengaktifkannya sendiri.
Setelah membeli simcard, saya kebingungan mencari push pin untuk membuka tempat simcard saya karena simcard di iPhone menggunakan eject system dengan semacam peniti. Saya keliling di toko tersebut mencoba mencari siapa tahu ada yang bisa meminjamkan saya peniti atau sejenisnya namun semua terlihat sibuk. Saya akhirnya dibantu dengan seorang customer service yang mungkin melihat saya begitu kebingungan. Seorang wanita dengan senyum ramah, kulit putih, mata sipit, wangi tubuh yang harum #apacobaaa … Dia membantu saya hingga akhirnya saya bisa mengaktifkan celular data di iPhone saya dan saya bisa brosing #horeee
Makan malam super-tidak-enak
Tujuan berikutnya adalah makan malam. Perut saya benar-benar sudah lapar sekali dan saya naik ke foodcourt di Bugis, resto pertama yang saya lihat, itu yang saya pesan. Saya melihat menunya dan saya melihat ada makanan dengan tulisan Osaka Curry Rice + Side Dish & Wafu set seharga 5.90 ditambah dengan gambar jempol super gede di sampingnya. Oh ya, tidak lupa ada tambahan promosinya yakni, the best Curry Rice in Singapore .. dengan mantap saya memesan makanan tersebut dan rasanya? #hueeeks … gak enak sama sekali. benar-benar tidak terasa apa-apa. Baik sosisnya, telur setengah matangnya, nasinya, semuanya tasteless. Saya hanya memakan seperempat makanan itu.
Nomornya berapaa?
Setelah makan super sedikit itu, saya pergi ke toko Guardian membelikan teman saya titipannya dan saya mendatangi toko aksesoris kesukaan saya di Bugis, yakni 77th Street. Semua akseseoris yang dia jual hampir semua saya suka. Adik saya juga menitip kalung salib untuk pacarnya jadi saya berniat untuk memfoto kalung-kalung salib yang dijual dan mengirimkan fotonya lewat whatsapp. Dan ketika saya masuk ke whatsapp, saya diminta memasukkan nomor yang baru saya beli. Waks!! Saya tidak tahu nomornya. Nomornya ada di bungkusan plastiknya namun bungkusan plastiknya tersobek saat saya membukanya. Akhirnya saya meminta tolong kepada perempuan muda yang sedang menjaga toko. Saya meminta nomor teleponnya agar saya bisa menelepon ke dia dan saya ingin melihat nomor telepon saya. Dia tertawa dan senyum-senyum ketika saya menjelaskan permasalahannya. Dia meminta saya memberikan bungkusan sim card yang saya beli dan entah darimana dia memberitahukan kalau nomor handphone singtel saya adalah sekian-sekian. #hebatdia
Sial lagi di penginapan
Tujuan berikutnya adalah mencari tempat menginap karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam dan saya sudah capek, letih, bau, kucel. Saya ingin mandi dan istirahat. Saya langsung menggunakan aplikasi peta yang ada di iPhone saya, akhirnya saya menemukan hostel yang saya maksud, ternyata tempatnya tepat di seberang Bugis Junction. Seorang yang melayani saya adalah seorang ngko-ngko yang mukanya terlihat familiar, saya menanyakan apakah ada kamar tersisa, dia mengatakan ada, harganya 15 dollar. Dia menelepon ke bagian bawah untuk memastikan dan sial! kamar tersebut sudah dipesan orang 10 menit sebelum saya datang. yang tersisa hanyalah 1 kamar besar untuk 3 orang seharga 50 dollar. Mau tidak mau saya pesan! Hiks.. Maunya murah kok jadi mahal semua ya.
Pertemuan dengan Aca
Akhirnya saya mandi, beres-beres, menenangkan diri di kamar sambil membereskan barang-barang di tas backpack saya. Karena bosan di kamar saya pergi ke ruang tamu dan berbincang-bincang dengan si pemilik hostel sambil numpang mencharge iPhone saya. Karena letih, saya beristirahat di sofa dan di situ saya bertemu dengan Aca, nama aslinya Abdullah Rozak namun panggilannya Aca. Mukanya tipikal timur tengah, orangnya kecil, berasal dari Makassar dan dia membeli 2 buah samsung Note II 4G. Akhirnya saya dan dia mengobrol banyak, panjang-lebar-alas-kali-tinggi. Saya mengatakan kalau saya ingin membeli ipad mini, dan dia mengajak saya ke tempat beli gadget dengan harga miring di daerah Ferrer Park. Dia sudah langganan di toko ini sejak 2011. Meskipun barangnya BM, tetapi selama ini, barang yang dibeli baik-baik saja. Saya tertarik dan menyetujui untuk besok pagi pergi bersama-sama dengannya. Akhirnya karena letih saya minta ijin untuk balik ke kamar.
Di kamar pun saya masih whatsapp-an dengan @sibawel, @RachelImelda, @Madeline hingga waktu menunjukkan pukul 1 malam. Dan saya tidak bisa tidur sama sekali karena saya menyadari kamar tersebut sedikit tercium asap rokok, AC-nya dingin sekali, selimutnya tipis, suara mobil lewat, bunyi keprak-keprok sandal orang berjalan, pintu yang sering sekali dibuka-tutup, bahkan hingga pukul 3.43 saya masih bisa mendengar suara orang ketawa-tiwi di lorong. Saya bayangkan mungkin ini rasanya kalau tinggal di tempat kos. Selamat tidur.
bersambung ke part 3 (nanti yaa)
bersambung ke part 3 (nanti yaa)
Thanks for sharing
ReplyDelete