Monday, September 24, 2012

Putuskan dan Lupakan

Seorang usahawan muda di Jakarta memiliki 10 juta dollar AS atau setara dengan 94 miliar. 

Ia bingung untuk menginvestasikan uangnya. Kalau dideposito dan ia mendapatkan bunga 4 persen setahun, uangnya bertambah Rp. 3,769 miliar. Cukup enak. Namun dia tidak mau hanya menyimpan uangnya di bank. Ia ingin mencoba bertarung di lapangan.

Usahawan muda itu meminta nasihat kepada ayahnya yang seorang usahawan komponen otomotif. Ayahnya berkata, "Mantapkan hatimu! Masuklah ke bisnis yang engkau sukai dan benar-benar kuasai. Jangan terombang-ambing. Jangan silau dengan kesuksesan orang lain. Putuskan, dan lupakan!"

Usahawan muda ini terkesima oleh ucapan ayahnya. Ia lalu menimbang lagi. Kalau membangun hotel bintang dua, ia bisa mendapatkan dua hotel dengan masing-masing hotel memiliki 100 kamar lebih. Jika hotel selalu 'hampir penuh' dan dikelola baik, ia bisa berharap modal kembali kurang dari empat tahun. Ia tinggal menghitung laba.

Kalau membuka kafe waralaba asing, ia bisa memperoleh setidaknya 30 kafe kelas satu. Ia masukkan ke mal dan bayar sewa. Kalau berjalan mulus, investasi bisa balik dalam tiga tahun. Tetapi, bagaimana jika gagal?

Terombang-ambing, ia teringat nasihat ayahnya. Masuklah ke bisnis yang dikuasai benar!! Dan bisnis itu adalah perminyakan. Selama delapan tahun terakhir, ia bekerja di sebuah perusahaan minyak bumi. Maka, ia tetapkan hati untuk masuk ke usaha minyak.

Berdasarkan izin legal yang ia peroleh, ia gunakan uangnya untuk 'mencari sumur minya' di Pulau Sumatera. Menurut perhitungan sederhana, kalau beruntung, pencarian pertama saja sudah bisa menemukan sumur minyak. Pada eksplorasi pertama, tidak ditemukan apa-apa. ia tidak terpukul. Pada eksplorasi ke delapan, ditemukan sumur minyak, tetapi tidak banyak. Ongkos eksplorasi malah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan perolehan minyak. Di sini ia berdebar. Terus atau tidak? Uang yang ia miliki hanya cukup untuk dua kali lagi eksplorasi. Bagaimana jika hasilnya nihil?

Pada titik yang amat kritis ini, ia teringat kembali nasihat ayahnya. Putuskan dan lupakan!! Ia putuskan untuk terus mencari. Lupakan, agar ia tidak menyesal kalau seluruh hasilnya buruk. Pada pencarian ke sembilan, kembali timnya gagal. 

Pada kesempatan terakhir, usahawan ini bisa tersenyum. Timnya menemukan sumur minyak. Tidak besar, 'hanya' 10.500 barel per hari. Ia sujud syukur. Kini ia bisa membangun perusahaan ritel, beberapa kafe, beberapa restoran yang laris dan membeli saham sebuah bank swasta nasional.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda memantapkan hati? Masuk ke bisnis yang benar-benar Anda sukai dan kuasai. Memutuskan dan kemudian melupakan?

No comments:

Post a Comment