Tuesday, August 28, 2012

Cara membuat Tuhan marah!

Keluaran 4:10-14
4:10 Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."
4:11 Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN?
4:12 Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."
4:13 Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."
4:14 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.

Pernahkah Anda mendengar pepatah mengatakan "Apabila Anda ingin membuat Tuhan tertawa, beritahu kepadaNya rencana Anda", sebaliknya, kalau Anda ingin membuat Tuhan marah, beritahu kepadaNya tentang keterbatasan Anda. Dari perikop ayat diatas, Allah mendekati Musa dengan sebuah tugas yang sudah Tuhan rencanakan untuk Musa yaitu Tuhan berencana untuk memilih sebuah pemimpin dari sebuah bangsa yang sangat kuat pada waktu itu untuk membebaskan umatNya dari perbudakan, dan Musa-lah yang akan menjadi perwakilan dari Allah.

Respon awal Musa tampaknya menunjukkan ketidakpercayaan dirinya sendiri, sehingga ia berkata "Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir? (Kel 3:11). Respon Tuhan akan perkataan Musa ini adalah "Aku akan bersamamu". Tidak ada petunjuk lain ataupun perkataan lanjutan.

Tetapi Musa terus bertanya pertanyaan-pertanyaan yang masuk akal, Tuhan merespon semua pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa Tuhan sudah mempersiapkan semua dan tidaklah perlu Musa untuk khawatir tanpa marah. Tetapi yang terjadi kemudian adalah Musa melewati batas kesabaran Tuhan, Ia mengatakan dan menegaskan kepada Tuhan bahwa kemampuan komunikasinya yang buruk karena ia gagap, maka akan mengurangi kemuliaan Tuhan ketika nantinya Musa menjadi wakilNya. Kita mungkin tergoda untuk berpikir bahwa Musa menunjukkan kerendahan hatinya. Kenyataannya, yang terjadi adalah sebaliknya. Itu adalah harga diri.

Problema Musa adalah bukan karena ia terlalu rendah hati atau tidak terlalu percaya dengan dirinya sendiri. Tetapi harga dirinya lah yang membuat Tuhan marah karena ia berpikir kemampuan tuhan akan jatuh nantinya karena keterbatasan yang ia miliki. Semua kemuliaan Tuhan akan 'rusak' karena ia gagap.

Kita seringkali berpikir bahwa harga diri berarti kepercayaan diri yang berlebih atas kemampuan kita atau dikatakan sombong. Atau mungkin kita mengandalkan diri atas kemampuan dan kekuatan kita sendiri. Tapi ada sisi lain dari kesombongan yang sering diabaikan yaitu ketika Anda percaya keterbatasan Anda merupakan sebuah masalah dan kekuasaan Allah dan tujuan dalam hidup Anda tidak dapat memperbaiki keterbatasan Anda.

Kita terkadang tanpa sadar menjadi begitu sombong karena kita berpikir bahwa kita memiliki kemampuan untuk menggagalkan apa yang Tuhan ingin lakukan dalam dan melalui hidup kita. Kali ini Tuhan tidak lagi bersabar atau baik kepada Musa. Dia tidak merespon dengan perkataan "Kamu hanya harus percaya kepada dirimu, kamu lebih baik dari yang kamu kira" dan perkataan-perkataan motivasi lainnya.

Tuhan jelas menjadi marah karena sudut pandang Musa meremehkan dan menghina Tuhan. Allah yang memiliki kemampuan dan kekuatan yang tidak terbatas tampaknya tidak perlu mendengarkan apa keterbatasan orang pilihanNya keluhkan. Karena Ia tahu persis semua kekuatan dan kemampuan ciptaanNya saat Ia membuatnya.

Kerendahan hati yang sejati tidak dimulai dengan memiliki pandangan yang akurat tentang diri kita sendiri. Tapi dimulai dari pengertian dan pandangan yang akurat dari sudut pandang Tuhan. Kenapa? Karena dari sudut pandang Tuhan, kita akan mengerti bahwa kita adalah kecil di mataNya dan dia ingin membuat kita sadar bahwa Tuhan begitu besar sehingga kita dapat mengandalkanNya sekecil apa pun kita. Ini termasuk Anda!

Mungkin Anda berpikir Anda terkutuk menjadi orang tua yang buruk karena Anda memiliki orangtua yang buruk.
Mungkin Anda berpikir karena Anda tidak mendapatkan pengajaran yang baik, Anda tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan dalam hidup Anda.
Mungkin Anda berpikir bahwa respon teman-teman Anda saat Anda memberikan pengajaran tentang Injil akan berhenti hanya sebatas kepada seberapa sempurnanya Anda menghafal ayat.
Mungkin ...
Mungkin ...

Anda tidak sebesar itu dan Tuhan mengetahui keterbatasan Anda jauh sebelum Anda menyadarinya. Jadi jangan berfokus kepada diri Anda semata. Jangan mengecilkan diri Anda sendiri. Ingat bahwa Tuhan menggunakan orang gagap, pembunuh, gembala untuk membebaskan sebuah bangsa dan menjadi berkat untuk bangsa-bangsa lain. Bayangkan apa yang Ia bisa lakukan dengan Anda. (Yang tidak gagap, bukan pembunuh dan bukan gembala)

Kompetisi yang tidak kompeten

"Competition has been shown to be useful up to a certain point and no further, but cooperation, which is the thing we must strive for today, begins where competition leaves off." - Franklin D. Roosevelt

Saya tergelitik untuk membuat blog lanjutan tentang gereja yang seringkali menjelek-jelekkan atau membanding-bandingkan gereja lain (posting sebelumnya ada di sini)

Mungkin Anda belum secara eksplisit menemukan gereja yang menjelek-jelekkan gereja lain, namun percayalah ... hal itu terjadi. Dan untuk saya, sangat bahaya ketika sebuah gereja mencoba untuk meraih jiwa-jiwa yang tersesat untuk kembali kepada Tuhan dengan cara membanding-bandingkan gereja lain.

Seberapa baguskah kotbah yang dibawakan di gereja A apabila dibandingkan dengan gereja B?
Seberapa baguskah musik yang dibawakan di gereja A apabila dibandingkan dengan gereja C?
Seberapa baguskah video yang dibuat di gereja A apabila dibandingkan dengan gereja D?
Seberapa baguskah interior gereja A apabila dibandingkan dengan gereja E?
dan daftarnya terus menerus berlanjut....

Hal ini berbahaya bukan? Tetapi mungkin Anda tidak menyadari hal ini. Anda bisa merasakan begitu kuatnya rasa iri dan kompetisi yang hadir. Saya hanya mau menekankan bahwa ketika gereja berlomba-lomba menyelamatkan jiwa-jiwa yang belum mengenal Yesus Kristus, lawan dari kompetisi ini seharusnya bukanlah gereja lain!

Lalu kenapa kalau gereja Anda memiliki musik yang lebih baik dari gereja lain?
Lalu kenapa kalau gereja Anda memiliki video yang lebih baik dari gereja lain?
Lalu kenapa kalau gereja Anda memiliki komunitas yang lebih baik dari gereja lain?
Itu bukan standar mutlak yang bisa dijadikan dasar gereja Anda.

Kenapa tidak bisa dijadikan standard? Karena tidak ada orang / jemaat yang Anda coba raih akan pergi ke gereja seperti itu. Ketika orang yang belum mengenal Yesus atau belom pernah ke gereja, pikiran pertama mereka saat mereka keluar dari gereja Anda bukanlah "Wow! gereja ini lebih bagus dari gereja di sebelah sana". Karena mungkin mereka belum ke gereja di sebelah sana, atau malah mereka belum pernah ke gereja manapun.

Dasar untuk menjadi perbandingan untuk jiwa-jiwa yang terhilang ini bukanlah video, musik, interior gereja anda, tetapi :

Seberapa besar contoh-contoh praktikal yang secara nyata yang bisa dilihat dan didapat oleh jiwa-jiwa ini? (see)
Seberapa besar orang-orang kotbah Anda akan membawa mereka kepada kehidupan dan cara pikir yang lebih baik? (listen)
Seberapa besar jiwa-jiwa ini dapat juga menyelami dan mempraktekkan apa yang mereka dapatkan di gereja ke dalam kehidupan mereka? (experience)

Ke-3 hal ini yang seharusnya menjadi dasar dari kompetisi setiap gereja, bukan menjelek-jelekkan gereja lain. Sebagai contoh, ketika menjelang Natal. Gereja-gereja biasanya mendekorasi gereja mereka lebih meriah, karena mereka tidak mau kalah dengan hiasan gereja-gereja lain, dan bahkan kalau bisa hiasannya mengalahkan hiasan natal di mal-mal besar. Kenapa? karena setiap orang yang belum pernah menginjakkan kakinya ke gereja secara sadar atau tidak sadar akan membandingkan hiasan natal gereja A dengan gereja B.

Oleh karena itu, gereja berlomba-lomba membuat sesuatu yang tidak tertandingi dan tidak terkalahkan. Tetapi akan amat sayang ketika pada akhir perayaan kebaktian, tidak ada orang yang hidupnya diubahkan, tidak ada cara pikir baru, jemaat merasakan kebosanan yang amat sangat, sesuatu yang disampaikan tidak relevan dengan kehidupan mereka, padahal hiasan dekorasinya sangatlah meriah.

Bukankah kita sebagai bagian dari gereja juga memiliki satu hal yang tidak tertandingi dan tidak terkalahkan, yaitu Tuhan kita, Yesus Kristus? Maksud saya bukanlah kita harus membuat Yesus Kristus terkesan tidak tertandingi dan tidak terkalahkan karena Ia memang tidak terkalahkan dan tidak tertandingi. Siapa yang dapat mengalahkan Tuhan kita? Tidak ada.

Dan jelas bahwa Roh Kudus tidaklah bekerja dengan tergantung pada bagaimana kita mengukur diri kita dengan dunia luar. Tetapi bergantung dengan bagaimana kita mengukur kemampuan kita berdasarkan talenta yang diberikan dari Yesus Tuhan. Bagaimanapun, kita memang harus mengkomunikasikan Yesus Kristus dengan media yang kita miliki. Entah itu blog, musik, kotbah, flyer, majalah, artikel atau apapun itu. Dan saya rasa, harusnya media-media ini bisa mengkomunikasikan pesan dan kabar baik Alkitab. Dan media itu menjadi sesuatu yang berhubungan dengan hidup orang-orang itu secara nyata.

Maafkan saya, apabila argumen ini sedikit dangkal. Saya lebih baik dikatakan dangkal tetapi dikelilingi oleh orang-orang yang mendasarkan diri mereka berdasarkan firman Tuhan, karena saya bisa belajar banyak dari mereka. Atau dikelilingi oleh orang-orang yang mengenal Tuhan jauh lebih lama dibanding mereka mengenal saya. Saya yakin ada begitu banyak jiwa yang bisa diselamatkan menuju keselamatan yang datangnya dari Yesus Kristus dan apabila media-media di atas dapat merangkul jiwa-jiwa itu, kenapa tidak? Kenapa ragu? Disanalah mereka, dan kita yang harus menuju ke arah mereka.

Tuesday, August 14, 2012

Ketika hidup tidak adil

Sejak beberapa hari terakhir, saya merenungi tentang sebuah kata, yakni kata 'adil'. Mengingat ada beberapa teman saya yang merasa diperlakukan tidak adil, atau mereka yang tidak melakukan hal yang adil kepada orang lain secara sadar.

Saya jadi berpikir kenapa sulit untuk kita melakukan hal-hal yang bersifat adil meski keadilan adalah dambaan, harapan setiap orang dalam berbagai bidang (bukankah olahraga pun harus bersikap adil/fair?)

Sering dari kita merasa diperlakukan tidak adil. Sejak kecil pun kita sering melihat atau diperlakukan tidak adil. Mungkin oleh orang tua, kakak, adik, saudara, teman. Mungkin kita melihat orang tua kita lebih besar kasih sayangnya kepada orang lain dan kita merasa tidak adil. Mungkin kita sudah berusaha sedemikian kerasnya dalam bekerja, tetapi orang lain yang mendapat penghargaan. Mungkin kita sudah berusaha melakukan yang terbaik dalam relationship kita dengan pasangan, namun pasangan tetap saja memperlakukan kita secara buruk dan tidak peduli dengan semua usaha kita.

Apa pun alasan atau contoh yang Anda sampaikan, saya yakin Anda pernah merasa ketidakadilan hinggap di salah satu pojok perjalanan hidup Anda. Saya rasa tidaklah terlalu susah untuk bersikap adil. Kenapa? Kalau Anda hanya mau sekedar bersikap adil, Anda hanya perlu untuk menemukan 'titik tengah' agar kedua belah pihak sama-sama puas. Tetapi ketika Anda perlu untuk memutuskan keputusan yang adil DAN bijaksana ... hmm, ini baru susah karena tidak semua dari kita memiliki kebijaksanaan.

Saya ambil contoh kita memiliki kain selebar 10 meter dan ingin membaginya menjadi dua bagian untuk dua orang. Dikatakan adil jika masing-masing pihak memperoleh kain selebar 5 m. Hanya saja, jika dua orang itu berbeda fisiknya (katakanlah yang satu gemuk sehingga 5 m tadi kurang untuk membuat sebuah baju, sementara yang satunya kurus sehingga kain tadi terbuang percuma) apakah tindakan membagi dua sama besar itu adil? Jelaslah bahwa keputusan yang adil itu tidaklah selalu bijaksana. Adalah hal yang bijaksana ketika kain tadi dibagi menjadi dua bagian dengan 6m untuk si gemuk dan 4 m untuk si kurus. Dengan begitu keduanya bisa memperoleh baju tanpa ada kain yang terbuang percuma. Adil yang mengandung kebijaksanaan tidak melulu tentang 50-50 nilainya. Bisa jadi nilainya 20-80 tetapi mereka merasa puas dengan keputusan keadilan yang diambil.

Sayangnya, kita sering menggabungkan kata adil dan bijaksana. Padahal sesungguhnya hal itu tidak akurat dan tak serasi. Kalau adil, bilang saja adil, artinya sama rasa sama rata. Tetapi, bijaksana belum tentu adil. Bahkan belakangan ini, sesuatu yang digolongkan bijaksana ternyata lebih sering dimaknai negatif. Saya tidak tahu ada berapa juta atau milyar orang yang merasa dirinya tidak diperlakukan secara adil di dunia dan saya yakin sampai ketika saya meninggal nanti pun akan ada orang-orang yang diperlakukan tidak adil dan juga melakukan hal-hal yang tidak adil. Akhir kata ketika teman-teman saya selesai berkeluh kesah tentang ketidakadilan yang mereka dapatkan atau lakukan, saya hanya berpikir bahwa ketika semua orang merasa bahwa hidup mereka tidak adil ... disanalah keadilan ada.

Dan, bukankah adil ketika semua orang diperlakukan secara tidak adil? - tre haushinka

Wednesday, August 1, 2012

Kesombongan VS Kepercayaan diri berdasarkan Tuhan

“You never really learn much from hearing yourself speak.” ― George Clooney

Anda pernah bertemu dengan orang yang sombong? Saya yakin Anda pernah. Mungkin seorang perempuan yang ketika Anda dikenalkan dengannya, dia tidak mau menjabat tangan Anda. Atau mungkin Anda memiliki kenalan yang suka melebih-lebihkan prestasi mereka, jabatan mereka, dan lain sebagainya.

Anda mungkin tidak terlalu suka dengan orang tersebut, dan saya yakin banyak sekali orang seperti ini di sekeliling Anda.

Kesombongan biasa datang dari kekayaan, kecantikan, ketampanan, kekuatan fisik, keturunan, ilmu, jabatan, prestasi dan skill yang dimiliki oleh seseorang. Tetapi tahukah Anda bahwa ada pengertian yang salah tentang kesombongan.

Menurut saya pribadi, kesombongan bukanlah percaya diri yang berlebihan, tetapi kepercayaan diri yang salah tempat. Ada garis yang sangat tipis antara kesombongan dengan percaya diri. Biasanya hal ini berhubungan dengan hubungan kita dengan sesama.

Banyak orang menjadi sombong karena mereka merasa semua yang mereka dapatkan adalah hak mereka. Mereka merasa mereka mendapatkan itu dengan kekuatan mereka sendiri, dengan usaha mereka sendiri, dan Tuhan tidak ada urusannya dengan apapun yang mereka dapatkan. Dan ini bahaya karena seharusnya mereka tidak pernah boleh untuk merasa sombong atas apapun yang Tuhan lakukan dalam hidup mereka. Apa pun itu. Jangan pernah!

Apabila Anda menginginkan digunakan oleh Tuhan dengan segenap rencana Tuhan, penuhi panggilan Anda berdasarkan keinginan Tuhan. Anda tidak akan pernah bisa mendapatkan setengah dari apapun yang Tuhan inginkan dari Anda tanpa hal ini. Hal ini berlaku untuk siapapun Anda, apapun pekerjaan Anda, entah Anda seorang guru, pastor, pengacara, atau hanya seorang ibu rumah tangga.

Sebaliknya, apabila Anda ingin melihat kebaikan hati Tuhan meninggalkan Anda begitu cepat, lepaskan hati yang berdasarkan Tuhan dan jadilah orang yang sombong. Anda tidak akan mendapatkan setengah dari apapun yang Tuhan rencanakan untuk Anda, karena Anda sudah mendapatkan semua itu.

Kalau Tuhan bisa menggunakan gemala yang gagap untuk membebaskan sebuah bangsa, Dia bisa melakukan apa saja melalui Anda.
Kalau Tuhan bisa menggunakan seorang anak muda mengalahkan raksasa, Dia bisa melakukan apa saja melalui Anda.
Kalau Tuhan bisa menyebarkan firmanNya melalui seseorang yang merupakan sampah masyarakat dalam sejarah manusia, Dia bisa melakukan apa saja melalui Anda.

Kepercayaan diri yang berdasarkan atas Tuhan tidaklah dimulai dari diri kita, tetapi dimulai dari Tuhan. Kita diberikan pengetahuan yang benar atas apa yang Dia bisa lakukan melalui kita. Seperti yang saya bilang, kepercayaan diri kita dapat berubah dan salah tempat ketika kita berpikir bahwa semua ini dapat terjadi karena kemampuan dan upaya yang kita berikan. Saat itulah kesombongan masuk. Itu adalah detik disaat Anda berpikir Anda bisa melakukan segala hal tanpa hadirat Tuhan. Momen dimana Anda menuju arah yang berbeda dengan Tuhan.

Saya rasa contoh dari kisah kesombongan dari Alkitab adalah kisah saat dimana Yosua sudah mengalahkan Yerikho. Yosua sudah memenangkan pertempuran, jadi dia mengurangi pasukannya dan masuk ke dalam kota Ai tanpa orang-orang andalannya. Dia tidak disuruh Tuhan akan hal ini, Dia bahkan tidak mengkonsultasikan hal ini kepada Tuhan, Yosua berpikir bahwa berkat Tuhan akan mengikuti dia berdasarkan kemenangan yang telah dia raih di Yerikho. Dia begitu yakin hanya segelintir orang dapat mengatasi kota tersebut. Sayangnya, kepercayaan diri Yosua akan hal itu salah. Tuhan tidak bersama dia, Bangsa Israel kalah dan Yosua dipermalukan.

Bandingkan dengan Gideon yang memang secara jelas disuruh oleh Tuhan untuk mengurangi pasukannya, (Hakim-Hakim 7:2) Gideon tidak ragu untuk mengurangi pasukannya dari 32.000 pasukan menjadi hanya 300 orang. Dia tidak begitu yakin grup kecil ini dapat mengatasi musuh kalau dia tidak yakin Tuhan bekerja bersamanya. Kepercayaan dirinya berada di tempat yang tepat, dan Tuhan mendapatkan keagunganNya.

Seperti yang saya katakan, Anda tidak pernah boleh dan bisa menyombongkan diri Anda atas apa yang telah lakukan melalui Anda. Tetapi Anda dapat percaya diri dalam kemampuan Anda untuk melakukan apa pun untuk Tuhan karena Tuhan yang memberikan kemampuan dalam diri Anda.

Kalau Tuhan mampu dan dapat menggunakan gembala yang gagap untuk membebaskan sebuah bangsa, seorang anak muda mengalahkan raksasa, grup kecil tentara untuk mengalahkan ribuan ... Dia tidak membutuhkan Anda untuk melakukan itu untukNya, karena Anda tidak dapat melakukan semua itu tanpa Dia. Dan kenapa Anda tidak boleh untuk sombong, karena sadarkah Anda, ketika Anda berpikir bahwa semua yang Anda miliki sekarang adalah karena kemampuan Anda, Tuhan bisa mengambil semua itu hanya dalam satu hari. Bisa jadi detik ini.