Tuesday, November 27, 2012

Bukan Kepala? No Problemo!

"Sodara-Sodara!! Karena apa yang disebut kepala itu bukanlah ekor, dan apa yang dikatakan ekor itu bukanlah kepala. "#Halah!


Saya seringkali mendengar beberapa hinbauan dari pastor-pastor senior di gereja-gereja terdahulu baik di gereja Katolik ataupun Kristen bahwa kehidupan kita seharusnya menjadi kepala, bukan ekor. Saya mengerti bahwa maksud dan tujuan dari perkataan seperti itu adalah baik meskipun rasanya kok sedikit 'nyinyir' karena kita semua dipaksakan menjadi kepala.

Terlepas dari pernyataan motivasi di atas, saya rasa pada kenyataannya, tidak semua orang dapat menjadi kepala. Karena apabila kita semua menjadi kepala, maka siapa yang menjadi badannya? Saya rasa semua dari kita walaupun bagian dari Kristus, memiliki peran dan bagiannya masing-masing. 

Kenyataannya, di dalam tubuh Kristus itu sendiri (dalam hal ini, gereja) beberapa orang dipanggil untuk menjadi jari-jari kaki. Tidak semua orang bisa menjadi tangan kanan, mata atau telinga. Semua itu adalah bagian tubuh yang mudah terlihat dari luar. Bagian tubuh ini menjadi sorotan dari apa yang terlihat dari luar.

Beberapa orang berfungsi sebagai paru-paru, ginjal, lever, darah, hati, usus. Anggota-anggota tubuh ini berada di bagian dalam tubuh dalam artian jarang terlihat. Tetapi coba saja biarkan salah satu organ-organ tubuh ini berhenti berjalan, bisa jadi seluruh tubuh bisa berada dalam kesulitan. Bisa jadi orang-orang yang menjadi bagian-bagian dalam tubuh ini tidak terlalu dikenal, tidak berada di bawah sorotan panggung, tetapi tanpa mereka, tubuh Kristus pun mengalami kesulitan.

Sialnya, kebanyakan dari kita mau menjadi kepala meskipun kita tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk menjadi kepala. Mungkin bisa jadi fungsi dan tugas kita hanya menjadi jemari kaki atau sebatas lengan atau leher. Atau yang lebih parah, mungkin menjadi bagian di dalam tubuh. Pertanyaan saya, maukah Anda? Maukah Anda berada di belakang layar? Maukah Anda menjadi seseorang yang (mungkin) kurang terkenal di dalam tubuh Kristus? 

Siapa pun Anda, apa pun tugas dan fungsi Anda dalam tubuh Kristus, saya rasa itu bukanlah hal penting untuk Tuhan. Dia hanya ingin menggunakan Anda. Itu saja. Mungkin Anda gagal dalam hidup Anda, mungkin Anda selalu berusaha untuk menjadi kepala namun berakhir menjadi bagian lainnya. Saya yakin Tuhan akan memakai kegagalan dalam hidup Anda untuk menghancurkan hasrat besar yang ada di dalam hati Anda untuk melihat Anda berada di dalam kilauan cahaya tubuhNya.

Ketika Anda mengerti bahwa apa pun bagian Anda di dalam tubuh Kristus, itu tidak akan menjadi masalah. Anda tidak akan peduli apakah Anda berada di waktu utama atau sampingan, pemimpin kendali atau pengemas barang-barang. Yang penting adalah Anda adalah bagian dari Sang Raja, Yesus Kristus. Penting untuk kita mengerti bahwa tidak selalu setiap dari kita menjadi kepala. Menjadi bagian apa pun tidak masalah asalkan kita memiliki hati seorang hamba. Percuma saja ketika Anda menjadi kepala namun tugas dan fungsi Anda sebagai kepala tidaklah berjalan, bukan?

Lagipula, bolehkah saya tahu, apakah hebatnya menjadi kepala tanpa leher? Kepala pun tidak dapat menoleh tanpa ditopang leher.
apakah hebatnya menjadi kepala tanpa mata? Kepala pun tidak dapat melihat kalau tidak memiliki mata.
Apakah hebatnya menjadi kepala tanpa rambut? Kepala tidak dapat memiliki mahkota tanpa rambut. 

Untuk saya pribadi, satu-satunya pribadi yang cocok menjadi kepala hanyalah Yesus Tuhan dalam hidup, bukan manusia (siapa pun itu orangnya). Dan saya sangat setuju kalau kita jangan mau jadi ekor. Karena hei, kita bukan binatang, kita tidak punya ekor. Tuhan tidak menciptakan kita, manusia sebuah ekor. Dan entah kenapa kalau kita dikatakan menjadi ekor, saya selalu terbayang seekor naga. Jadi, apapun bagian tubuh Anda saat ini, bukan itu yang dicari oleh Tuhan. Yang dicari olehNya adalah orang-orang yang memiliki pengabdian penuh kepadaNya tanpa keegoisan. Orang-orang seperti ini yang sangatlah diperlukan. Banyak sekali diperlukan, malah.

Beat Your Own Idol

"Everyone can be a fans. But making everyone be your fans? It takes more than just dreaming -  My anoynimous quote"


Beberapa waktu lalu, saya membaca sebuah tabloid olahraga tenis internasional dimana sebutlah si Mamat bertanding dengan Asep. (Saya lupa nama pemainnya karena saya bukan penggemar tenis) Setelah melewati beberapa ronde pertandingan sengit, Mamat berhasil mengalahkan Asep. Mungkin terdengar biasa saja, namun satu hal yang membuat saya takjub adalah di akhir artikel tersebut dikatakan bahwa Asep sebenarnya adalah idola Mamat sedari kecil.

Bayangkan betapa Mamat mengidolakan bisa bertemu dengan si Asep. Mungkin si Mamat selalu menonton pertandingan-pertandingan Asep secara langsung maupun dari layar kaca sejak remaja. Mungkin adalah sebuah impian belaka untuk Mamat bisa bertemu langsung dengan Asep. Namun saya yakin tekad, latihan, skill, gemblengan pelatih menjadikan Mamat bisa satu panggung dengan Asep untuk bertanding melawannya dan bahkan berhasil mengalahkannya. 

Untuk saya pribadi, hal ini benar-benar hebat. Kenapa? Karena saya melihat kebanyakan dari kita hanya berhenti untuk menjadi sebatas penggemar saja. Anda mungkin memiliki idola Anda sendiri di bidang-bidang tertentu. Bisa jadi Anda (secara kebetulan atau tidak) memiliki bidang atau area yang sama dengan idola Anda. Kalau iya, pertanyaan saya, maukah Anda mengalahkan reputasi idola Anda atau setidaknya mengikuti jejak kesuksesan idola Anda?

Kalau Anda mengidolakan seorang penulis favorit Anda, mau / akankah Anda membuat sebuah karya yang  sama tenarnya dengan idola Anda? (bayangkan idola Anda juga membaca karya Anda)
Kalau Anda penggemar seorang chef favorit Anda, mau / akankah Anda membuat sebuah resep atau karya yang bisa membuat Anda bisa mengadakan demo masak bareng dengan chef favorit Anda?
Kalau Anda penggemar seorang tokoh politik tertentu, mau / akankah Anda membuat sebuah gerakan nasional baru yang positif sehingga bisa membuat tokoh politik idola Anda bergabung dengan Anda?

Saya rasa sangat mudah untuk sekedar menjadi penggemar. Siapa pun bisa dalam posisi penggemar.
Sedikit lebih susah untuk menjadi copycat idola Anda. 
Tetapi mengalahkan idola Anda? 
Dibutuhkan lebih dari sekedar mimpi.

Saya rasa itu alasan kenapa begitu banyak mengikuti acara-acara kontes seperti American Idol, Stand Up Comedy atau Masterchef. Karena mereka menyadari apa yang menjadi kesukaan mereka dan mereka termotivasi bahwa seseorang yang biasa saja pada awalnya bisa menjadi 'seseorang'. Mereka dapat membuat sebuah dunia dan warna baru dan tidak tertutup kemungkinan ke depannya mereka bisa bertemu dengan idola favoritnya.

Ketika saya menulis ini, saya jadi teringat bahwa saya mengagumi band Bon Jovi saat saya masih remaja dan saya hanya sebatas menjadi penggemar saja tanpa embel-embel bisa mengikuti jejak grup band tersebut. Padahal, kalau mau dilihat ke tahun-tahun yang berlalu, bukan tidak mungkin kalau saya mencoba membangun band atau berkarir di bidang musik, saya bisa menyamai karir band tersebut atau malahan bisa bermain musik 1 panggung dengan Bon Jovi? Terdengar seperti mimpi? Mungkin. Tetapi bolehlah kita bermimpi selama mimpi itu masih rasional dan masuk akal untuk dilakukan. Toh, bermimpi itu gratis dan tidak merugikan siapa-siapa. 

Mungkin Anda mengidolakan Agnes Monica atau Regina Idol, Tukul, Andy Warhol, U2, Vera Wang atau siapa pun itu. Pertanyaannya adalah maukah Anda menjadikan reputasi (positif) idola Anda sebagai motivasi Anda untuk maju? Mungkin Anda tidak mencapai karir atau ketenaran yang sama dengan mereka tetapi hei, mereka bisa mencapai titik tersebut. Bukan tidak mungkin kita pun bisa mencapai titik itu. Sekedar mengulang, sangat mudah untuk berdiri sebatas menjadi penggemar. Jadi, di manakah posisi Anda sekarang?

Monday, November 12, 2012

Mau Bukan Berarti Mampu

There are so many things that we wish we had done yesterday, so few that we feel like doing today.  ~Mignon McLaughlin


Saya memiliki banyak sekali keinginan untuk melakukan banyak hal untuk orang lain. 
Saya sendiri ingin menggunakan talenta saya untuk memberkati tidak hanya hidup saya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. 

Hanya saja terkadang saya atau Anda memiliki keterbatasan sumber daya ataupun akses. 
Saya ingin mengajak Anda untuk berpikir bahwa terkadang kita tidak dapat melakukan kebaikan yang kita inginkan, yang bisa kita lakukan hanyalah melakukan kebaikan yang mampu kita lakukan.

Anda dan saya mungkin memiliki begitu banyak rencana besar dalam hidup Anda atau mungkin ada impian-impian yang belum terkabul. 
Mungkin Anda ingin menulis sebuah buku laris yang dapat menggapai jiwa-jiwa lainnya, tetapi kesempatan itu tidaklah datang. 
Sambil menunggu kesempatan itu datang, maukah Anda menulis di buletin-buletin majalah gereja Anda?

Mungkin Anda ingin mengajar di seminari atau di sekolah-sekolah, tetapi tekanan hidup mendorong Anda menuju sebuah arah yang berbeda. 
Maukah Anda mengajar di sebuah kelas Sekolah Minggu? 
Maukah Anda memimpin sebuah kelompok studi?

Mungkin Anda ingin merilis sebuah album lagu rohani yang diputar di seluruh belahan dunia, tetapi Anda malahan menjadi stress karena semua label rekaman lagu seakan menolak lagu ciptaan Anda.
Maukah Anda bermain musik di sebuah gereja kecil setiap minggu?

Berhati-hatilah juga apakah benar hal-hal tersebut yang mendorong hati Anda dan saya, ataukah jangan-jangan kebanggaan yang kita harapkan karena Anda menduduki posisi atas tersebut? 
Mungkin, Anda dan saya mengalami banyak sekali kegagalan dalam hidup. 
Ya, kita bermimpi, kita berusaha, kita mencoba, namun gagal lagi. 
Dan gagal lagi.

Yang saya tahu, kegagalan mengajarkan kita sebuah karakter. 
Yakni, karakter seorang hamba. 
Dan apa yang dilakukan seorang hamba? Ia melakukan tugas berikut yang diberikan oleh tuannya. 
Ia mengerjakan apa yang ada dan tersedia baginya untuk dilakukan. 
Ia tidak memilih atau bermimpi melakukan hal ini-itu. 
Ia hanya fokus kepada tugas yang ada di hadapannya dan melakukannya sebaik mungkin

Sayangnya, kebanyakan dari kita enggan untuk memiliki sikap dan karakter seorang hamba. 
Kita menolak untuk membiarkan tangan kita menjadi kotor. 
Kita tanpa sadar tidak pernah mau terlibat di dalam bagian tersulit dalam bekerja dengan orang-orang lain. 
Kita selalu menginginkan bagian yang paling mengkilap, bagian yang menyenangkan. 
Tetapi bagian kotor dan keras di belakang layar? Yah, berikan saja bagian itu untuk orang lain.

Saya rasa, Tuhan tidak pernah menutup mata akan kegagalan kita. 
Dia akan memanfaaatkan semua kegagalan (dan juga penundaan) yang kita alami untuk mengerjakan di dalam kita untuk menjadikan kita semua memiliki hati seorang hamba. 
Itu semua adalah bagian dari proses. 
Jadi, saat ini, mari kita buka mata dan pikiran kita. 
Apa yang bisa kita mampu lakukan untuk orang lain?

Sunday, November 11, 2012

I'm Proud of Them, But Do They Proud of Me?

They never quite leaves their children at home, even when they doesn't take them along.  ~Margaret Culkin Banning


Selepas perjalanan pulang saya dari tol Bekasi ke Jakarta, saya menghabiskan waktu di mobil untuk mengobrol dengan Mama saya. Biasanya memang Saya jarang ngobrol dengan Mama saya di rumah dan memang saya tidak terlalu dekat dengan anggota keluarga saya lainnya.

Namun, saya belajar bahwa keluarga adalah hadiah dari Tuhan dan saya mau belajar untuk dekat dengan anggota keluarga saya.

Dalam perjalanan pulang di tol, sebenarnya lebih banyak Mama saya yang bercerita ketimbang saya yang bercerita sepanjang perjalanan. Saya hanya mengangguk-ngangguk dan mengomentari sedikit-sedikit tentang apa yang Mama saya ceritakan.

Mama saya bercerita tentang mukjizat-mukjizat yang terjadi dalam hidupnya.
Mama saya bercerita tentang orang-orang yang diberkati dan dipakai Tuhan di gerejanya.
Mama saya bercerita tentang adik saya yang disayang oleh seluruh anggota keluarga pacarnya.
Mama saya bercerita tentang pusingnya bekerja untuk membayar cicilan toko.
Mama saya bercerita tentang betapa banyaknya pesaing-pesaing baru yang mulai muncul.
Mama saya bercerita tentang teman-temannya yang anaknya sudah sukses
Mama saya bercerita tentang berapa jumlah hutang yang harus dibayar kepada bank untuk toko.

Saya bangga dengan Mama saya. Benar-benar bangga. 
Bisa dibilang tulang punggung keluarga saya adalah Mama saya sejak dahulu.
Walaupun sudah cukup berumur, namun Mama saya masih diberikan berkat untuk dipercaya Tuhan mengurusi semua pekerjaan toko selama bertahun-tahun dan bisa menghidupi anak-anaknya hingga bisa kuliah dan membuat dapur mengebul hingga detik ini.

Permasalahannya adalah ya, saya bangga dengan Mama saya. Namun apakah Mama saya bangga dengan saya? Karena saat dia menceritakan semua cerita-cerita saat perjalanan pulang, saya merasa begitu marah kepada keadaan karena seakan-akan saya kurang bertindak banyak untuk Mama saya. Saya merasa tidak berguna sama sekali. Rasanya yang saya lakukan selama ini hanyalah membuang-buang waktu saya untuk DIRI SAYA SENDIRI.

Kok bisa-bisanya saya durhaka karena 'membiarkan' Mama saya yang sudah berumur terus menerus bekerja seperti ini. 
Kok bisa-bisanya saya mau terus menerus bekerja dengan gaji yang segitu-segitu saja.
Kok bisa-bisanya saya tidak memantapkan rencana hidup saya lebih matang agar bisa membantu Mama.
Kok bisa-bisanya saya mementingkan diri saya setiap weekend untuk hura-hura ketimbang membantu Mama saya di toko, dan pemikiran-pemikiran lainnya.

Pada hari Ibu, tentu kita semua merayakannya karena kita semua mungkin bangga dengan orang tua kita. Tetapi saya berpikir, seandainya saja ada hari Anak. Akankah orang tua kita bangga kepada kita sebagai anaknya? Pada detik ini, rasanya satu-satunya hal yang saya inginkan hanyalah menyenangkan hati orang tua namun saya tidak tahu apa caranya. Apa jalannya? Ingin rasanya saya kaya mendadak dan memberikan rumah, mobil, dan hal-hal hadiah lainnya kepada orang tua saya dan membiarkan mereka melewati masa tua mereka dengan damai. Kenyataannya, mereka masih harus menanggung saya hingga detik ini dengan terus membanting tulang dan dipusingkan dengan masalah-masalah yang harusnya tidak lagi mereka pikirkan dan saya malu dengan keadaan ini.Sungguh saya berasa sia-sia sebagai anak.

Mungkin hal ini pun menimpa pada Anda. Mungkin Anda bangga dengan orang tua Anda. Namun apakah orang tua Anda bangga kepada Anda? Apakah mereka puas dengan jalan hidup yang Anda tempuh? Atau malah jangan-jangan mereka membanding-bandingkan Anda dengan anak orang lain? Atau malah jangan-jangan Anda tidak pernah terpikir untuk memikirkan kebahagiaan mereka?

Saya juga masih tidak tahu apa yang harus saya lakukan agar keadaan lebih baik ke depannya, namun rasanya memiliki 'moda' pemikiran ini, sudah cukup untuk memulai api semangat dalam diri saya bahwa saya tidak bisa begini-begini saja dalam hidup saya. There's gotta be something more than this. Saya tidak tahu Anda dan situasi keluarga Anda. Namun satu hal yang saya tahu pasti, waktu terus berjalan dan suatu saat mereka akan tiada dan jangan biarkan di saat mereka tiada, Anda memiliki penyesalan karena tidak melakukan ini-itu untuk mereka. Cintailah mereka. Ayo, buat mereka bangga dengan anaknya.

Thursday, November 1, 2012

Chayank, kita mau kemana?

Pria :"Sayang, kamu mau kemana hari ini?"
Wanita :"Terserah kamu kemana aja. Asal bareng kamu."
Pria : "Aaah.. Toow Tweet. "#blushed


Anda mungkin cukup jijik membaca kalimat pembuka di blog thread kali ini (sama seperti saya yang agak sedikit jijik menuliskan kalimat tersebut)

Tetapi hei  .. bukankah itu kata-kata manis dan indah dan menenangkan jiwa ketika pasangan Anda mementingkan kehadiran diri Anda ketimbang memikirkan makanan apa yang kalian makan, tempat seperti apa yang akan dituju dan lainnya. 

Saya yakin untuk siapa pun yang mendapatkan pengakuan seperti itu akan bertindak lebih. Mungkin sang pria akan membawa sang wanita ke tempat yang lebih 'baik' dan 'spesial' ketimbang biasanya. 

Bukankah seharusnya seperti itu perjalanan kita kepada Tuhan? Anggap saja kita di pihak wanitanya sekarang. Kita mengatakan kepada Tuhan "Terserah deh Tuhan, kamu bawa aku kemana, yang penting aku bareng sama kamu, Tuhan." Hei, mungkin kita tidak tahu kemana Tuhan akan membawa kita kemana. 

Mungkin Tuhan karena saking senangnya mendengar perkataan kita, dia menutup mata kita dan membawa ke tempat yang spesial. Ya, mungkin perjalanannya sedikit bergelombang, berputar atau cukup jauh, tetapi dia tetap memegang kita untuk membawa kita ke tempat spesial itu. Karena dia juga tidak sabar untuk cepat-cepat menunjukkan tempat spesial itu kepada Anda tetapi tentu akan ada perjalanan yang harus dilewati.

Kita mungkin memiliki ekspektasi kemana pasangan kita akan membawa kita. Kita mungkin memiliki ekspektasi tempat-tempat romantis yang wow, makanan-makanan enak dan ditemani lagu-lagu romantis, misalnya. 

Tetapi sadarkah Anda bukan ekspektasi yang membuat Anda mau dibawa oleh pasangan Anda. Kepercayaan yang Anda berikan kepada pasangan Anda itulah yang membuat Anda mau dibawa olehnya. Bayangkan ketika Anda tidak mempercayai pasangan Anda, saya yakin Anda tidak akan mau dibawa kemana pun oleh dirinya. Kalau pasangan Anda yang manusia bisa membawa ke tempat-tempat spesial dimaan hati Anda berbunga-bunga, bayangkan apa yang bisa Tuhan lakukan untuk Anda. Pertanyaannya hanya :

Percayakah Anda kepadaNya? 
Maukah Anda bersama Tuhan? 
.... Terlepas kemana pun Dia membawa Anda?