Sunday, April 21, 2013

Ambil Saja Hati Saya

"If you love someone who seems impossible to save, take heart. What is impossible with man is possible with God."~ Luke 18:27



Kejadian ini barusan saya alami saat saya mau pulang menuju arah jembatan Tomang. Hari sudah malam dan waktu menunjukkan pukul sebelas-an malam. Ketika saya melintas di jembatan Tomang, saya melihat seorang ibu berkerudung putih duduk di trotoar pejalan kaki dengan kaki direntangkan ke jalanan. Sebuah tas kecil berwarna hitam juga berada di sampingnya. Saya sempat menoleh dan memperhatikan si ibu karena pada saat itu memang tidak ada kendaraan di belakang mobil saya, jadi saya sempat memperhatikannya selama beberapa detik.

Dalam pemikiran saya, apa yang terjadi dengan si ibu? Apakah dia kecelakaan? Apakah dia dijambreat atau kejadian-kejadian tidak mengenakkan lainnya. Masih ada sekitar 1 kilometer sebelum saya masuk ke pintu tol, dan jujur, hati saya tidak tenang sama sekali. Ada sebuah suara yang menyuruh saya untuk setidaknya bertanya apa yang terjadi dengan si ibu. Akhirnya saya memutuskan untuk berputar balik dan menanyakan apa yang terjadi.

Saya membuka jendela mobil saya di sebelah kiri dan bertanya kenapa si ibu duduk disana. Dia menjawab dia kabur dari panti sosial karena tidak betah, katanya banyak orang stress di sana, dan dia mau memutuskan pulang ke Lampung namun dia tidak tahu kemana arahnya. Dia juga bercerita dia meminta tolong kepada polisi namun polisi malah mengambil uangnya dan menaruhnya di trotoar situ. (Mudah-mudahan saya tidak salah dengar tentang cerita polisi ini karena cukup banyak suara kendaraan yang melintas).

Akhirnya setengah berteriak saya bertanya apa rencana si ibu selanjutnya. Namun si ibu tidak menjawab sama sekali. Saya berteriak memanggil "Bu." beberapa kali namun dia tidak menghiraukan saya. Tampaknya dia tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Saya sendiri harus menjalankan kendaraan saya karena ternyata kendaraan saya menghalangi jalur. Sepanjang perjalanan ke pintu tol saya berpikir harus berbuat apa, namun saya tidak menemukan jawabannya dan saya memutuskan untuk pulang.

Lucunya, selama perjalanan di tol saya terus mengingat si ibu. Apalagi gerimis kecil sudah mulai turun. Jujur, saya ingat akan oma saya. Beruntung oma saya tidak harus seperti itu. 
Saya benar-benar merasa sangat membenci diri saya sendiri. 
Saya membenci dunia ini. 
Saya membenci sistem dan peraturan yang berlaku. 
Saya membenci manusia-manusia lain yang tidak bisa berbuat apa-apa. 
Rasanya diri saya sungguh useless.
Saya akhirnya menceritakan hal ini kepada ketua komsel saya yang kebetulan sedang mem-broadcast berita kelahiran salah satu anggota komsel. Saya menceritakan semua lewat BBM (tenang, saya berhenti di jalur darurat untuk mengetik cerita itu #DontNgetikWhilenNyetirYa). 

Dia mengatakan mungkin ada pelajaran yang bisa saya dapatkan dari kejadian ini dan dia mengatakan bahwa saya memiliki hati yang besar karena tidak semua orang peduli dengan orang lain di jalan raya. Bukannya saya tidak menganggap hiburan ketua komsel tersebut, tetapi saya merasa semakin kesal ke Tuhan, karena untuk apa saya memiliki hati yang besar kalau saya tidak bisa melakukan sesuatu. Untuk apa saya memiliki pekerjaan, uang, talenta, pemikiran, kesehatan, waktu, umur, tenaga kalau saya tidak bisa membantu orang lain? Semua terlihat tidak begitu berharga dalam kejadian kali ini. Bensin seharga seratus lima puluh ribu dan makanan seharga dua ratus ribuan yang baru beberapa jam lalu saya makan jadi hambar karena kejadian ini rasanya.

Entah kebetulan atau tidak, amarah saya diredakan oleh lagu Hillsong yang secara random dimainkan oleh iPod saya, judulnya Take Heart. Penggalan liriknya berbunyi seperti ini : "... So take heart. Let His love lead us through the night. Hold on to hope. And take courage again" Anda tahu apakah arti dari Take Heart? Artinya adalah to receive courage or comfort from some fact. (Mendapatkan keberanian / ketenangan karena akibat sebuah kejadian).

Sepanjang saya mendengarkan lagu itu menjelang lagunya habis, Saya hanya berpikir, kalau Tuhan saja menggenggam tangan kita untuk menunjukkan jalan kepada kita, kenapa kita tidak melakukan kita ke sesama? Saya hanya berpikir dan sedikit meminta kepada Tuhan, lebih baik ambil saja hati saya ketimbang saya hanya bisa melihat, memperhatikan namun tidak bisa melakukan apa-apa. Untuk apa saya diberkati kalau saya tidak bisa menjadi berkat juga untuk orang lain?

1 comment: