Thursday, April 25, 2013

77 pertanyaan Tuhan untuk Anda

"Berdirilah. Berdiri teguh karena Aku memiliki pertanyaan-pertanyaan untukmu, dan aku mau jawaban keluar dari mulutmu!" - Tuhan



Begitu banyak pembicara handal di muka bumi ini. Begitu banyak motivator terkemuka di dunia ini. Mungkin Anda sendiri mengenal beberapa kenalan yang memiliki profesi sebagai solution-maker. Tetapi di balik semua pengetahuan itu, di balik semua kepintaran itu, saya menyadari bahwa Tuhan kita jauh lebih besar. Dia sangat besar, malah. Siapakah kita untuk dapat mengerti Dia? 

Ketika saya membaca kitab Ayub selama beberapa hari belakangan, betapa saya melihat kita semua kecil bagi Tuhan. Kita hanyalah sebuah titik dalam debu semesta. Karena dalam kitab Ayub, Tuhan berbicara sendiri dan menanyakan kepadanya pertanyaan-pertanyaan yang Ia ajukan sendiri. Ia menunjukkan bahwa kita kecil, sangat kecil namun demikian kita sangat berharga di mataNya. 

Apabila Anda merasa besar, sok tahu, dan merasa hebat, suka menggurui orang lain, merasa paling benar dan pintar, seringkali sombong, mau menang sendiri, egois seperti saya yang tidak sempurna ini, maka saya tantang Anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datangnya dari Tuhan ini. Dan apabila Anda dapat menjawab semua pertanyaan yang datangnya dari Tuhan ini, saya akan menyembah Anda karena Anda jauh lebih besar dari Tuhan. Anehnya, saat saya menghitung, ada 77 pertanyaan yang diajukan Tuhan. Mungkin benar kata mitos dan legenda dimana angka tujuh adalah angkanya Tuhan. Jadi, untuk adegan berikutnya, anggap saja Tuhan yang bertanya kepada Anda. Mari kita mulai kuisnya. 

Allah berkata kepada Anda :
"Kuatkan dirimu sendiri … (isi nama Anda sendiri). 
Berdirilah. Berdiri teguh karena Aku memiliki pertanyaan-pertanyaan untukmu, dan aku mau jawaban keluar dari mulutmu!"
  1. Sudah adakah engkau ketika bumi Kujadikan? Jika memang luas pengetahuanmu, beritahukan!
  2. Siapakah menentukan luasnya dunia?
  3. Siapakah membentangkan tali ukuran padanya? 
  4. Tahukah engkau jawabannya?
  5. Bagaimanakah tiang-tiang penyangga bumi berdiri teguh?
  6.  Siapa meletakkan batu penjuru dunia dengan kukuh, pada waktu bintang-bintang pagi bernyanyi bersama dan makhluk-makhluk surga bersorak-sorak gembira.
  7. Dan siapa yang mengambil alih laut ketika tersembur seperti bayi dari rahim? Akulah yang menudungi laut dengan awan dan membungkusnya dengan kegelapan. Aku menentukan batas bagi samudra dan dengan pintu terpalang Aku membendungnya. Kata-Ku kepadanya, 'Inilah batasnya. Jangan kaulewati! Di sinilah ombak-ombakmu yang kuat harus berhenti.'
  8. Hai (nama Anda sendiri), pernahkah dalam hidupmu engkau nyuruh datang dini hari, atau fajar kau tunjukkan tempatnya?
  9. Pernahkah engkau menyuruh fajar memegang bumi dan mengebaskan orang jahat dari tempat mereka bersembunyi? 
  10. Pernahkah engkau turun ke sumber laut, jauh di dasarnya? 
  11. Pernahkah engkau berjalan-jalan di lantai samudra raya?
  12. Pernahkah orang menunjukkan kepadamu gapura di depan alam maut yang gelap gulita?
  13. Dapatkah engkau menduga luasnya dunia? Jawablah jika engkau mengetahuinya.
  14. Tahukah engkau dari mana datangnya terang? 
  15. dan di mana sebenarnya sumber kegelapan?
  16. Dapatkah engkau menentukan batas antara gelap dan terang? 
  17. atau menyuruh mereka pulang setelah datang? Tentu engkau dapat, karena engkau telah tua, dan ketika dunia diciptakan, engkau sudah ada! 
  18. Pernahkah engkau mengunjungi gudang-gudang-Ku tempat salju dan hujan batu, yang Kusimpan untuk masa kesukaran, untuk waktu perang dan hari-hari pertempuran?
  19. Tahukah engkau tempat matahari berpangkal? 
  20. Atau dari mana angin timur berasal?
  21. Siapakah yang menggali saluran bagi hujan lebat dan memberi jalan bagi guruh dan kilat?
  22. Siapakah menurunkan hujan ke atas padang belantara?
  23. Dan ke atas tanah yang tak dihuni manusia?
  24. Siapakah menyirami bumi yang kering dan merana sehingga rumput bertunas semua?
  25. Apakah hujan mempunyai ayah kandung? 
  26. Siapa bapa titik-titik air embun?
  27. Apakah air es mempunyai ibu? 
  28. Siapa melahirkan embun beku?
  29. Siapa mengubah air menjadi batu? 
  30. Dan membuat permukaan laut menjadi kaku?
  31. Dapatkah ikatan bintang Kartika kauberkas? 
  32. Atau belenggu bintang Belantik kaulepas?
  33. Dapatkah kaubimbing bintang-bintang setiap musimnya, dan bintang Biduk besar dan kecil, kautentukan jalannya?
  34. Tahukah engkau hukum-hukum di cakrawala? 
  35. dan dapatkah engkau menerapkannya di dunia?
  36. Dapatkah engkau meneriakkan perintah kepada awan? 
  37. Dan menyuruhnya membanjirimu dengan hujan?
  38. Dan jika engkau menyuruh petir-petir bersambaran, apakah mereka datang dan berkata, "Saya, Tuan!"?
  39. Dari siapa burung ibis tahu kapan Sungai Nil akan menggenang? 
  40. Siapa memberitahu ayam jantan bahwa hujan akan datang?
  41. Siapakah cukup arif untuk menghitung awan dan membalikkannya sehingga turun hujan?
  42. Dapatkah engkau memburu mangsa untuk singa-singa dan mengenyangkan perut anak-anaknya, bilamana mereka berlindung di dalam gua atau mengendap di dalam sarangnya?
  43. Siapa membantu burung gagak yang kelaparan dan berkeliaran ke sana sini mencari pangan?
  44. Siapakah pula memberi pertolongan apabila anak-anaknya berseru kepada-Ku minta makanan?
  45. Tahukah engkau kapan kambing gunung dilahirkan induknya? 
  46. Pernahkah kauamati rusa liar melahirkan anaknya?
  47. Tahukah engkau berapa lama mereka mengandung? 
  48. Dapatkah saatnya beranak engkau hitung?
  49. Tahukah engkau kapan mereka meringkukkan tubuhnya, lalu melahirkan anak-anaknya? 
  50. Anak-anaknya bertambah besar dan kuat di padang belantara; mereka pergi dan tak kembali kepada induknya.
  51. Siapa melepaskan keledai liar di hutan? 
  52. Siapa membuka talinya dan membiarkan dia berkeliaran? 
  53. Kepadanya Kuberikan gurun sebagai rumahnya dan padang-padang garam untuk tempat tinggalnya. Ia menjauhi kota-kota dan keramaiannya, tak ada yang dapat menjinakkan dan mempekerjakannya. Padang rumput di gunung tempat makanannya, dicarinya tetumbuhan yang hijau di sana.
  54. Apakah lembu liar mau bekerja untukmu? 
  55. Maukah ia bermalam di dalam kandangmu?
  56. Dapatkah kauikat dia dan kaupaksa membajak untukmu? 
  57. Dapatkah kausuruh dia menggaru ladangmu?
  58. Dapatkah kauandalkan tenaganya yang kuat, dan kauserahkan kepadanya kerjamu yang berat?
  59. Apakah kaupercayakan dia mengumpulkan panenmu, dan membawanya ke tempat penebahanmu?
  60. Hai (isi nama Anda), engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda dan surai yang melambai-lambai pada tengkuknya?
  61. Engkaukah yang menyuruhnya melompat seperti belalang? 
  62. Dan dengan dengusnya menakut-nakuti orang? Ia menggaruk tanah di lembah dengan gembira, dan penuh semangat ia menyerbu ke medan laga?
  63. Apakah burung elang kauajar terbang bila ia menuju ke selatan dengan sayap terkembang?
  64. Perintahmukah yang diikuti burung rajawali sebelum ia membuat sarangnya di gunung yang tinggi?
  65. Hai (nama Anda sendiri), kautantang Aku, Allah Yang Mahakuasa; maukah engkau mengalah atau maukah engkau membantah? Hadapilah Aku sebagai laki-laki, dan jawablah segala pertanyaan-Ku ini. Apakah hendak kausangkal keadilan-Ku, dan membenarkan dirimu dengan mempersalahkan Aku? 
  66. Apakah engkau kuat seperti Aku? 
  67. Dapatkah suaramu mengguntur seperti suara-Ku?
  68. Dapatkah kautangkap si buaya Lewiatan, hanya dengan sebuah pancing ikan? 
  69. Dapatkah lidahnya kautambat dengan tali-tali pengikat?
  70. Dapatkah engkau memasang tali pada hidungnya ataupun kait besi pada rahangnya?
  71. Mungkinkah ia mohon padamu untuk dibebaskan? 
  72. Atau berunding denganmu, minta belas kasihan?
  73. Mungkinkah ia membuat persetujuan denganmu, dan berjanji akan selalu melayanimu?
  74. Mungkinkah engkau mengikatnya seperti burung peliharaan, yang menyenangkan hamba-hamba perempuan?
  75. Mungkinkah ia diperdagangkan oleh nelayan-nelayan dan dibagi-bagikan di antara para pedagang?
  76. Dapatkah kautusuk kulitnya dengan tombak bermata tiga atau kaulempari dia dengan lembing yang menembus kepalanya?
  77. Siapa yang dapat menyerangnya tanpa kena cedera? Di dunia ini tak ada yang sanggup melakukannya.
Ketika saya selesai membaca semua pertanyaan Tuhan ini dan menanyakan kepada diri saya sendiri, respon saya sama seperti Ayub, yakni hanya menutup mulut saya dengan kedua tangan saya, diam hening dan semakin kagum dengan Tuhan dan mengakui bahwa Tuhan yang memegang kendali. Ia begitu besar dan siapakah saya untuk bisa memberi jawab kepada pertanyaan-pertanyaan ini? nyatanya, tidak ada manusia pun yang mampu memberi jawaban. Untuk siapa pun yang membaca blog ini dan menganggap Tuhan itu kecil dan tidak memberikan efek besar kepada hidup Anda, berpikirlah ulang. Siapakah Anda untuk bisa dengan begitu arogan menganggap Tuhan itu tidak ada atau kecil perannya? Bisakah Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan ini?

Di satu sisi kegeraman saya, ingin rasanya saya menanyakan hal-hal ini kepada para manusia munafik yang sering mengatasnamakan agama dan Allahnya untuk menindas orang lain. Dapatkah mereka menjawab pertanyaan ini? 

Monday, April 22, 2013

Traveling Kacau Balau Part 3 (END)

"In the midst of movement and chaos, keep stillness inside of you. "~Deepak Chopra 


Gosok gigi saja gaya
Akibat tidur yang setengah dipaksa, saya akhirnya bangun sekitar pukul delapan pagi, dimana suara burung mengetuk-ngetuk jendela kamar hostel saya (jendela apaan? wong ketutup semua sama tembok), sebenarnya saya masih sangat mengantuk namun apa daya, pergi tidur lagi nampaknya sulit. Akhirnya saya memutuskan untuk gosok gigi dan mandi. Ada kejadian yang membuat mata saya agak melek di pagi hari itu. Yah, namanya juga hostel dimana  pasti banyak sekali orang yang berlainan suku, ras, dan lainnya. Seperti kebiasaan orang Indonesia, gaya saya adalah muka setengah mengantuk, bercelana pendek dan nyeker, saya pergi ke wastafel untuk gosok gigi. Kalau gaya orang bule asal Australia yang menyapa saya di wastafel bertelanjang dada, mengenakan celana 3/4 merek Billabong (KW gak ya?) dan sendal gunung. Nah, kalau gaya wanita Taiwan ini sedikitbeda. Dia mengenakan mengenakan baju Ukenzi warna hitam with no bra, handuk dililitkan ke pinggang dan sepatu boots. #gakboong

Susah kalau Singlish, laar ...
Untuk sebuah hostel, kamar mandinya cukup banyak, ada 2 kamar mandi dan satu toilet masing-masing di kanan kiri di masing-masing lantai. Setelah mandi dan beres-beres serta mengecek itinerary, saya nongkrong saja di lobby sembari menunggu Aca untuk bangun karena hari ini saya akan ditemani olehnya. Dia memang mengatakan dia mungkin bangun agak siang karena sudah 2 malam susah tidur. Sedangkan jam baru menunjukkan pukul 9 pagi. Karena bosan, saya akhirnya memutuskan untuk mencari dimana daerah Bras Basah  karena salah satu itinerary saya adalah mencari efek gitar di daerah sana. Maafkan saya tetapi kalau saya mendengar daerah Bras Basah, tetapi jangan-jangan arti dari Bras Basah adalah : Beberapa beha yang basah? #hush. Saya bertanya kepada anak muda yang menjaga resepsionis hostel dan dia menjelaskan di peta. "You see we are here, laar. And then you just go straight ahead. its only 5 minutes from here if you walk, laar. not far." #singlish

Breakfast aja jauh yak
Saya menyadari kalau Bugis, Bras Basah dan city hall sangat dekat alias satu jalur perjalanan. Akhirnya saya memutuskan untuk pergi saja berkeliling ke City Hall sekalian cari udara segar dan foto-foto. Saya pergi ke city hall karena memang masih ada beberapa barang yang saya cari disana dan toko yang saya cari buka pukul 10 (berdasarkan websitenya), saya melewati Raffles City dan saya suka bangunannya. Gaya klasiknya membuat saya berpikir mungkin akan sangat bagus untuk memfoto klien untuk prewedd di sana. Sesampainya di City Hall, ternyata hingga pukul 10 lewat, toko-toko belum buka. Akhirnya saya hanya sarapan baso ikan disana dan memutuskan untuk kembali ke hostel.

Kepingin jadi pencuri deh saat ini
Aca sudah bangun dan sembari saya menunggu dia mandi, saya berkeliling hostel dan saya baru sadar ternyata ada sebuah lemari yang dipajang di dinding berisi banyak figur Snoopy! Ya ampun, saya pengen colong piguranya kalau bisa (oops). Saya juga ngobrol-ngobrol dengan pemilik hostel yang mana ternyata orang Surabaya. (ya ampun! kalau gitu ngapain saya sok-sok pake bahasa inggris ngobrolnya toh pak?). Dia bercerita dia pindah ke singapura sejak 1996, tapi istrinya masih di surabaya. Jadi hanya dia dan anaknya yang sekarang mengurusi hostel tersebut.

Pertama kalinya beli barang BM
Akhirnya sekitar pukul 11, Aca sudah siap dan kami pun pergi ke arah Ferrer Park. Saya minta ijin kepadanya untuk setelah dari Ferrer Park, saya harus pisah karena saya masih banyak urusan yang harus saya cari dan pesawat saya berangkat sore hari. Sebelum ke Ferrer Park, dia mengecek dulu harga casing Samsung Note II di outlet resmi. Rata-rata harganya sekitar $68. Begitu sampai ke Ferrer Park, kami langsung mengarah ke toko langganan Aca dan memang sepertinya Aca sering sekali beli barang di toko ini karena hampir semua pegawainya mengenal Aca. Bahkan Aca saja menyebut mereka dengan 'brother' (ya jelas brother lah, wong mereka sama-sama terlihat India. Coba saya yang bilang brother, mungkin mereka mikir "Sapa loe?").

Dan memang kalau saya baca reviewnya, toko ini ramai karena harganya miring dan kualitas barangnya bagus. Akhirnya Aca membeli casing untuk note II. Kalau di outlet harganya $68, di toko langganan ini harganya hanya $32. Saya agak senyam-senyum kalau dengar Aca ngomong Inggris. Maklum dia orang Makassar, jadi logatnya agak medok, plus dia ngomong ke orang India.  Anda tahu lah logat India seperti apa. Bayangkan logat Makassar berbicara Inggris dengan logat India versi Aca : "Brother, let me look the Note II case laar. I want to see that one. For me. Usual price laar ya?". Cukup bikin saya tersenyum lebar. 

Setelah urusannya selesai, Aca membantu saya membeli ipad mini 16gb wi fi untuk saya. Kalau harga ipad mini 16gb di outlet resmi singapore adalah $448, saya mendapatkan harga hanya $410 di toko langganan Aca. Memang harga di toko ini miring karena tidak ada garansi toko tetapi untuk barang Apple masih bisa diklaim ke outlet Apple resmi (katanya). Sebenarnya saya kurang begitu nyaman bertransaksi dengan orang India karena mereka terkesan agak memaksa. Ketika kita bilang tidak pun, mereka masih agak memaksa kita. 

Setelah selesai membeli ipad mini, saya berpamitan kepada Aca dan berterima kasih atas waktu dan chat selama saya berkenalan. Tidak lupa kami pun bertukar nomor telepon untuk kontak-kontak lagi di lain waktu. Setelah selesai dari Ferrer Park, saya langsung mengkontak temen saya @RachelIMelda untuk janji bertemu siangnya. Tidak lupa saya ke Bugis Junction untuk membeli buku di Kinokuniya dan membeli titipan mangga. Untung @Rachel memberitahu saya tempat membeli mangganya kalau tidak mungkin saya akan buang-buang waktu.

Yeay! Charlie's Brown Cafe @Sommerset
Selesai dari Bugis, tujuan saya berikutnya adalah : Charlie Brown's Cafe. Yap! Karena saya penggemar Snoopy, maka tempat ini adalah tempat yang wajib saya kunjungi. Sebenarnya tempat ini sudah lama tapi saya tidak mengetahuinya. Bahkan setelah beberapa kali ke Singapura pun saya tidak tahu. Akhirnya setelah mencari letaknya di 313 Sommerset, saya bisa mencobainya. (Oh ya, kata teman saya @liyll Ly, kafe Charlie Brown ini juga sudah hadir di Hermes Place, Medan). Saya memesan hot cappucino dengan chocolate melt. Semua hal disini berbau snoopy, lampu interiornya, kacanya, wallpapernya, makanannya, bahkan sampai waitress yang bertugas pun mengenakan baju kuning dengan motif yang sama dengan yang digunakan Charlie Brown! (I WANT IT!!)

Bertemu dengan si cantik @RachelImelda
Tidak lama kemudian, teman saya @RachelImelda datang. Kami bertemu sekitar pukul setengah dua karena dia tinggal di daerah Punggol (ujung ke ujung) Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengannya, jadi kami bertemu di Charlie Brown's Cafe dan memutuskan untuk berjalan-jalan di Orchard untuk menghemat waktu. Sedikit tentang @RachelImelda. Dia adalah seorang wanita yang manis, senyumnya menggugah, lumayan tinggi, mantan pramugari SQ dan agak pemalu (jangan tanya seperti orangnya ya)

Paul Bakery @Takashimaya
Dia menjelaskan beberapa toko-toko baru di daerah sana dan memang benar seperti katanya, Orchard sudah tidak lagi sama dengan sebelum-sebelumnya. Banyak pembangunan baru yang dilakukan disana-sini karena tidak mau kalah dengan Marina Bay. Saya ditunjukkan oleh Rachel beberapa tempat makan yang sedang happening di Orchard, salah satunya adalah Paul Bakery. Paul Bakery ini bisa dibilang breadtalk-nya Eropa, karena hampir di semua pengkolan, bakery roti ini mudah ditemui. Saat saya lihat memang bakery ini terkesan mewah karena selain roti, bakery ini juga memiliki restorannya sendiri. bahkan mungkin Tours les Jours di jakarta tidak ada apa-apanya. Tidak heran kalau  kalau weekend, bakery dan restonya full dan antrian pun panjang. Untuk Anda yang tertarik mencoba atau berkunjung, letaknya ada di dalam Takashimaya ya. 

St.Leaven
Saya juga mencobai roti bakery lainnya, yakni St.Leaven (atau four leaves) saya mencobai dorayaki dan juga mantau spesialnya. #haruscobaindeh, dari jalan-jalan mengelilingi bakery ke bakery, saya dan imel menuju plaza singapura untuk mencari titipan docmart teman saya, namun akhirnya cancel karena tidak sesuai. Agar mengobrol lebih nyaman, kami memutuskan untuk makan di suatu tempat. Saya dan @Rachel akhirnya memutuskan untuk makan di Medz. Tempat ini nyaman namun sayang agak sepi dan ternyata tempat ini gabung dengan Paulaner. Pantas saja birnya disupport oleh Paulaner. Saya memesan Salmon Skewered dengan segelas Heinken sedangkan @Rachel memesan nasi kari. Sungguh enak salmonnya loh. 

Eating at Medz
Sebenarnya saya tidak enak mengobrol dengan @RachelIMelda karena pada saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore sedangkan penerbangan saya pukul 6.10, sehingga dia sepertinya menangkap kecemasan saya akan miss flight (apalagi dia juga tahu kejadian saya ketinggalan pesawat), saya sebenarnya juga tidak enak karena kami bertemu dengan mepet apalagi acara makan yang harusnya dibarengi dengan kehadiran suaminya, jadi batal lagi untuk kesekian kalinya. Maaf ya @RachelIMelda.

Perjalanan pulang! OTW Changi...
Jadilah saya berpisah dengan teman saya yang cantik itu dan segera buru-buru ke Changi Airport. Saya berjanji next time, saya akan menginap lebih lama agar semua perjalanan saya nyaman. Dia hanya tertawa dan mengiyakan. Tujuan berikutnya : Pulang! Ternyata perjalanan dari Orchard menuju Changi itu lama ya. Saya deg-degan dan sedikit-sedikit melihat jam tangan saya karena takut ketinggalan pesawat. Akhirnya saya sampai di Changi sekitar pukul 5 kurang sedikit. Langsung saya mencari gate check in saya dan ternyata ada di gate 12, dan ternyata itu gate paling ujung!! Jadilah saya berlari-lari lagi, sungguh susah untuk berlari karena perut saya masih kenyang sekali, jadi sedikit-sedikit saya berhenti, menarik napas dan belari lagi. Kalau saya disuruh menghentikan bom, saya jamin bom itu sudah meledak duluan.

Shock jantung gate 12
Ketika saya sampai di Gate Tiger Airways, saya mencari gate keberangkatan saya dan Anda tahu apa yang saya baca? "TR 2276 to Jakarta : FLIGHT CLOSED!" Langsung jantung saya seakan mendadak berhenti. Masa kejadian yang sama kejadian dua kali? Pulang pergi ketinggalan pesawat? #Shoot! Langsung saya menyelak antrian yang tidak terlalu ramai dan dengan nafas terengah-engah. Petugas gate, seorang keturunan India melihat saya keheranan. Berikut percakapan saya :
Tre :"Are the flight to Jakarta are really closed? I Missed The plane?" 
Miss India : "Yes sir, you do missed the flight!"  (Somebody kill me now)
Tre : "Really? Seriously? Again?"
Miss India :"Yes sir, you are missing the plane IF the plane didn't delay. But since its having delay for two hours, you can still come aboard into the airplane."

Pujian yang bikin blushing
Langsung semua kecemasan saya hilang! Horee! Saya bisa pulang! Melihat saya senyum ceria seperti anak hilang yang telah ditemukan, si Miss India pun tersenyum saat dia meminta paspor saya dan dia menanyakan hal ini "Sir, you are 31? Really?" Saya jawab iya, dia meneliti muka saya setengah tidak percaya. Yes Ma'am, i know i still look like 18. Langsung saya masuk ke bagian imigrasi dan entah kenapa kejadian yang sama di Jakarta sedikit terulang. Kali ini tiga orang hitam disuruh menuju sebuah ruangan. Saya langsung mencari gate kepulangan saya untuk memastikan dan benar bahwa pesawat saya delay selama dua jam, jadi saya memutar-mutar di bandara. Jujur, saya setengah panas dingin akibat berlari-lari, jadi akibatnya saya migren, mual, pusing. Jadilah saya berdiri sok cool melihat papan penerbangan ditengah-tengah jalan karena saya yakin kalau saya berjalan lagi, saya pasti muntah. (bayangin anak kecil, pake celana 3/4, sepatu kets, gendong tas backpack lumayan gede warna merah, berpangku tangan, melihat dengan sok cool papan informasi penerbangan. #gakbangetya?)

Heaveeenn....
Setelah merasa baikan, saya mencari tempat pijat kaki OSIM yang memang ada di bandara karena kaki saya sakit sekali. Sayang tidak ada Nano reflexology disana. Akhirnya setelah beberapa antrian, giliran saya dan jujur, adalah surga sekali ketika kaki saya dipijat oleh mesin. terima kasih teknologi. Setelah merasa baikan saya ngalor ngidul mondar-mandir di bandara hingga waktu keberangkatan, saya membeli beberapa buku. Dan maaf untuk teman-teman, saya tidak membeli oleh-oleh karena tas saya sudah sangat berat (psst.. sudah 11kg pas saya timbang)

Harusnya kenalan tuh gue ...
Ketika sudah waktunya untuk pulang, saya langsung masuk ke dalam karantina penumpang dan menyerahkan semua barang saya untuk dipindai di tempat scanner. Saat saya mengambil barang saya, seorang wanita disebelah saya tidak sengaja mendepak muka saya dengan barang bawaannya. Setengah berkunang-kunang saya melihat orangnya kecil namun dia membawa 3 bawaan supergede. (Habis belanja, mbak?) .. Langsung dia minta maaf. Dengan pipi yang memar dan juga dengan sok coolnya, saya hanya tersenyum kepadanya. Saya masuk ke dalam untuk menunggu pesawat dan duduk di salah satu bangku tunggu, tidak lama dia pun masuk juga dan melihat kepada saya sambil berbisik tanpa suara "Sorry ya". Saya lagi-lagi hanya tersenyum saja. 

Saya duduk di pojok belakang dan dia duduk di samping kanan. Saya terkadang curi-curi pandang melihat dia dan saya juga menyadari dia juga terkadang curi-curi pandang kepada saya. Jujur, sempat terlintas di pikiran saya untuk kenalan saja, tapi saya bukan tipikal pria dewasa yang kenalan di tempat umum (udah single-desperate masih aja sok gaya). Akhirnya saya membereskan barang-barang yang saya bawa dan mengacuhkan dia. Akhirnya panggilan kursi saya tiba dan saya masuk ke dalam pesawat, saat antrian pesawat, saya pun melewati dia, dan lagi-lagi dia minta maaf karena tadi sudah menghajar muka saya dengan barang bawaannya. Lagi-lagi saya hanya senyum. Saya sempat bertanya kepadanya "barangnya berat ya?" Dia hanya tersenyum cekikikan dengan muka memerah. Cantiknya ... tapi seperti emotikon Yahoo Messenger yang sok cool itu, saya malah diam dan masuk ke dalam antrian ketimbang kenalan. Di dalam pesawat, ternyata si wanita itu masuk lumayan terakhir (mungkin karena barang bawaannya banyak), dan dia kesulitan untuk mencari tempat memasukkan barang di kabin. Akhirnya dia dibantu oleh pramugara dan dia duduk di seat 8A, sedangkan saya di 14F. Kesempatan itu pun terbuang sia-sia. Sedikit menyesal.

Nyaris muntah
Karena saya masih merasa tidak enak badan, panas dingin dan nyaris muntah, saya melihat ke arah jendela, berharap saya baikan. Namun tiba-tiba ada aroma yang paling saya benci melintasi hidung saya, yakni bau minyak kayu putih! Demi Tuhan, wanita di samping saya dengan seenak jidatnya mengolesi bagian bawah hidungnya, sisi telinganya, alisnya dan dibawah bibirnya berkali-kali dengan minyak kayu putih! Ingin rasanya saya buka jendela dan menjulurkan kepala saya keluar (mungkin dengan lidah terjulur seperti anjing?) sungguh tersiksa rasanya, akhirnya saya beberapa kali keluar masuk toilet untuk menghirup oksigen dan saya memesan kopi panas. Saya lebih memilih menghirup kopi panas ketimbang minyak kayu putih. Kalau tidak ada kopi tersebut, mungkin saya sudah muntah ke wajah wanita penjaja minyak kayu putih itu. 

Selamat datang Jakarta
Akhirnya saya touchdown Jakarta. Saya langsung bergegas keluar dari pesawat dan masuk ke terminal karena saya benar-benar tidak tahan dengan bau minyak kayu putihnya, saya langsung mencari gate keluar. Diluar saya sudah janjian dengan teman saya yang baru juga pulang dari Surabaya. Karena lapar yang amat sangat, jadilah kami berdua mencari makan, tujuan saya? Kwetiaw Akiaw. Dan ternyata sungguh tidak enak makan ketika kepala pusing, perut mual tapi lapar, badan panas dingin. Setelah mengantarkan teman saya pulang, saya langsung menuju rumah, pulang, mandi tidur. Dan saya tidur dengan keadaan panas dingin tanpa AC.

Note: sebenarnya perjalanan saya kali ini akan lebih manusiawi kalau saja saya tidak ketinggalan pesawat, kehilangan itinerary dan pesan hotel dari jauh-jauh hari. Saya merasa perjalanan kali ini benar-benar tidak ada gunanaya karena barang yang saya mau rata-rata tidak ada. Yang ada hanyalah keluar uang lebih untuk nothing. Tapi yah, hitung-hitung pelajaran dari pengalaman kali ini. Oh ya, terima kasih loh kepada @laureenMargareth yang sudah tidak sabar membaca kelanjutan travel part 3 ini, berhubung sudah diposting. Hutang gue lunas yaa. #wink 

Sunday, April 21, 2013

Ambil Saja Hati Saya

"If you love someone who seems impossible to save, take heart. What is impossible with man is possible with God."~ Luke 18:27



Kejadian ini barusan saya alami saat saya mau pulang menuju arah jembatan Tomang. Hari sudah malam dan waktu menunjukkan pukul sebelas-an malam. Ketika saya melintas di jembatan Tomang, saya melihat seorang ibu berkerudung putih duduk di trotoar pejalan kaki dengan kaki direntangkan ke jalanan. Sebuah tas kecil berwarna hitam juga berada di sampingnya. Saya sempat menoleh dan memperhatikan si ibu karena pada saat itu memang tidak ada kendaraan di belakang mobil saya, jadi saya sempat memperhatikannya selama beberapa detik.

Dalam pemikiran saya, apa yang terjadi dengan si ibu? Apakah dia kecelakaan? Apakah dia dijambreat atau kejadian-kejadian tidak mengenakkan lainnya. Masih ada sekitar 1 kilometer sebelum saya masuk ke pintu tol, dan jujur, hati saya tidak tenang sama sekali. Ada sebuah suara yang menyuruh saya untuk setidaknya bertanya apa yang terjadi dengan si ibu. Akhirnya saya memutuskan untuk berputar balik dan menanyakan apa yang terjadi.

Saya membuka jendela mobil saya di sebelah kiri dan bertanya kenapa si ibu duduk disana. Dia menjawab dia kabur dari panti sosial karena tidak betah, katanya banyak orang stress di sana, dan dia mau memutuskan pulang ke Lampung namun dia tidak tahu kemana arahnya. Dia juga bercerita dia meminta tolong kepada polisi namun polisi malah mengambil uangnya dan menaruhnya di trotoar situ. (Mudah-mudahan saya tidak salah dengar tentang cerita polisi ini karena cukup banyak suara kendaraan yang melintas).

Akhirnya setengah berteriak saya bertanya apa rencana si ibu selanjutnya. Namun si ibu tidak menjawab sama sekali. Saya berteriak memanggil "Bu." beberapa kali namun dia tidak menghiraukan saya. Tampaknya dia tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Saya sendiri harus menjalankan kendaraan saya karena ternyata kendaraan saya menghalangi jalur. Sepanjang perjalanan ke pintu tol saya berpikir harus berbuat apa, namun saya tidak menemukan jawabannya dan saya memutuskan untuk pulang.

Lucunya, selama perjalanan di tol saya terus mengingat si ibu. Apalagi gerimis kecil sudah mulai turun. Jujur, saya ingat akan oma saya. Beruntung oma saya tidak harus seperti itu. 
Saya benar-benar merasa sangat membenci diri saya sendiri. 
Saya membenci dunia ini. 
Saya membenci sistem dan peraturan yang berlaku. 
Saya membenci manusia-manusia lain yang tidak bisa berbuat apa-apa. 
Rasanya diri saya sungguh useless.
Saya akhirnya menceritakan hal ini kepada ketua komsel saya yang kebetulan sedang mem-broadcast berita kelahiran salah satu anggota komsel. Saya menceritakan semua lewat BBM (tenang, saya berhenti di jalur darurat untuk mengetik cerita itu #DontNgetikWhilenNyetirYa). 

Dia mengatakan mungkin ada pelajaran yang bisa saya dapatkan dari kejadian ini dan dia mengatakan bahwa saya memiliki hati yang besar karena tidak semua orang peduli dengan orang lain di jalan raya. Bukannya saya tidak menganggap hiburan ketua komsel tersebut, tetapi saya merasa semakin kesal ke Tuhan, karena untuk apa saya memiliki hati yang besar kalau saya tidak bisa melakukan sesuatu. Untuk apa saya memiliki pekerjaan, uang, talenta, pemikiran, kesehatan, waktu, umur, tenaga kalau saya tidak bisa membantu orang lain? Semua terlihat tidak begitu berharga dalam kejadian kali ini. Bensin seharga seratus lima puluh ribu dan makanan seharga dua ratus ribuan yang baru beberapa jam lalu saya makan jadi hambar karena kejadian ini rasanya.

Entah kebetulan atau tidak, amarah saya diredakan oleh lagu Hillsong yang secara random dimainkan oleh iPod saya, judulnya Take Heart. Penggalan liriknya berbunyi seperti ini : "... So take heart. Let His love lead us through the night. Hold on to hope. And take courage again" Anda tahu apakah arti dari Take Heart? Artinya adalah to receive courage or comfort from some fact. (Mendapatkan keberanian / ketenangan karena akibat sebuah kejadian).

Sepanjang saya mendengarkan lagu itu menjelang lagunya habis, Saya hanya berpikir, kalau Tuhan saja menggenggam tangan kita untuk menunjukkan jalan kepada kita, kenapa kita tidak melakukan kita ke sesama? Saya hanya berpikir dan sedikit meminta kepada Tuhan, lebih baik ambil saja hati saya ketimbang saya hanya bisa melihat, memperhatikan namun tidak bisa melakukan apa-apa. Untuk apa saya diberkati kalau saya tidak bisa menjadi berkat juga untuk orang lain?

Friday, April 19, 2013

Carut Marutnya Ujian Nasional Indonesia

Sometimes it takes a natural disaster to reveal a social disaster. ~ Jim Wallis
 
 
Apabila saya mendengar bahwa Ujian Nasional (UN) dilaksanakan, jujur, saya bersyukur masa-masa sekolah saya tidak ada ujian semacam itu. Menurut saya pribadi, UN adalah sesuatu yang sangat tidak pas untuk dijadikan satu-satunya tolak ukur kelulusan siswa. Entah apa yang ada di pemikiran pemerintah ketika mereka mengajukan bahwa UN akan tetap digunakan sebagai faktor kelulusan siswa padahal sudah begitu banyak pihak yang menentang dan hasilnya pun tidak memuaskan karena UN yang dilakukan di 11 provinsi dilakukan oleh amatiran.

Kalau negara lain sibuk membuat robot, negara Indonesia sudah membuat 'robot' secara harafiah karena gaya pendidikan negara kita tidak mengembangkan sisi manusiawi. Entah sampai kapan pemerintah amatiran ini akan terus menganut sistem UN seperti ini. Untuk saya, siswa dianggap tidak lebih dari sebuah produk dan UN adalah tes dimana produk lulus sebagai produk bagus atau produk yang cacat. Karena kinerja lembaga pendidikan diukur dari keberhasilan siswanya pada ujian akhir, mereka lebih serius dan mementingkan mewarnai pendidikan untuk mencapai ukuran keberhasilan yang digunakan UN. Padahal, seperti yang saya tulis diatas, UN hanya mencetak generasi robot. Yaitu generasi yang hanya mampu berpikir sederhana dan mengandalkan kemampuan mengingat saja.

Karena kita mencetak generasi robot, lupakan semua elemen penting yang seharusnya diajarkan di sekolah seperti kemampuan bernalar dan berpikir secara kompleks, rasa ingin tahu, berpikir kritis, bersikap kreatif, kejujuran, sikap adil dan sportif, kemampuan komunikasi. Lupakan semua itu. Yang penting adalah bagaimana mendapatkan nilai agar lulus di UN. Tidakkah pemerintah sadar bahwa sistem ini adalah cikal bakal rusaknya generasi muda di Indonesia? Tidakkah pemerintah sadar bahwa yang mereka cetak hanyalah generasi yang hanya mampu melaksanakan pekerjaan rutin, lemah nalar, minim kreativitas dan kurang komunikatif yang berakhir pada ketidakmampuan karakter generasi tersebut untuk bertumbuh?

Pada tahun 2045, dimana Indonesia akan genap berusia 100 tahun, tantangannya akan semakin besar. Bisa jadi sumber energi minyak sudah habis, lahan pertanian tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan kita yang mengakibatkan ketergantungan pada impor semakin tinggi. Jadi, apakah yang bisa diberikan oleh sistem pendidikkan saat ini untuk mampu menghadapai tantangan di saat 2045 nanti? Apa yang bisa diberikan oleh generasi robot mendatang kalau mereka hanya dicekoki oleh paradigma pembelajaran tahun 1900-an misalnya, padahal daya saing, keadaan, situasi, tantangannya sudah berbeda sekali.

Yang paling penting saat ini adalah gilanya dan maraknya serangan evolusi informasi. Revolusi informasi ini merubah cara pandang kita tentang ruang dan waktu. Revolusi informasi memungkinkan penyebaran informasi secara besar-besaran. Kita saat ini berada pada era Facebook, Twitter, Tumblr, Wikipedia, Google, e-library, e-book, Skype dan lainnya. Bayangkan seperti apa kira-kira era di masa depan 20-30 tahun mendatang? Saat ini saja siswa-siswa kita sudah memiliki smartphone dan tablet, yang akhirnya mengakibatkan sistem pembelajaran pendidikan kita yang hanya sebatas mengingat, tidak lagi relevan. 
 
Saya yakin dalam waktu yang tidak lama lagi, buku akan digantikan oleh tablet. Karena tablet dapat menyajikan informasi yang jauh lebih kaya ketimbang buku teks. Saya ingat saat saya belajar tentang tata surya, mulai dari Matahari hingga planet ke 9, Pluto. Yang saya lakukan hanyalah menghafal dan mengingat. Yang perlu saya lakukan hanyalah mengeluarkan semua yang telah saya ingat saat ujian, namun mengingat tidaklah sama dengan mengerti dan memperhatikan. Dengan tablet, siswa dapat melihat animasi pergerakan planet, melihat posisi planet pada waktu tertentu, mengamati bentuk planet tertentu secara 360 derajat, atau mungkin mempelajari sistem tata surya lainnya. 

Benar, bahwa kita membutuhkan sistem dan kurikulum baru untuk adik-adik kita yang masih bersekolah, tetapi harusnya kurikulum itu mempersiapkan siswa menghadapi tantangan yang lebih berat di masa depan dengan cara menciptakan sistem pembelajaran yang menarik, serta memandang dan memperlakukan siswa dengan keunikan dan minatnya masing-masing. Serta kurikulum tersebut dapat beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi saat ini. Tidak mungkin siswa diajarkan sistem komputer MS-DOS kalau sekarang jaman sudah menggunakan Windows 8. Jadi, apa yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah untuk bersaing di globalisasi. Mungkin pemerintah lupa bahwa globalisasi artinya adalah hadirnya peluang untuk siswa berkompetisi tidak hanya di bagian domestik, tetapi juga internasional. Tidak heran kalau negara kita adalah negara pencetak TKI, karena buruknya sistem pendidikan kita yang tidak berubah.

Sekali lagi, saya tidak tahu apa yang ada di pemikiran siapa pun pihak amatiran yang menciptakan, menyiapkan dan terus menggunakan UN sebagai patokan kelulusan. Mungkin mereka-mereka ini tidak memiliki anak yang bersekolah sehingga mereka tidak mengerti bahwa sebagai siswa, carut-marut sistem UN ini membuat karakter anak tidak dewasa. Belum lagi sistem ini mengajarkan siswa menjadi tidak rasional karena beberapa hari menjelang UN, seakan dunia akan kiamat. Acara doa digelar besar-besaran, kursus dan les privat melambung naik jam belajarnya sehingga membuat siswa kelelahan berpikir, belum lagi mental yang seakan terus menerus diteror karena ketakutan tidak lulus UN karena siswa dikawal polisi saat ujian, Orang tua pun tidak kalah stressnya karena mereka harus menyetor uang sekolah berikutnya, padahal belum tentu anaknya lulus UN. Dan hebatnya, UN pun bisa diundur karena ke-amatir-an pihak penyelenggara UN.
 
Sekali lagi, saya bersyukur saat saya bersekolah, sistem UN tidak saya rasakan. Namun, ke depannya, apabila saya memiliki anak, saya tidak mau anak saya hanya dicetak sebagai generasi robot oleh pemerintah. Apabila benar begitu faktanya, saya berharap kepada siapa pun pelaku Bom Boston, lebih baik Anda mengebom kediaman siapa pun dalang di balik kebodohan pengadaan UN ini ketimbang mengebom ratusan orang tidak bersalah yang sedang ingin menikmati pertandingan olahraga di Boston.

Thursday, April 18, 2013

Traveling Kacau Balau Part 1

"In the midst of movement and chaos, keep stillness inside of you. "~Deepak Chopra 



Everything out of the plan ... Begitulah perjalanan travel saya kali ini ke Singapura. Berbekal tiket promo dari Tiger Airways selama 2 hari 1 malam. Saya sudah menyiapkan itinerary sebaik-baiknya. Hanya saja mungkin memang saya tidak boleh ke sana untuk trip kali ini? Entahlah. Gejala awal (#memangpenyakit?) sebenarnya sudah terasa 2 hari sebelum keberangkatan. Rencana saya untuk ke Singapura adalah untuk membeli efek gitar, hunting kuliner serta bertemu dengan teman-teman saya di Singapura. Jadi saya berniat untuk membeli kamera digital FujiFilm X20, namun setelah saya mencari di dua toko distributor di Jakarta, kamera tersebut kosong stoknya. Di situ perasaan saya sudah mulai tidak enak akan kepergian ini. #entahkenapa

"Kebiasaan" sebelum traveling
Sebuah kebiasaan saya kalau sebelum pergi travel pasti tidak bisa tidur dan perut agak keram karena tegang ketakutan ketinggalan pesaawat. Apalagi pesawat penerbangan saya adalah pukul 9.45. Jadi berangkatlah saya pukul 7 pagi dan tiba di bandara terminal 3 Soekarno Hatta sekitar pukul delapan kurang sepuluh pagi. Kenapa terminal 3? Karena teman saya yang baru pulang dari Bangkok menggunakan Tiger Airways juga menggunakan terminal 3, plus, saya pernah menanyakan kepada Tiger Airways lewat twitter dan telepon untuk menanyakan apakah semua penerbangan Tiger Airways berada di terminal 3? Pertanyaan saya dibenarkan. Langsunglah saya memarkirkan mobil saya di tempat parkir inap terminal 3 dan dengan pe-denya masuk ke bandara dengan tiket di genggaman tangan.

Ketinggalan pesawat
Namun saat saya menyodorkan tiket saya ke petugas, dikatakan saya salah terminal. Petugas mengatakan apabila kode penerbangangannya adalah TR, penerbangan dilakukan di terminal 2D. Tetapi apabila kodenya RI, penerbangan di terminal 3.  Karena penasaran saya juga mengecek ke bagian reservasi tiket dari Tiger dan mbak-mbak yang sedang sibuk mengunyah nasi bungkusnya juga membenarkan bahwa semua penerbangan Tiger Airways berkode TR berada di terminal 2.  Dan setelah saya mengecek ulang tiketnya, memang terlihat ada tulisan kecil dengan font sekitar 6pt yang mengatakan koder TR di terminal 2D. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 pagi. #waks

Langsunglah saya lari seperti orang kesetanan menuju mobil untuk pindah ke terminal 2. Karena dikejar-kejar waktu, saya sungguh tidak sabar melihat petugas parkir inapnya mengecek surat-suratnya dan dia tidak menemukan berapa lama saya parkir (ya iya lah mas, wong baru aja parkir) dia akhirnya bertanya "Parkirnya sejak kapan ya?" Langsung saya jawab "Baru masuk pak, saya gak jadi parkir! salah terminal" Barulah dia dengan sigap mengerjakan ini itu. 

Setelah keluar dari tempat parkir, saya tidak menemukan tanda petunjuk arah "Terminal 2", yang saya temukan hanyalah "Jakarta" dan "Perkantoran". Berbekal dengan skill geografi yang nilainya hanya 4, menujulah saya ke Jakarta. Dan betapa stressnya ketika saya mengetahui saya menuju arah pulang!! #doublewaks … Untungnya di ujung jalan sana ada putar balik, langsung seperti Rifat Sungkar, saya mengemudikan mobil saya seperti orang gila, zig-zag sini dan sana dengan klakson tanpa henti. Sesampainya saya di terminal 2, saya tidak lagi memikirkan parkir inap, saya langsung mengunci pintu mobil, mengambil tas travel dan lari menuju bagian keberangkatan. (Ternyata saya memang sangat kurang olahraga karena lari dari parkiran ke departure area sudah membuat saya nyaris mati kehabisan nafas karena bengek #noted)

Saya langsung menyerahkan tiket saya ke petugas bandara dan mata sang petugas pun membelalak kaget melihat jam keberangkatan saya dan menyuruh saya buru-buru masuk ke counter. Dia menanyakan kenapa saya baru datang sekarang? Saya jawab ketus "Ketipu terminalnya." Dan apa yang terjadi di counter? Saya tidak diperbolehkan lagi masuk ke dalam pesawat. #WHAT? Padahal penerbangan masih 45 menit lagi dan saya tidak membawa bagasi sama sekali. Saya mencoba meminta pengertian kalau saya salah terminal akibat informasi dari Tiger Airways sendiri dll. Akhirnya petugas itu mengontak kru lain dengan HT-nya namun hasilnya nihil .Juga ada bersama saya sepasang suami istri yang juga mengalami hal yang sama karena mereka juga mendapat info keberangkatan akan dilakukan di terminal 3. Sungguh aneh, bagaimana mungkin saya tidak diperbolehkan masuk? 

Akhirnya dengan sangat dongkol, saya sempat terpikir untuk tidak usah pergi sekalian ke Singapura. Namun karena harga diri dan keperluan tidak penting yang dipenting-pentingi itu #halah, akhirnya saya mencari tiket penerbangangan lain yang pergi hari itu. Hanya tersisa penerbangan dari maskapai SQ (1.6 juta), Cathay (1.4 jt), Lion Air (1.815). Saya sudah sempat menyerah untuk pergi tetapi petugas Lion sepertinya melihat muka imut saya yang sayu ini dan dia menawarkan pergi pukul 3 sore dengan harga tiket 400rb. Tanpa pikir panjang saya langsung #bayartunai … Dan akhirnya baru sadar, kalau tiket promo Tigernya nggak jadi promo karena ditambah 400rb barusan. Hiks. Tidak lupa saya juga memberitahukan kepada suami istri itu untuk membeli tiket Lion Air apabila mereka masih mau pergi ke Singapura. Pelajaran kali ini : Cek kembali tiket Anda, baca semua tulisan yang ada, meskipun tulisan tersebut menggunakan font yang terkecil sekalipun!!!

Berhubung jam baru menunjukkan pukul 10, sedangkan flight saya jam 3 sore, saya menghabiskan waktu di bandara untuk duduk-duduk, mondar-mandir, BBM-an dengan teman-teman saya sembari breakfast di resto Old Town White Coffee, mengamati ini itu, telponan dengan @sibawel, BBM-an dengan @mieke dan @andreasmieke. Dan berikut adalah kejadian-kejadian yang terjadi selama saya menunggu  : 

Malu dengan kelakuan orang Indonesia
Benar bahwa bandara Soetta sekarang tergolong bandara kecil dengan daya tampung penumpang namun hal itu tidak membuat Anda serta merta dapat seenak jidatnya duduk di tengah-tengah jalan peron bandara, bukan? Saya melihat ada banyak ibu-ibu bapak-bapak dengan anaknya yang seenak jidatnya duduk-duduk tengah-tengah jalan. Tidak masalah untuk saya kalau Anda duduk-duduk di pinggir-pinggir tembok. Tetapi tengah-tengah jalan? Sangat menyusahkan untuk penumpang lain untuk bisa lewat. Bahkan ada sepasang suami istri turis bule yang kesulitan untuk lewat karena masing-masing membawa 2 troli dan istrinya berkomentar "My God, What are they doing in the middle of the road? Do they think this airport is for picnic?"#malumaluin

Adegan dramatis
Saya melihat seorang ibu melepas anaknya pergi bersama suaminya. Sang anak bertanya kenapa sang ibu menangis dan sang anak tidak mau pergi kalau ibunya tidak berhenti menangis. Curi-curi dengar, ternyata ayah-ibu sang anak bercerai dan sang anak akan dibesarkan oleh si ayah di Manado.

Kejadian di bilik toilet
Saat saya buang air kecil di bilik toilet, ada seseorang di sebelah bilik saya (entah petugas kebersihan atau penumpang lain) yang menyemprotkan airnya sehingga menyapu lantai ke bilik saya dan mengenai sepatu saya. Saya tidak tahu air apa itu, tapi bagaimana kalau ternyata air itu bekas air kencing atau air kotor?#jijik... Akhirnya saya gedor bilik orang tersebut dan mengatakan kalau ada orang di dalam bilik ini. Tidak ada kata minta maaf atau apa, yang saya dengar hanya dua detik kemudian pintu bilik tersebut terbuka dan sang pelaku pergi.

Tentang parkir inap
Karena saya masih memiliki banyak waktu di bandara, saya memutuskan untuk memindahkan mobil saya yang berada di parkiran umum ke parkiran inap terminal 2. Sebelumnya saya bertanya ke petugas parkir umum, dimana letak lokasi parkir inap, beberapa petugas mengatakan lokasinya jauh dan saya tidak perlu memarkirkan inap mobil saya. Cukup parkir ditempat umum, seandainya nanti tiketnya menunjukkan saya sudah memarkirkan mobil lebih dari 12 jam, otomatis akan dianggap parkir inap. Untuk saya, sama sekali tidak masuk akal. Kalau seandainya benar, lalu apa gunanya di sediakan parkir inap? Untuk lebih pastinya saya menuju ke tempat Customer Service dan menanyakan dimanakah letak lokasi parkir inap, ternyata tempatnya berada cukup jauh dari bandara yakni di dekat perkantoran bandara. 

Saya menanyakan kebenaran dari petugas parkir umum tadi dan ternyata benar dugaan saya, informasi tersebut salah. (bayangkan berapa besar uang yang perlu saya keluarkan kalau seandainya saya jadi parkir di parkir umum?) Saya menanyakan juga kalau seandainya saya memarkirkan mobil saya disana, bagaimana saya ke bandara terminal 2? Petugas customer servicenya mengatakan nanti akan ada mobil xenia / avanza yang akan mengantarkan saya balik ke bandara. Yang saya takutkan, kebiasaan orang Indonesia pasti harus memberikan uang lebih kalau ada jasa antar begitu (kecuali free shuttle ya), belum lagi tingkat keamanannya bagaimana? Mengingat saya nanti akan pulang ke Jakarta pada malam hari. Akhirnya karena ke parno-an yang tinggi, saya memarkir-inapkan mobil saya di terminal 3 lagi saja.

Berlanjut ke part 2 : Klik ini

Wednesday, April 17, 2013

Traveling Kacau Balau Part 2

"In the midst of movement and chaos, keep stillness inside of you."~Deepak Chopra 


Oke, ini bagian dua dari travelku yang kacau balau kali ini...

Pembentakan di bagian imigrasi Jakarta
Saat saya datang ke bagian imigrasi untuk pengecekan paspor, di depan antrian saya ada antrian sekitar 5-6 orang, entah apa yang terjadi, orang yang sedang dicek paspornya diomeli oleh petugas paspornya dan disuruh menuju suatu tempat untuk mengecek kembali paspornya, kontan serempak 5-6 orang yang sedang antri di depan saya melongok dan ikutan stress, ternyata 5-6 orang tersebut adalah teman yang tadi dibentak oleh pihak imigrasi. Dan ternyata benar, 5-6 orang itu pun akhirnya disuruh entah kemana oleh petugasnya. Saya sudah berpikir, jangan-jangan saya juga nanti dibentak nih oleh petugas, jadi saya pasang senyum manis saja. Dan semuanya berjalan lancar. Saya sempat menanyakan kepada petugas kenapa 5-6 orang itu dibentak. petugas imigrasi mengatakan paspor mereka sudah habis masa berlakunya. #ooh..

Pindah Gate keberangkatan
Berjalanlah saya ke Gate F5, tempat saya menunggu. Selama 20 menit menunggu, muncullah pemberitahuan bahwa kami harus pindah Gate ke F2. Padahal saya sedang enak-enaknya mencharge handphone saya. Seenak jidat benar memang Indonesia ini. #ampunminah. Akhirnya pindahlah kami semua ke gate F2, menunggu kedatangan pesawat dan terbanglah saya ke Singapura. Di dalam pesawat, karena diharuskan mengisi form kedatangan, saya mencari pulpen saya, dan setelah mengubek-ngubek tas, pulpen saya hilang. Benar-benar hilang, padahal tadi pagi saya masih menggunakannya untuk mencorat-coret itinerary saya dan saya ingat jelas saya sudah memasukkannya ke tas saya. Saya tiba di Singapura sekitar pukul 6 sore, yang mana berarti saya hanya memiliki waktu sekitar 4 jam (karena toko-toko tutup sekitar jam 10-11 malam), langsung lah saya mengebut perjalanan dari bandara Changi ke pusat kota. Tidak lupa foto-foto sana-sini sembari menunggu. 

Itinerary saya hilang
Tujuan pertama saya adalah City Hall, karena memang efek gitar yang saya mau ada di daerah Peninsula Excelsior. Setibanya disana, saya dibuat stress karena hampir semua toko sudah bersih-bersih untuk tutup, padahal masih jam 7 malam. Langsung saya mencari toko yang saya maksud, dan saya mengeluarkan itinerary saya untuk memastikan ada di lantai mana toko tersebut berada. Toko tersebut tidaklah besar, banyak orang sedang mengobrol di bagian kasir, rata-rata berpenampilan rocker gahar gitu, langsung saya mendekati mereka yang sedang mengobrol dan ketika saya bertanya, mereka semua melihat saya seakan-akan mereka melihat makhluk mungil dari planet lain. Seorang tua berpenampilan seperti Kitaro dengan rambut panjang yang setengah putih melayani saya dan efek gitar yang saya mau HABIS! Dia menanyakan apakah saya mau memesannya, tapi saya bilang saya harus pulang esok hari. Dia kaget dan tidak bisa berkata apa-apa. Saya menanyakan apakah ada toko lain yang menjual efek gitar yang saya mau. Jawabannya : toko tersebut hanya satu-satunya yang menjual efek tersebut. 

Dengan lunglai saya keluar dari toko itu dan bertanya-tanya ke beberapa toko gitar lainnya yang buka, siapa tahu ada yang menjual namun hasilnya nihil. Akhirnya saya keluar dari gedung tersebut dan berniat untuk menuju tujuan lainnya dan tebak apa? kertas itinerary saya hilang! Benar-benar hilang. Padahal belum 10 menit saya melihatnya. Kenapa semua barang saya hilang? Saya sampai mencari-cari di dalam tas saya, mengeluarkan hampir semua barang di tas saya, mencari di semua selipan tas, saya akhirnya masuk ke dalam gedung dan menyusuri semua jalan yang saya lalui, siapa tahu terjatuh di lantai, namun hasilnya nihil. Saya langsung pusing, stress, ditambah perut yang krucuk-krucuk karena lapar, dan saya tidak tahu harus bagaimana.Hampir 15 Menit saya cengo seperti sapi ompong karena tidak percaya betapa cerobohnya saya, bagaimana mungkin kok bisa kehilangan banyak barang, untungnya saya masih sempat memisahkan tiket saya ke tempat yang berlainan dengan itinerary saya, kalau tidak, bisa jadi saya tidak bisa pulang. 

Kejadian beli Simcard Singtel
Akhirnya saya memutuskan saya harus menuju Bugis Junction karena ada beberapa titipan teman dan saya bisa mencari makan di Bugis. Sepanjang perjalanan saya memikirkan apa yang harus saya lakukan. Sesampainya di Bugis, hal pertama yang saya lakukan adalah membeli kartu telepon sana. Setidaknya saya masih bisa browsing atau mencari info yang saya butuhkan lewat internet. Saya menuju toko Singtel di Bugis dan store itu pun penuh dengan customer. Saya melihat-lihat brosur dan keterangan untuk mencari tahu apakah mereka menjual kartu prepaid unlimited data untuk iphone yang berlaku hanya untuk 1 hari. Saya bertanya ke counter dan mereka menyuruh saya untuk membeli simcard di kasir. Di kasir, saya tidak dilayani dengan baik, dia hanya menyuruh saya membeli simcard dan mengaktifkannya sendiri. 

Setelah membeli simcard, saya kebingungan mencari push pin untuk membuka tempat simcard saya karena simcard di iPhone menggunakan eject system dengan semacam peniti. Saya keliling di toko tersebut mencoba mencari siapa tahu ada yang bisa meminjamkan saya peniti atau sejenisnya namun semua terlihat sibuk. Saya akhirnya dibantu dengan seorang customer service yang mungkin melihat saya begitu kebingungan. Seorang wanita dengan senyum ramah, kulit putih, mata sipit, wangi tubuh yang harum #apacobaaa … Dia membantu saya hingga akhirnya saya bisa mengaktifkan celular data di iPhone saya dan saya bisa brosing #horeee

Makan malam super-tidak-enak
Tujuan berikutnya adalah makan malam. Perut saya benar-benar sudah lapar sekali dan saya naik ke foodcourt di Bugis, resto pertama yang saya lihat, itu yang saya pesan. Saya melihat menunya dan saya melihat ada makanan dengan tulisan Osaka Curry Rice + Side Dish & Wafu set seharga 5.90 ditambah dengan gambar jempol super gede di sampingnya. Oh ya, tidak lupa ada tambahan promosinya yakni, the best Curry Rice in Singapore .. dengan mantap saya memesan makanan tersebut dan rasanya? #hueeeks … gak enak sama sekali. benar-benar tidak terasa apa-apa. Baik sosisnya, telur setengah matangnya, nasinya, semuanya tasteless. Saya hanya memakan seperempat makanan itu.

Nomornya berapaa?
Setelah makan super sedikit itu, saya pergi ke toko Guardian membelikan teman saya titipannya dan saya mendatangi toko aksesoris kesukaan saya di Bugis, yakni 77th Street. Semua akseseoris yang dia jual hampir semua saya suka. Adik saya juga menitip kalung salib untuk pacarnya jadi saya berniat untuk memfoto kalung-kalung salib yang dijual dan mengirimkan fotonya lewat whatsapp. Dan ketika saya masuk ke whatsapp, saya diminta memasukkan nomor yang baru saya beli. Waks!! Saya tidak tahu nomornya. Nomornya ada di bungkusan plastiknya namun bungkusan plastiknya tersobek saat saya membukanya. Akhirnya saya meminta tolong kepada perempuan muda yang sedang menjaga toko. Saya meminta nomor teleponnya agar saya bisa menelepon ke dia dan saya ingin melihat nomor telepon saya. Dia tertawa dan senyum-senyum ketika saya menjelaskan permasalahannya. Dia meminta saya memberikan bungkusan sim card yang saya beli dan entah darimana dia memberitahukan kalau nomor handphone singtel saya adalah sekian-sekian. #hebatdia

Sial lagi di penginapan
Tujuan berikutnya adalah mencari tempat menginap karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam dan saya sudah capek, letih, bau, kucel. Saya ingin mandi dan istirahat. Saya langsung menggunakan aplikasi peta yang ada di iPhone saya, akhirnya saya menemukan hostel yang saya maksud, ternyata tempatnya tepat di seberang Bugis Junction. Seorang yang melayani saya adalah seorang ngko-ngko yang mukanya terlihat familiar, saya menanyakan apakah ada kamar tersisa, dia mengatakan ada, harganya 15 dollar. Dia menelepon ke bagian bawah untuk memastikan dan sial! kamar tersebut sudah dipesan orang 10 menit sebelum saya datang. yang tersisa hanyalah 1 kamar besar untuk 3 orang seharga 50 dollar. Mau tidak mau saya pesan! Hiks.. Maunya murah kok jadi mahal semua ya.

Pertemuan dengan Aca
Akhirnya saya mandi, beres-beres, menenangkan diri di kamar sambil membereskan barang-barang di tas backpack saya. Karena bosan di kamar saya pergi ke ruang tamu dan berbincang-bincang dengan si pemilik hostel sambil numpang mencharge iPhone saya. Karena letih, saya beristirahat di sofa dan di situ saya bertemu dengan Aca, nama aslinya Abdullah Rozak namun panggilannya Aca. Mukanya tipikal timur tengah, orangnya kecil, berasal dari Makassar dan dia membeli 2 buah samsung Note II 4G. Akhirnya saya dan dia mengobrol banyak, panjang-lebar-alas-kali-tinggi. Saya mengatakan kalau saya ingin membeli ipad mini, dan dia mengajak saya ke tempat beli gadget dengan harga miring di daerah Ferrer Park. Dia sudah langganan di toko ini sejak 2011. Meskipun barangnya BM, tetapi selama ini, barang yang dibeli baik-baik saja. Saya tertarik dan menyetujui untuk besok pagi pergi bersama-sama dengannya. Akhirnya karena letih saya minta ijin untuk balik ke kamar. 

Di kamar pun saya masih whatsapp-an dengan @sibawel, @RachelImelda, @Madeline hingga waktu menunjukkan pukul 1 malam. Dan saya tidak bisa tidur sama sekali karena saya menyadari kamar tersebut sedikit tercium asap rokok, AC-nya dingin sekali, selimutnya tipis, suara mobil lewat, bunyi keprak-keprok sandal orang berjalan, pintu yang sering sekali dibuka-tutup, bahkan hingga pukul 3.43 saya masih bisa mendengar suara orang ketawa-tiwi di lorong. Saya bayangkan mungkin ini rasanya kalau tinggal di tempat kos. Selamat tidur.

bersambung ke part 3 (nanti yaa)

Wednesday, April 3, 2013

Selamat tinggal, helmku

Menuju parkiran motor bersama rekan kerja saya, saya mendapati keanehan yakni ada helm orang lain yang tergantung di kaca spion motor saya. Beberapa detik kemudian saya menyadari bahwa helm saya hilang #Tidaaaakkkk


Saya memarkirkan motor saya di parkiran apartemen RMG, tempat saya biasanya memarkirkan motor saya di kantor. Memang parkiran disana sangat ramai sampai terkadang motor pun harus berdesak-desakan atau harus diparkir cukup jauh dari tempat loket untuk bisa mendapatkan tempat parkir. Tidak heran kalau helm saya pun hilang meski tidak pernah terpikirkan oleh saya akan ada maling di parkiran ini.#siyal

Yang tersisa dari helm saya hanyalah besi penyangga helm yang masih terkait di cantolannya sesuai dengan gambar yang Anda lihat di atas. Sudah pasti helm saya disilet oleh si pencuri karena besi cantolannya masih tertinggal di bagasi motor saya. Saya tidak mengatakan si pencuri baik hati karena masih menyisakan helm bututnya (atau milik orang lain yang dia curi juga) untuk diberikan kepada saya. Untuk saya, hal tersebut merupakan ejekan yang ditujukan kepada saya. Lebih baik helm saya hilang sekalian tanpa perlu berbaik hati memberikan saya helm yang lebih baik.

Dongkol? Marah? Kesal? Emosi? Sudah pasti. Saya tidak terlalu memikirkan harga helm itu, karena saya bisa membelinya lagi. Yang membuat saya sangat kesal adalah saya harus mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak penting lagi. Benar bahwa uang bisa dicari, tetapi mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak ada di budget keuangan dan tidak penting pulak? Dongkol sekali rasanya. Belum lagi harga helm sekarang ini lumayan mahal, lho. #seratusribukeatas

Karena kesal, saya sempat terpikir untuk ikutan mencuri helm orang lain juga #balasdendam (nggak deehh) ... saya terpikir untuk membuang helm tersebut ke selokan saat perjalanan pulang namun saya mengurungkan niat karena sebagai warga kota yang baik, selokan bisa terganggu, bukan? Akhirnya membawa pulang helm tersebut dan berniat untuk membuangnya ke gerobak sampah esok pagi. Mudah-mudahan helm jelek itu bisa berguna untuk siapa pun yang membutuhkanny dan semoga helm tersebut menemukan keluarga yang sakinah, barokah #halah

Lucunya, saat saya pulang menuju rumah, kejadian ini mengingatkan saya kepada Ayub. Seperti Ayub, saya tidak mampu mengerti kenapa. Seperti Ayub, saya juga bertanya "kenapa ini terjadi kepada saya?" Namun seperti Ayub juga, saya mencoba merelakan helm kesayangan saya meski masih terasa dongkol. Hari ini saya merasakan benar, betapa berat rasanya mendoakan orang yang berlaku jahat kepada kita, benar-benar sesak rasanya berterima kasih atas kejadian buruk yang terjadi ke dalam kehidupan kita. Lidah terasa kelu, mulut terasa kaku dan tulang terasa ngilu. #masukangin? Namun, saya sudah merelakan helm saya. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah menyuruh saya mendoakan si pencuri itu (makasih yaa @dewizhang, @Kinky, @Aldy, @Bobby)

Sepertinya memang sudah saatnya saya membeli boks motor untuk tempat penyimpanan di motor saya. Saya hanya berdoa agar helm saya lebih berguna kepada si pencuri itu dan semoga kutu-kutu, ketombe-ketombe, zat-zat adiktif negatif lainnya yang ada di dalam helm saya juga memberkati beliau. Seperti becandaan saya kepada teman saya @aries, lebih baik saya menjaga bibir saya, lebih baik kehilangan helm tetapi bersyukur dan "sedikit" mengutuk. #hohoho #sokbijak #masihdongkol

Tuesday, April 2, 2013

Kristen Vs Katolik : Bunda Maria


"Let us run to Mary, and, as her little children, cast ourselves into her arms with a perfect confidence." ~ Saint Francis de Sales


Saya paling bingung dengan orang-orang yang membanding-bandingkan antara Kristen dengan Katolik atau sebaliknya. Yang Katolik cenderung mengatakan kebaktian Kristen seperti nonton konser, yang Kristen mengatakan liturgi Katolik seperti di pemakaman karena sunyi. Tidak sadarkah mereka ketika mereka mengejek, menyindir satu sama lain, mereka menyindiri tubuh Kristus itu sendiri? Sama ketika jempol kanan berfungsi lebih baik daripada jempol kiri, padahal fungsinya sama?

Pernah ketika saya di gereja Kristen, saya mengatakan bahwa saya dibesarkan secara Katolik, sikap mereka sedikit terkejut dan membuat tanda salib (Entah apa maksudnya, mungkin untuk mengejek saya? #entahlah) Untuk saya pribadi, tidak ada perbedaan antara Katolik dengan Kristen. 
Kita menyembah Tuhan yang sama, yakni Yesus Kristus. 
Firman yang kita pegang sama, yakni Alkitab.
Tokoh-tokoh yang kita kenal dalam Alkitab juga sama. 
Bahkan kita berdoa dalam doa yang sama yakni Bapa Kami.

Saya dibesarkan dan dididik secara Katolik meskipun sekarang saya lebih sering ke gereja Kristen karena saya mencari perkembangan dalam iman saya namun hal tersebut tidak menajiskan saya untuk tidak lagi boleh datang ke gereja Katolik. Saya pun masih datang ke gereja Katolik untuk Jalan Salib. Saya pun mendukung Paus yang baru. Apakah ada larangan dimana orang Katolik tidak boleh ke gereja Kristen dan sebaliknya? Hanya orang-orang yang berpikiran sempit yang seperti itu. Mereka-merekalah yang membuat perbedaan itu ada. 

Perdebatan paling sering saya dengar adalah tentang Bunda Maria. Benar bahwa umat Kristen tidak berdoa kepada Bunda Maria sedangkan di Katolik ada liturgi berdoa kepada Bunda Maria. Pertanyaannya adalah kenapa harus didebatkan? Apabila Anda seorang yang mengaku mempercayai akan Yesus atau percaya akan pengaruh dari Rasul Paulus, Yohanes dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya, sangat aneh rasanya kenapa Anda justru meragukan peran daripada Ibunda Yesus, Maria. Tentang inilah saya ingin membagi pandangan saya soal Bunda Maria.

Bunda Maria istimewa di mata Allah
Allah sendiri melalui malaikat utusan-Nya menghormati Bunda Maria. Lukas 1:28 BIS menulis "Malaikat itu datang kepada Maria dan berkata, "Salam, engkau yang diberkati Tuhan secara istimewa! Tuhan bersama dengan engkau!" kata asli yang digunakan adalah 'kecharitomene' yakni penuh rahmat“. Sapaan semacam ini tidak pernah ditujukan kepada tokoh mana pun di dalam Alkitab. Salomo boleh saja terkenal karena kebijakannya, tetapi Maria? Dia pun dihormati oleh Allah karena rahmatnya.

Maria adalah Hawa (versi) baru
Saat kejatuhan Adam dan Hawa, Allah telah merencanakan akan mengutus Sang Penyelamat yang akan lahir dari keturunan sang perempuan. Kejadian 3:15 menulis "I'm declaring war between you and the Woman, between your offspring and hers. He'll wound your head, you'll wound his heel." 

Banyak referensi mengacu bahwa perkataan 'perempuan ini' adalah Hawa. Menurut saya, Kitab ini ditulis untuk menunjukkan bahwa Maria adalah ‘sang perempuan’ yang telah dinubuatkan Allah pada awal mula dunia yang akan berada dalam permusuhan dengan Iblis dan bahwa keturunannya akan mengalahkan Iblis, yakni Yesus. 

Karena kalau kita mengatakan bahwa perempuan itu adalah Hawa dan dia harus melawan ular (Iblis), maka tentu Hawa bukanlah lawan yang seimbang bagi Iblis, karena setelah berdosa, justru Hawa semakin tidak mempunyai kekuatan untuk melawan setan. Menurut saya “Perempuan itu” hanya menjadi lawan seimbang bagi Iblis dan berlawanan secara total kalau perempuan itu telah dipersiapkan oleh Allah sedemikian sehingga ia tidak berdosa. Seperti halnya Kristus dengan ketaatannya sebagai Adam yang baru mematahkan ikatan dosa Adam, Bunda Maria dengan ketaatannya mematahkan ikatan dosa Hawa.

Kitab Yesaya 7:14 dan Matius 1:23 menulis hal yang mirip yakni "Seorang perawan akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu akan dinamakan Imanuel." Betapa gambaran yang dinyatakan samar-samar dalam Kitab Perjanjian Lama tetapi digenapi di dalam Perjanjian Baru. Itulah mengapa Walaupun Kristus dilahirkan oleh Maria, namun tidak menjadikan Maria lebih utama dari Kristus; sebab yang menjadi Kepala adalah Kristus. Dengan demikian, Maria adalah anggota Tubuh-Nya yaitu Gereja-Nya. Namun demikian, Maria adalah anggota yang istimewa, justru karena ketaatannya yang ‘mendahului’ anggota Tubuh-Nya yang lain; dan karena dengan ketaatannya ini rencana Allah tergenapi.

Bunda Maria adalah Bunda kita juga
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. (Yohanes 19:26-27)

Kalau Anda mengaku sebagai murid Yesus, lalu kenapa Anda tidak mau menerima dan percaya Maria sebagai Bunda Rohani Anda?
Apabila para murid-murid Yesus begitu rendah hati menerima Maria di tengah-tengah mereka dan menerima Maria sebagai Ibu mereka, kenapa Anda tidak?
Kalau Yesus begitu menghormati Maria (bahkan Allah sendiri tidak menutup mata atas peran Maria) Siapakah Anda untuk mengatakan peran Maria hanyalah sebatas wanita yang mengandung Yesus semata?
Bunda Maria adalah ibu kita, sebab Yesus memberikannya kepada kita umat beriman, untuk kita kasihi, kita hormati dan kita teladani. Sebab dengan menerimanya sebagai ibu, kita dapat belajar untuk mengikuti teladan imannya sampai akhir; agar kitapun dapat masuk dalam Kerajaan-Nya dan beroleh mahkota kehidupan.

Peran Maria yang begitu besar
Terkadang banyak orang meremehkan peran Maria. Mereka lebih terkagum-kagum dengan peran Paulus atau pun Yusuf atau tokoh lainnya. Tidak salah memang memiliki panutan, tetapi sadarkah Anda bahwa Maria juga memiliki peran yang sangat besar? 

Sebagai ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan Yesus, Bunda Maria hadir secara istimewa dalam kehidupan Yesus di dunia. Di setiap peristiwa hidupnya, ketaatan iman Maria terus diuji dan disempurnakan oleh Tuhan. Mulai dari sejak terbentuk-Nya Kristus dalam rahimnya, saat kelahiran-Nya di tempat yang termiskin, saat mengungsi ke Mesir, saat hilangnya dan diketemukannya kembali Yesus di bait Allah; saat pertumbuhan-Nya sejak anak-anak sampai dewasa, Maria hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus di bawah satu atap, dalam kesederhanaan keluarga tukang kayu. 

Penyertaan Bunda Maria mencapai puncaknya pada saat ia mendampingi Kristus, sampai di bukit Golgota, di saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia. Maria melihat sendiri kesengsaraan Putera-nya yang melampaui segala ungkapan, untuk menebus dosa-dosa manusia. Di kaki salibNya, Maria melihat sendiri apa yang nampaknya seperti pengingkaran total apa yang dikatakan oleh Malaikat Gabriel saat memberikan Kabar Gembira. 

Tentu masih diingat oleh Maria ucapan Malaikat Gabriel seperti yang dicatat oleh Lukas 1:22-23 "“Ia akan menjadi besar. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Tetapi yang dilihat Maria adalah persis seperti apa yang dicatat oleh Yesaya 53:3-5 "yang terlihat adalah penderitaan Putera-nya yang tak terlukiskan, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan. Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia."

Betapa besarnya ketaatan iman yang ditunjukkan oleh Bunda Maria di kaki salib itu, di hadapan Allah! Betapa totalnya ia memasrahkan dirinya kepada Tuhan tanpa syarat, mempersembahkan segala kehendak dan pemahamannya kepada Tuhan yang tak terselami jalan- jalan-Nya. 

Di kaki salib itu Bunda Maria membuktikan persatuannya dengan Kristus, melalui keteguhan iman yang sama ketika ia menerima Kabar Gembira, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu, ya Tuhan.” Saya rasa, kita perlu belajar dari Bunda Maria untuk tetap dapat mengatakan kepada Tuhan, “Terjadilah kehendak-Mu,” dengan kepasrahan yang penuh; sebab kita percaya bahwa rancangan Tuhan jauh lebih tinggi dari rancangan kita.

Pernyataan Martin Luther
Saya pernah mendengar seorang teman kristen yang berkata "Untuk apa saya berdoa kepada Bunda Maria, wong Martin Luther aja nggak nganggep Maria kok." Dulu saya tidak memiliki jawaban atas pernyataan itu, namun sekarang saya tahu bahwa hal tersebut salah besar. Pendiri Gereja Protestan, Martin Luther pun mengajarkan bahwa Maria adalah Bunda Gereja dan umat Kristen pun harus menghormatinya.

Mari kita lihat di Luther Works, (Weimar edition), 29:655:26-656:7 yang mengatakan bahwa “Bunda Maria adalah Bunda Yesus dan bunda kita semua. Kalau Kristus adalah milik kita, kita harus berada di mana Ia berada; dan semua yang menjadi milik-Nya pasti menjadi milik kita, dan oleh karena itu ibu-Nya juga adalah ibu kita.”
Luther Works, (Weimar edition), 11:224:8 bahkan berkata bahwa “Kita semua adalah anak- anak Maria.” 

Masihkah ada alasan untuk Anda untuk memperdebatkan peran tentang Maria dan tidak menerimanya sebagai Bunda Anda? 
Masihkah Anda berdebat bahwa Katolik dan Kristen itu berbeda? 
Berhentilah membedakan satu sama lain. Kita semua adalah bagian dari tubuh yang memiliki kepala yang sama. 
Untuk saya pribadi, Kristen dan Katolik tidak berbeda, melainkan melengkapi satu sama lain.