Thursday, April 18, 2013

Traveling Kacau Balau Part 1

"In the midst of movement and chaos, keep stillness inside of you. "~Deepak Chopra 



Everything out of the plan ... Begitulah perjalanan travel saya kali ini ke Singapura. Berbekal tiket promo dari Tiger Airways selama 2 hari 1 malam. Saya sudah menyiapkan itinerary sebaik-baiknya. Hanya saja mungkin memang saya tidak boleh ke sana untuk trip kali ini? Entahlah. Gejala awal (#memangpenyakit?) sebenarnya sudah terasa 2 hari sebelum keberangkatan. Rencana saya untuk ke Singapura adalah untuk membeli efek gitar, hunting kuliner serta bertemu dengan teman-teman saya di Singapura. Jadi saya berniat untuk membeli kamera digital FujiFilm X20, namun setelah saya mencari di dua toko distributor di Jakarta, kamera tersebut kosong stoknya. Di situ perasaan saya sudah mulai tidak enak akan kepergian ini. #entahkenapa

"Kebiasaan" sebelum traveling
Sebuah kebiasaan saya kalau sebelum pergi travel pasti tidak bisa tidur dan perut agak keram karena tegang ketakutan ketinggalan pesaawat. Apalagi pesawat penerbangan saya adalah pukul 9.45. Jadi berangkatlah saya pukul 7 pagi dan tiba di bandara terminal 3 Soekarno Hatta sekitar pukul delapan kurang sepuluh pagi. Kenapa terminal 3? Karena teman saya yang baru pulang dari Bangkok menggunakan Tiger Airways juga menggunakan terminal 3, plus, saya pernah menanyakan kepada Tiger Airways lewat twitter dan telepon untuk menanyakan apakah semua penerbangan Tiger Airways berada di terminal 3? Pertanyaan saya dibenarkan. Langsunglah saya memarkirkan mobil saya di tempat parkir inap terminal 3 dan dengan pe-denya masuk ke bandara dengan tiket di genggaman tangan.

Ketinggalan pesawat
Namun saat saya menyodorkan tiket saya ke petugas, dikatakan saya salah terminal. Petugas mengatakan apabila kode penerbangangannya adalah TR, penerbangan dilakukan di terminal 2D. Tetapi apabila kodenya RI, penerbangan di terminal 3.  Karena penasaran saya juga mengecek ke bagian reservasi tiket dari Tiger dan mbak-mbak yang sedang sibuk mengunyah nasi bungkusnya juga membenarkan bahwa semua penerbangan Tiger Airways berkode TR berada di terminal 2.  Dan setelah saya mengecek ulang tiketnya, memang terlihat ada tulisan kecil dengan font sekitar 6pt yang mengatakan koder TR di terminal 2D. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 pagi. #waks

Langsunglah saya lari seperti orang kesetanan menuju mobil untuk pindah ke terminal 2. Karena dikejar-kejar waktu, saya sungguh tidak sabar melihat petugas parkir inapnya mengecek surat-suratnya dan dia tidak menemukan berapa lama saya parkir (ya iya lah mas, wong baru aja parkir) dia akhirnya bertanya "Parkirnya sejak kapan ya?" Langsung saya jawab "Baru masuk pak, saya gak jadi parkir! salah terminal" Barulah dia dengan sigap mengerjakan ini itu. 

Setelah keluar dari tempat parkir, saya tidak menemukan tanda petunjuk arah "Terminal 2", yang saya temukan hanyalah "Jakarta" dan "Perkantoran". Berbekal dengan skill geografi yang nilainya hanya 4, menujulah saya ke Jakarta. Dan betapa stressnya ketika saya mengetahui saya menuju arah pulang!! #doublewaks … Untungnya di ujung jalan sana ada putar balik, langsung seperti Rifat Sungkar, saya mengemudikan mobil saya seperti orang gila, zig-zag sini dan sana dengan klakson tanpa henti. Sesampainya saya di terminal 2, saya tidak lagi memikirkan parkir inap, saya langsung mengunci pintu mobil, mengambil tas travel dan lari menuju bagian keberangkatan. (Ternyata saya memang sangat kurang olahraga karena lari dari parkiran ke departure area sudah membuat saya nyaris mati kehabisan nafas karena bengek #noted)

Saya langsung menyerahkan tiket saya ke petugas bandara dan mata sang petugas pun membelalak kaget melihat jam keberangkatan saya dan menyuruh saya buru-buru masuk ke counter. Dia menanyakan kenapa saya baru datang sekarang? Saya jawab ketus "Ketipu terminalnya." Dan apa yang terjadi di counter? Saya tidak diperbolehkan lagi masuk ke dalam pesawat. #WHAT? Padahal penerbangan masih 45 menit lagi dan saya tidak membawa bagasi sama sekali. Saya mencoba meminta pengertian kalau saya salah terminal akibat informasi dari Tiger Airways sendiri dll. Akhirnya petugas itu mengontak kru lain dengan HT-nya namun hasilnya nihil .Juga ada bersama saya sepasang suami istri yang juga mengalami hal yang sama karena mereka juga mendapat info keberangkatan akan dilakukan di terminal 3. Sungguh aneh, bagaimana mungkin saya tidak diperbolehkan masuk? 

Akhirnya dengan sangat dongkol, saya sempat terpikir untuk tidak usah pergi sekalian ke Singapura. Namun karena harga diri dan keperluan tidak penting yang dipenting-pentingi itu #halah, akhirnya saya mencari tiket penerbangangan lain yang pergi hari itu. Hanya tersisa penerbangan dari maskapai SQ (1.6 juta), Cathay (1.4 jt), Lion Air (1.815). Saya sudah sempat menyerah untuk pergi tetapi petugas Lion sepertinya melihat muka imut saya yang sayu ini dan dia menawarkan pergi pukul 3 sore dengan harga tiket 400rb. Tanpa pikir panjang saya langsung #bayartunai … Dan akhirnya baru sadar, kalau tiket promo Tigernya nggak jadi promo karena ditambah 400rb barusan. Hiks. Tidak lupa saya juga memberitahukan kepada suami istri itu untuk membeli tiket Lion Air apabila mereka masih mau pergi ke Singapura. Pelajaran kali ini : Cek kembali tiket Anda, baca semua tulisan yang ada, meskipun tulisan tersebut menggunakan font yang terkecil sekalipun!!!

Berhubung jam baru menunjukkan pukul 10, sedangkan flight saya jam 3 sore, saya menghabiskan waktu di bandara untuk duduk-duduk, mondar-mandir, BBM-an dengan teman-teman saya sembari breakfast di resto Old Town White Coffee, mengamati ini itu, telponan dengan @sibawel, BBM-an dengan @mieke dan @andreasmieke. Dan berikut adalah kejadian-kejadian yang terjadi selama saya menunggu  : 

Malu dengan kelakuan orang Indonesia
Benar bahwa bandara Soetta sekarang tergolong bandara kecil dengan daya tampung penumpang namun hal itu tidak membuat Anda serta merta dapat seenak jidatnya duduk di tengah-tengah jalan peron bandara, bukan? Saya melihat ada banyak ibu-ibu bapak-bapak dengan anaknya yang seenak jidatnya duduk-duduk tengah-tengah jalan. Tidak masalah untuk saya kalau Anda duduk-duduk di pinggir-pinggir tembok. Tetapi tengah-tengah jalan? Sangat menyusahkan untuk penumpang lain untuk bisa lewat. Bahkan ada sepasang suami istri turis bule yang kesulitan untuk lewat karena masing-masing membawa 2 troli dan istrinya berkomentar "My God, What are they doing in the middle of the road? Do they think this airport is for picnic?"#malumaluin

Adegan dramatis
Saya melihat seorang ibu melepas anaknya pergi bersama suaminya. Sang anak bertanya kenapa sang ibu menangis dan sang anak tidak mau pergi kalau ibunya tidak berhenti menangis. Curi-curi dengar, ternyata ayah-ibu sang anak bercerai dan sang anak akan dibesarkan oleh si ayah di Manado.

Kejadian di bilik toilet
Saat saya buang air kecil di bilik toilet, ada seseorang di sebelah bilik saya (entah petugas kebersihan atau penumpang lain) yang menyemprotkan airnya sehingga menyapu lantai ke bilik saya dan mengenai sepatu saya. Saya tidak tahu air apa itu, tapi bagaimana kalau ternyata air itu bekas air kencing atau air kotor?#jijik... Akhirnya saya gedor bilik orang tersebut dan mengatakan kalau ada orang di dalam bilik ini. Tidak ada kata minta maaf atau apa, yang saya dengar hanya dua detik kemudian pintu bilik tersebut terbuka dan sang pelaku pergi.

Tentang parkir inap
Karena saya masih memiliki banyak waktu di bandara, saya memutuskan untuk memindahkan mobil saya yang berada di parkiran umum ke parkiran inap terminal 2. Sebelumnya saya bertanya ke petugas parkir umum, dimana letak lokasi parkir inap, beberapa petugas mengatakan lokasinya jauh dan saya tidak perlu memarkirkan inap mobil saya. Cukup parkir ditempat umum, seandainya nanti tiketnya menunjukkan saya sudah memarkirkan mobil lebih dari 12 jam, otomatis akan dianggap parkir inap. Untuk saya, sama sekali tidak masuk akal. Kalau seandainya benar, lalu apa gunanya di sediakan parkir inap? Untuk lebih pastinya saya menuju ke tempat Customer Service dan menanyakan dimanakah letak lokasi parkir inap, ternyata tempatnya berada cukup jauh dari bandara yakni di dekat perkantoran bandara. 

Saya menanyakan kebenaran dari petugas parkir umum tadi dan ternyata benar dugaan saya, informasi tersebut salah. (bayangkan berapa besar uang yang perlu saya keluarkan kalau seandainya saya jadi parkir di parkir umum?) Saya menanyakan juga kalau seandainya saya memarkirkan mobil saya disana, bagaimana saya ke bandara terminal 2? Petugas customer servicenya mengatakan nanti akan ada mobil xenia / avanza yang akan mengantarkan saya balik ke bandara. Yang saya takutkan, kebiasaan orang Indonesia pasti harus memberikan uang lebih kalau ada jasa antar begitu (kecuali free shuttle ya), belum lagi tingkat keamanannya bagaimana? Mengingat saya nanti akan pulang ke Jakarta pada malam hari. Akhirnya karena ke parno-an yang tinggi, saya memarkir-inapkan mobil saya di terminal 3 lagi saja.

Berlanjut ke part 2 : Klik ini

No comments:

Post a Comment