Thursday, November 24, 2011

In Time : Ketika waktu adalah uang.

"Just once I'd like to wake up with more time on my hand than hours in the day."

Film ini mengisahkan ketika di masa depan, setiap manusia akan secara genetika berhenti menua ketika manusia mulai berusia 25 tahun dan akan mulai 'hidup' 1 detik setelah mereka mencapai umur 25 tahun.

Mata uang yang dipakai di dunia In Time adalah Waktu -mulai dari detik, menit, jam- Anda bisa membeli kopi seharga dua menit, gaji Anda dibayar sebanyak 30 jam, bahkan Anda bisa mentransfer waktu hidup Anda kepada orang lain. Sisa waktu hidup manusia akan terpancar dari cahaya glow-in-the-dark yang terdapat di dalam lengan setiap manusia. Orang kaya bisa hidup selamanya, sementara orang miskin harus mencoba segala cara untuk tetap hidup.

Will Salas (Justin Timberlake) kehilangan ibunya karena harga-harga barang dan jasa naik secara tiba-tiba mengakibatkan Will Salas pergi ke GreenWich, kota metropolitan dimana orang-orang kaya tinggal dan hidup didalamnya dengan waktu yang sangat banyak setelah secara kebetulan dia diberikan waktu yang sangat banyak oleh seseorang yang sudah bosan dengan hidupnya. Di kota itu, Sylvia Weis (Amanda Seyfried) akhirnya turut membantu Will dalam merubah sistem mata uang yang ada untuk keadilan.

Menurut opini saya, secara keseluruhan film ini berjalan dengan alur yang lambat namun masih bisa dinikmati. Akting dari Justin Timberlake dan Amanda Seyfried cukup lumayan untuk saya, namun saya kurang menyukai akting dari TimeKeeper yang diperankan oleh Cillian Murphy yang menurut saya agak kaku. Saya cukup tertarik dengan konsep "Waktu adalah uang" yang diceritakan secara harafiah di film ini. Tampaknya pembuat film ini ingin mengajak penontonnya untuk lebih menghargai waktu yang kita miliki. Ada beberapa hal yang menjadi pemikiran saya setelah menonton film ini.

1. Apakah Anda berjalan? Atau Anda berlari?
Di dalam film ini, ketika Will Salas pertama kali datang ke kota GreenWich, ia menarik banyak perhatian orang-orang hanya karena dia ... berlari. Kenapa begitu? Karena berlari / terburu-buru adalah salah satu ciri-ciri orang yang sadar dia tidak memiliki banyak waktu dan ingin menghargai waktunya. Masyarakat di kota GreenWich tidak pernah berlari, mereka cenderung berjalan santai, pelan karena mereka memiliki banyak sekali waktu. Saya cukup tersentak ketika menyadari pemikiran berikut : Orang yang memiliki lebih sedikit waktu akan benar-benar menghargai waktu, dan orang-orang yang memiliki banyak waktu, cenderung tidak menghargai bahkan membuang-buang waktu. Apakah Anda berlari? Atau Anda sedang berjalan dan membuang-buang waktu Anda?

2. Seberapa besar Anda ingin hidup abadi dan tidak bisa mati?
Philippe Weis: Orang yang mau hidup abadi, mereka harus mengorbankan banyak orang.
Will Salas: Tidak ada manusia yang harus hidup abadi, jadi tidak ada yang perlu mati.

Apakah Anda mengorbankan orang lain hanya untuk keinginan Anda? Apakah Anda egois dengan memperdaya / menipu orang lain untuk tujuan Anda? Bahkan di film ini, diceritakan bahwa orang yang memiliki kekayaan 100 tahun hidupnya pun dengan rela menukar sisa waktunya untuk kebahagiaan orang lain. Bagaimana dengan Anda? Relakah Anda menukar waktu Anda untuk mendengar keluhan orangtua Anda? Sudahkah Anda meluangkan waktu Anda untuk mengucap syukur kepada Tuhan? Relakah Anda menukar waktu Anda untuk melakukan pekerjaan Anda sehari-hari?

3. Poster In Time vs Sang Penari.
Hanya sekedar selingan opini saya tentang poster film yang dipasang dibioskop-bioskop Indonesia. Saya juga baru menyadari setelah teman saya nyeletuk bahwa poster film In Time ini sama dengan film buatan Indonesia yang berjudul Sang Penari. Kalau Anda lihat poster Sang Penari dengan poster In Time di sebelah, bagaimana menurut Anda? Kebetulankah? Tentu saja saya harap tidak, meskipun kalau ternyata benar, saya juga memakluminya. (Maklum, plagiarisme adalah salah satu kemampuan alami negatif orang-orang Indonesia, toh?)

Setelah menonton film ini, saya bersyukur bahwa Tuhan memberikan kita waktu dan Dia begitu bermurah hati karena kita tidak bisa melihat berapa sisa waktu yang kita miliki. Seakan kita diberikan kemampuan untuk melupakan waktu. Dan saya juga merasa beruntung, terkadang Tuhan memberikan kita extra time. Sebagai manusia, terkadang kita tidak ingat / tidak sadar suatu hari nanti kita akan meninggal dan waktu kita akan habis di dunia ini suatu saat nanti. Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah menghargai waktu yang diberikan kepada kita?

Setidaknya melalui film ini, saya tersadar untuk lebih menghargai waktu. Saya yakin Tuhan akan berkata-kata kepada kita sama persis seperti kalimat terakhir Henry Hamilton saat dia memberikan seluruh waktu hidupnya kepada Will Salas, "Dont Waste My Time."

No comments:

Post a Comment