Friday, November 25, 2011

Belekberi (Blackberry)

"Sekarang bukan lagi era telepon atau sms. Tapi, era-nya Blackberry Messenger. PING!"

Tahukah Anda bahwa Indonesia adalah pengguna BB terbesar di Asia? Kok bisa? Masyarakat Indonesia memiliki kultur budaya yang suka mengobrol, mencintai sesuatu yang murah, bagus, cepat, instan dalam berkomunikasi. (Kalo perlu, gratis alias minjem!).

Jadi, Blackberry bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat untuk mengobrol yang besar ini. Cukup menggunakan Blackberry (BB), kita bisa melakukan semuanya mulai dari chatting, sosial media, ngobrol dengan teman, multimedia dan lain sebagainya.

Sudah menjadi pemandangan yang biasa di kota-kota besar Indonesia bahwa muda-mudi, orang tua, kakek-nenek mahir menggunakan Blackberry.

1. Pertemanan bisa sangat jahat ketika Blackberry muncul.
Menurut opini saya, sistem pertemanan Indonesia itu terkadang amat-sangat jahat, khususnya untuk para muda-mudi. Saat ini, tidak mempunyai Blackberry berarti Anda ketinggalan jaman / nggak gaul. Saya pernah mendengar sekumpulan anak cewek yang agak memaksa temannya untuk menggunakan uang sekolah bulanannya untuk membeli Blackberry saat saya sedang membeli aksesoris handphone saya di daerah Roxi. Berikut cuplikannya :

Temen koempoel : "Lo pake BB dong kaya kita-kita, biar kita gampang kontekannya!"
Si korban : "Pengen sih. Tapi duit dari mana?"
Temen koempoel : "Pake aja uang sekolah lo. Ntar tinggal bilang ke bonyok lo uangnya ilang atau jatoh. Atau apa, kek. Boong dikit gapapa lah. Ga setia kawan loe"
Temen-temen koempoel (yang laen) : "Iye lo! Beli aja (ngomporin)
Saya : "Alamakjan!"

Untungnya, si gadis korban, sebut saja Mawar, berhasil menahan imannya dan menolak ajakan dan paksaan teman-temannya. Agak miris mendengarnya memang, tapi itulah faktanya. Saya sendiri menggunakan Blackberry karena tuntutan pekerjaan sebenarnya.

Rekan-rekan sekantor, bos, klien, teman-teman, semuanya sudah menggunakan BB. Jadinya saya yang diomelin karena tidak memakai BB. Meskipun awalnya saya tidak menyukainya karena spesifikasi dan fitur Blackberry sebenarnya biasa-biasa saja, namun seperti yang saya bilang, terkadang pertemanan di kota-kota besar bisa sangat jahat. Dan sialnya, saya jadi BB-addict juga. (#tepokjidad). Tidak memegang Blackberry, hidup serasa kurang lengkap! Halah...

2. Blackberry hanya 'laku-keras' di Indonesia?
Seperti yang saya tulis diatas bahwa pengguna terbesar BB adalah Indonesia. Kejadian lucu saat saya bepergian ke Jepang. Entah disana adalah negara yang sangat maju secara teknologi atau apa, kebanyakan dari mereka menggunakan handphone lokal seperti NTT Do Co Mo atau Vodaphone, tidak jarang juga iPhone. Wong gimana ngga mau pake merek lokal, Handphone cupu disana kecepatan internetnya aja secepat air bah mengalir. Dan kebanyakan dari mereka tidak tahu Blackberry itu apa. Bahkan BB teman saya sempat ditawar 3500 yen oleh penjaja elektronik di daerah Akihabara. (350.000 rupiah doang, padahal BBnya Torch. Sakit hati).

Saat saya menulis artikel ini, Blackberry meluncurkan tipe baru yakni BB Bold Bellagio (9790) di Pacific Place untuk 1.000 orang pertama. Anda tentu sudah tahu seperti apa euforia yang terjadi disana tentunya. Ada teman saya yang rela untuk menginap disana untuk mendapatkan nomor dan jam 6 pagi, tebak berapa nomor antriannya! Nomor 453 saja saudara-saudara. Teman saya mengatakan "Orang-orang yang mengantri BB terbaru ini adalah orang-orang yang ingin kelihatan keren, tapi dana pas-pasan." Anda setuju? Saya cukup setuju.

3. Setidaknya, kita bisa lebih hemat dan cepat.
Memang benar bahwa menggunakan BB sekarang jauh lebih hemat dan cepat. Hemat karena kalau dulu saya harus menyisihkan setidaknya 100rb rupiah untuk pulsa telepon supaya bisa sms-an. Sekarang saya hanya menyisihkan 45rb/bulan untuk BBM-an. (sepuasnya). Cepat karena saya bisa mengirimkan proposal, desain, materi kerjaan lewat BB ke bos atau rekan kerja atau lainnya. Bayangkan, sekali sms Rp.350 perak. Bisa dihitung berapa rupiah yang harus dikeluarkan kalau seharian kita ngobrol dengan sms ke 20 orang sebanyak 100 sms?

4. Pin BB is a Must!
Lucunya, sekarang orang-orang lebih takut kehilangan no PIN kontek BB-nya dibanding kehilangan nomor telepon. Saya punya teman yang suatu ketika tanpa sengaja BB-nya kecemplung di toilet kamar mandi, terpaksa membeli BB baru lagi dan stressnya bukan main. Ratusan PIN BB yang ada di Blackberry lamanya hilang semua.

Kalau Anda merasakan / mendapatkan hal yang sama dengan paragraf ini, Anda mendapatkan simpati saya. Saya sendiri pun seperti ini rasanya, saya sudah jarang menyimpan nomor telepon di handphone BB saya. Karena saya pikir, toh saya bisa dengan mudah BB-an. Teman baik saya yang tidak menggunakan BBmengatakan, "Itulah sindrom orang yang pake BB, kalau BBnya off, kesannya dunianya berhenti. mereka lupa masih ada telepon dan SMS."

5. Hati-hati dengan penyakit Blackberry Thumb!
Apabila Anda pengguna Blackberry dan sering merasakan sakit atau nyeri pada ibu jari Anda, mungkin Anda terkena penyakit baru yang sedang banyak dialami yaitu, 'BlackBerry Thumb'. Blackberry Thumb adalah nama yang diberikan untuk cidera regangan berulang akibat ibu jari mengetik di atas keypad yang kecil.

Masalahnya adalah orang melakukan aktivitas yang sama untuk periode lama padahal tubuh tidak diciptakan untuk melakukan hal seperti itu. Saya sendiri sekarang sering merasakan nyeri pada jempol tangan kanan saya. Rasanya tulang persendian jempol saya selalu ingin di-pletek'in melulu karena nyeri. Apakah saya mengidap Blackberry Thumb? Amit-amit jangan.

6. More virtual friend, Less real friend.
Sebalnya, karena BB itu tidak memiliki batas jarak. Terkadang teman saya pun sampai curhat lewat BB. Jujur, sejak saya menggunakan BB, saya merasa teman saya di dunia nyata berkurang jauh. Sekarang saya memiliki jauh lebih banyak teman virtual. Maksud saya virtual adalah hanya chat by BB / YM saja.

Akibatnya? Saking seringnya saya kopidarat di BB, saya jadi sedikit canggung apabila bertemu orang secara langsung. Beda rasanya kalau saya chat dengan mereka di BB. (Fakta yang menyedihkan namun itu yang terjadi)

Yang terjadi biasanya ketika saya mematikan lampu kamar bersiap mau tidur, ditengah kegelapan, ada seberkas sinar kecil yang terus menerus berkedip menunjukkan ada BBM masuk. Apa isinya? Ternyata hanya tes contact, ada yang sekedar broadcast message.

Itu masih mending, beberapa kali saya mendapatkan ada teman yang menerus PING! hanya karena mereka tidak bisa tidur dan mencari teman ngobrol di BB. Bukannya saya tidak mau meladeni atau mengobrol dengan mereka. Tapi tolong hargai waktu orang lain juga karen saya juga butuh istirahat dan butuh waktu untuk menikmati quality time saya secara personal tanpa gangguan BBM masuk. Akhirnya saya memutuskan, kalau memang mau curhat, setidaknya silahkan telepon ke nomor Esia saya. Saya sedikit males dan capek menunggu kiriman Delivered dan Read dari Blackberry.

Sering saya mendengar teman-teman saya cerita bahwa si A curhat sampai pagi sampe teman saya kurang tidur. Bisa dilihat dari matanya yang sembab dan kantung mata seperti panda. Tidak lupa beberapa belek (kotoran mata) yang masih ada di pinggir matanya. Benar-benar dunia Belek-Beri.

1 comment:

  1. Nice article,... Nambahin aje, kenapa di luar negeri bb ga selaku di indo,... Karena di indo plan bb murah bangt... Kemaren gue buat langganan bb selama jalan jalan di singapore untuk 3 hari aktif pakai starhub green, gue harus merogoh kocek sekitar 80 ribu. Kalo di indo 55 ribu udah bisa pake paket yang 1 bulan bb gaul. (Denger2 ada yang 49 ribu malah). Jadi kalo ditanya kenapa di luar negeri bb galaku, sebenernya bukan karena masalah kecepatan internet, tapi harga layanannya yang murah tuh. Layanan murah, karena indonesia penduduknya banyak, jadi bisa main kuantitas, kalo di negara yang penduduknya dikit kayak singapore ga mungkin bisa kasi rate bb plan seperti di indonesia. No wonder diluar negeri ngga berkembang si bb :). Hehehhe.

    Kalo keliatan kaya tapi dana pas pasan ga bisa di generalisasi juga bro :). Namanya diskon, orang kaya duitnya miliaran juga kalo ada promo mercy sls amg diskon 50 persen pasti mereka rela antri jubel2an. Wkakakka.

    ReplyDelete