Saturday, September 29, 2012

[15 Sept 2012] Selamat Jalan Meita

Watching a peaceful death of a human being reminds us of a falling star; one of a million lights in a vast sky that flares up for a brief moment only to disappear into the endless night forever.  ~Elisabeth Kübler-Ross

29 September 2012, 15:11

Terkaget-kaget setengah mati ketika Blackberry Messenger saya dibalas oleh Meita, namun sayangnya bukan Meita yang membalasnya, melainkan Mamanya yang mengatakan bahwa Meita sudah meninggal tanggal 15 September 2012 kemarin dan pada tanggal 17 September 2012, sudah dikremasikan di Dadap. Saya mengenal Meita kurang lebih 3 tahun. Kami bertemu beberapa kali namun lebih sering berbicara melalui media online khususnya YM dan BBM. 

Anaknya sangat baik dan juga lugu serta sederhana. Cukup banyak hal yang dia tidak ketahui dalam dunia ini, jadi kami sering berdiskusi tentang banyak hal yang dia belum tahu yang mana memang biasanya saya yang banyak bercerita dan mengirimkan berbagai macam foto lewat BBM. Beberapa contohnya dia bahkan belum pernah mengunjungi Senayan City. Meita juga belum pernah makan di Sushi Tei. Keluar negeri pun dia belum pernah. (cukup berat untuk saya menulis semua ini) dan masih banyak lagi.

Saya tahu bahwa beberapa bulan lalu dia terjangkit oleh HIV. Teman saya Meita meninggal karena dia terjangkit oleh HIV (Belum sampai tahap AIDS, setahu saya). Dia cerita kepada saya bagaimana dia mendapatkan HIV dan lainnya dan saya mungkin tidak akan menceritakan itu di blog ini. Jadi semenjak saya mengetahui dia terjangkit HIV, kami semakin sering ngobrol dan saya memberikan dia support agar dia tetap tegar.

Saya ingat benar bahwa sekitar 2 bulan lalu, Meita sempat mengirimkan pesan kepada saya pukul setengah 3 pagi. Dia mengatakan dia sungguh ketakutan. Saya bertanya kenapa dia takut. Dia mengatakan bahwa bangsal tempat dia dirawat sebenarnya dihuni oleh 6 orang namun baru tadi dia mengetahui bahwa hari itu tinggal hanya dia sendiri yang dirawat. Dia berpikir apakah orang-orang lain yang dirawat disana telah putus asa sehingga tidak lagi mau meminum obat antiviral mereka atau lainnya. Dia juga ketakutan dan merasa hidupnya belum benar dan masih banyak hal yang ingin dia lakukan di dunia ini.Saya hanya mengatakan dia harus tegar dan pasti bisa melewati semua ini asalkan dia hidupnya sehat dan tidak lupa meminum obat antiviralnya.

Ada satu hal juga yang rasanya Meita sangat sedih ketika dia terjangkit HIV. Dia tahu bahwa dia tidak bisa punya anak karena dia tahu resikonya sangat besar untuk memiliki seorang anak dengan kondisi teridap HIV. Dan dia juga sering bercerita kepada saya betapa dia iri dengan teman-temannya yang sudah menikah, hidup normal dan memiliki anak. Pacarnya sendiri pun tidak terlalu lagi ambil pusing dengan dirinya ketika dia tahu bahwa Meita mengidap HIV. Sering Meita bercerita bahwa pacarnya sedang pergi ke mal dan dia hanya di rumah, di kursi roda entah mau melakukan apa. Namun, yang saya tahu, Meita menunggu dan mengejar pacarnya ini selama kurang lebih 8 tahun, jadi dia juga mengatakan tidak masalah dirinya tidak dianggap selama pacarnya senang dan masih mau berkomunikasi dengan dirinya.

Kabar terakhir yang saya tahu adalah virus HIV sudah melumpuhkan kedua kakinya sehingga dia harus menggunakan kursi roda. Dan saya juga tahu bahwa dia berdoa dan berusaha sedemikian keras setidaknya untuk bisa berjalan lagi.Sialnya, pada saat bulan Mei, komunikasi saya dengannya terputus karena handphone BB saya rusak sehingga kami tidak berkomunikasi selama hampir satu bulan.Namun ternyata Tuhan berkata lain.

Saat saya menulis ini, saya menahan keras untuk tidak menangis. Saya merasa sedih kenapa saya tidak menghibur dia lebih? Kenapa saya tidak membawanya ke Senayan City. Kenapa saat dia masih hidup, saya tidak hangout dengannya lebih lagi atau mentraktir dia Sushi Tei? Saya bukan pacarnya memang, tapi saya merasa sangat kehilangan dia sebagai teman. Saya mengerti sekali kesendirian dan kesepian yang dia alami. Ketakutan yang dia rasakan. Tidak adil rasanya orang seperti dia harus lebih dahulu meninggalkan dunia ini.

Ketika penyesalan saya bertambah karena merasa tidak berbuat sesuatu yang lebih untuk dirinya, saya belajar bahwa hidup ini sebentar. Sangat sebentar. Dan kesehatan sangatlah penting. Teman saya Meita berumur 28 di tahun 2012 ini. Masih sangat muda dalam ketidaktahuannya. Saya berharap di dalam momen komunikasi saya dan dia terputus, dia mau memaafkan saya karena saya tidak ada untuknya, karena saya tahu, mungkin saya adalah satu-satunya teman yang bisa diajak ngobrol olehnya karena saya tahu dia tidak memiliki banyak teman. Apalagi sejak terjangkit HIV, otomatis temannya semakin sedikit.

Apa pun yang saya tulis di blog ini tidak akan lagi bisa mengembalikan Meita. Saya hanya berharap di hari-hari akhir hidupnya, dia mendekatkan dirinya kepada Yesus. Saya juga tahu bahwa dia sekarang mengetahui betapa ibunya mencintai dia karena saat awal-awal dia terjangkit virus HIV, mamanya tanpa lelah merawat dia. Dia bercerita betapa dia merasa sangat durhaka ketika masih sehat kepada mamanya. Namun, setidaknya dia tahu kasih sayang keluarganya kepadanya melebihi segalanya. 

Saya berdoa agar Tuhan Yesus mau mengampuni kesalahan dirinya selama di dunia ini dan mau menerima anakNya yang sudah berpulang di tanggal 15 September 2012 lalu ke dalam tanganNya. Saya juga berharap agar keluarga Meita tabah dan melanjutkan hidupnya karena saya tahu Meita adalah anak pertama dan masih memiliki dua adik perempuan. Sayangnya Meita dikremasi sehingga saya tidak bisa mengunjungi makamnya.

Melalui blog ini, saya juga ingin menyampaikan hormat saya kepada Meita dan juga permohonan maaf apabila support dan dukungan saya kepadamu masih kurang dan tidak cukup. Selamat jalan Meita. Aku tidak bisa melihatmu lagi dari sini, tidak bisa lagi berbicara banyak kepadamu. Namun aku berharap dan aku mencoba untuk yakin, engkau tersenyum ketika melihatku menulis ini dari atas sana dan engkau tidak lagi merasakan sakit dan sedang berada dalam pelukan Yesus. Terima kasih atas pertemanan, pelajaran dan juga quality time yang ada selama kita pergi. Aku tidak akan melupakanmu sebagai teman. Selamat jalan temanku. Titip salam untuk Tuhan Yesus, ya.

I know you are in a good place now.

Monday, September 24, 2012

Putuskan dan Lupakan

Seorang usahawan muda di Jakarta memiliki 10 juta dollar AS atau setara dengan 94 miliar. 

Ia bingung untuk menginvestasikan uangnya. Kalau dideposito dan ia mendapatkan bunga 4 persen setahun, uangnya bertambah Rp. 3,769 miliar. Cukup enak. Namun dia tidak mau hanya menyimpan uangnya di bank. Ia ingin mencoba bertarung di lapangan.

Usahawan muda itu meminta nasihat kepada ayahnya yang seorang usahawan komponen otomotif. Ayahnya berkata, "Mantapkan hatimu! Masuklah ke bisnis yang engkau sukai dan benar-benar kuasai. Jangan terombang-ambing. Jangan silau dengan kesuksesan orang lain. Putuskan, dan lupakan!"

Usahawan muda ini terkesima oleh ucapan ayahnya. Ia lalu menimbang lagi. Kalau membangun hotel bintang dua, ia bisa mendapatkan dua hotel dengan masing-masing hotel memiliki 100 kamar lebih. Jika hotel selalu 'hampir penuh' dan dikelola baik, ia bisa berharap modal kembali kurang dari empat tahun. Ia tinggal menghitung laba.

Kalau membuka kafe waralaba asing, ia bisa memperoleh setidaknya 30 kafe kelas satu. Ia masukkan ke mal dan bayar sewa. Kalau berjalan mulus, investasi bisa balik dalam tiga tahun. Tetapi, bagaimana jika gagal?

Terombang-ambing, ia teringat nasihat ayahnya. Masuklah ke bisnis yang dikuasai benar!! Dan bisnis itu adalah perminyakan. Selama delapan tahun terakhir, ia bekerja di sebuah perusahaan minyak bumi. Maka, ia tetapkan hati untuk masuk ke usaha minyak.

Berdasarkan izin legal yang ia peroleh, ia gunakan uangnya untuk 'mencari sumur minya' di Pulau Sumatera. Menurut perhitungan sederhana, kalau beruntung, pencarian pertama saja sudah bisa menemukan sumur minyak. Pada eksplorasi pertama, tidak ditemukan apa-apa. ia tidak terpukul. Pada eksplorasi ke delapan, ditemukan sumur minyak, tetapi tidak banyak. Ongkos eksplorasi malah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan perolehan minyak. Di sini ia berdebar. Terus atau tidak? Uang yang ia miliki hanya cukup untuk dua kali lagi eksplorasi. Bagaimana jika hasilnya nihil?

Pada titik yang amat kritis ini, ia teringat kembali nasihat ayahnya. Putuskan dan lupakan!! Ia putuskan untuk terus mencari. Lupakan, agar ia tidak menyesal kalau seluruh hasilnya buruk. Pada pencarian ke sembilan, kembali timnya gagal. 

Pada kesempatan terakhir, usahawan ini bisa tersenyum. Timnya menemukan sumur minyak. Tidak besar, 'hanya' 10.500 barel per hari. Ia sujud syukur. Kini ia bisa membangun perusahaan ritel, beberapa kafe, beberapa restoran yang laris dan membeli saham sebuah bank swasta nasional.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda memantapkan hati? Masuk ke bisnis yang benar-benar Anda sukai dan kuasai. Memutuskan dan kemudian melupakan?

Tuesday, September 18, 2012

Selangkah lagi ... Menuju Jakarta Baru!!

2 hari lagi warga Jakarta akan melakukan pemilukada putaran kedua dimana ronde pertama dimenangi oleh kemenangan Jokowi-Ahok.

Tentu saja pilihan saya pada pemilukada putaran kedua nanti pasti akan sama dengan pilihan saya saat pemilukada putaran pertama karena saya semakin yakin dan mantap dengan pilihan saya.

Kenapa saya yakin dengan pilihan saya? Karena saya percaya bahwa seorang leader yang baik adalah bukan pemimpin yang hanya bisa berencana tetapi juga bisa mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Saya percaya bahwa leader yang baik adalah seseorang yang humble, down to earth, mau mengambil resiko akan kepentingan orang banyak diatas kepentingannya sendiri.

Dan juga pilihan saya adalah sosok yang sudah terbukti program kerjanya, hasil kerjanya, memiliki karakter yang down to earth. Dan tidak hanya berhenti di situ, karakter kandidat pilihan saya juga tidak pernah menyinggung atau mencela orang lain (kalau tidak dicela / dipojokkan terlebih dahulu tentunya).

Dan hebatnya, kandidat pilihan saya bukanlah orang yang hanya mau sekedar "meneruskan" program yang sudah berjalan, tetapi lebih dari itu, kandidat pilihan saya menawarkan sesuatu yang beda, sebuah inovasi, sebuah jawaban, sebuah gerakan besar yang dapat dinikmati bersama. Bukan hanya sekedar wacana "akan..akan..akan" saja.

Kandidat pilihan saya juga melek teknologi, mulai dari facebook, twitter, skype dan lainnya. Kandidat saya bahkan sering menggunakan Skype untuk berdialog dengan warga yang memiliki masalah jarak. Kandidat pilihan saya puntidak segan mengobral nomor telepon mereka agar mereka dapat dihubungi. Bandingkan dengan kandidat sebelah yang saya bahkan tidak pernah tahu apakah mereka memiliki akun twitter dan lainnya. Jangan-jangan mereka bahkan tidak tahu apa itu twitter dan Skype.

Dari segi kampanyenya pun, saya melihat begitu banyak insan kreatif yang benar-benar mau rela untuk melakukan kampanye kreatif untuk kandidat pilihan saya, (selain juga kampanye damai). Media-media kreatif yang ditampilkan benar-benar menggelitik, membuat saya tersenyum sendiri sampai mengacungkan jempol. Mulai dari gubahan lagu, flashmob dan lainnya. Berbeda dengan kampanye dari pihak pesaing yang masih saja menggunakan isu-isu lama seperti agama, etnis, uang, bahasa-bahasa kasar dan kampungan. Saya harap masyarakat dapat melihat kandidat mana yang sebenarnya layak dipilih untuk memimpin kota ini.

Di tempat saya bekerja pun, saya memiliki beberapa teman yang setia kepada kandidat sebelah, mereka membanggakan sosok yang mereka pilih meski mereka menyadari bahwa program yang ditawarkan oleh kandidat sebelah masih tersendat-sendat. Terlepas dari apa pun pemikiran yang ada di dalam benak pendukung kandidat sebelah, saya menghormati pilihan mereka, karena ini demokrasi.

Beberapa perusahaan tempat teman saya bekerja pun tidak lepas dari tekanan yang dilakukan oleh pihak kandidat sebelah untuk memenangi pemilukada ini mulai dari acara nonton bareng secara gratis visi misi kandidat yang 'nantinya' akan dilaksanakan kalau kandidat sebelah terpilih, penyelipan uang sebesar ratusan ribu atau bantuan sembako untuk memilih kandidat tersebut. Saya mengerti bahwa beberapa perusahaan besar mungkin masih memiliki ketakutan akan tidak keluarnya izin atau dokumen yang berurusan dengan bisnis mereka apabila mereka tidak memilih kandidat sebelah, jadi pemimpin perusahaan berusaha untuk mengajak karyawan dan bawahannya untuk memilih kandidat yang menekan perusahaan mereka. Tidak hanya pemimpin perusahaan, Pak RT saja rasanya tertekan kalau saya melihat postingan Facebook salah satu teman saya, Laureen Margareth yang menulis : "Pak RT dateng nganterin surat utk pilkada, eh ada pesan sponsornya di belakang "ya pilih yg terbaik ya, yg udah pasti aman aja." Maksudnya? *angkat alis*

Sebagai warga kota Jakarta yang baik, yang tinggal dan hidup di dalamnya, saya ingin ada perubahan dengan menggunakan hak pilih saya. Perubahan yang tidak hanya kecil tetapi signifikan dimana semua warga Jakarta dapat merasakan angin badai perubahan yang besar, bukan sekedar angin sepoi-sepoi yang kemudian menghilang dengan cepat. Saya ingin Jakarta kita maju berkembang setidaknya seperti Singapura. Memiliki MRT dan Subway, orang-orangnya maju, pasar tradisional maju, pendidikan berjalan dan lainnya. Harapan saya tentu saja kandidat pilihan saya menang telak, karena saya tidak sabar untuk melihat bagaimana ekspresi kandidat sebelah ketika mereka tahu bahwa mereka kalah telak nantinya dan saya ingin tahu apa alasan yang akan mereka keluarkan ke publik untuk menanggapi kekalahan mereka nantinya. ho ho ho ....

Dan untuk teman-teman yang masih berpikir bahwa Golput itu adalah pilihan terbaik, saya dorong Anda untuk menggunakan hak pilih Anda. Saat ini suara Anda benar-benar dibutuhkan untuk membawa Jakarta ke arah yang lebih baik. Bersama suara Anda, kita hanya selangkah lagi menuju Jakarta Baru. Lets make it happen!!

Catur Tunanetra

Berkaca dari artikel di koran yang saya baca tadi pagi berjudul "Catur Tunanetra" membuat saya sedikit berpikir, bukankah saya ini beruntung?

Kurang apa saya ini apabila dibandingkan dengan mereka? Saya tidak kekurangan apapun dari segi jasmani saya, penglihatan, pendengaran, organ dalam dan luar saya bekerja dengan baik, saya pun memiliki pendidikan yang lebih apabila dibandingkan dengan mereka.

Mungkin satu hal yang kurang dalam saya adalah semangat. Yah, semangat untuk bersyukur akan segala hal.

Kalau mereka disuruh memilih, tidak akan ada dari mereka yang mau lahir dengan tidak bisa melihat. Namun kenyataannya mereka terlahir dengan kekurangan penglihatan, dan apakah saya dan mereka yang bisa melihat bersyukur akan penglihatan ini? Yang saya kagum adalah semangat mereka untuk bisa terus menjalani hidup bahkan berkarya dengan mengikuti turnamen catur. Mungkin terdengar sepele bagi kita yang tidak berkekurangan secara fisik, namun bagi mereka, bisa jadi ini adalah taruhan yang terbaik yang pernah mereka lakukan?

Pilihannya pun tidak tanggung-tanggung, Catur. Olahraga yang mengasah otak, mereka berpikir tentang strategi. Dan menurut saya, yang menjadi pahlawan adalah mereka yang berada di balik layar dari hidup-hidup orang ini, yaitu keluarganya, pelatih catur mereka, orang-orang yang mau meng-customize bidak-bidak catur ini agar dapat digunakan untuk para tunanetra ini, penyelenggara turnamen catur ini.

Mari kita menghentikan waktu sebentar dan berpikir, apabila Anda dalam posisi mereka - anda tidak dapat melihat - apakah yang akan Anda lakukan kira-kira?

Jujur, saya sendiri tidak tahu jawabannya. Mungkin saya akan berakhir sebagai gelandangan dan pengemis? Mungkin saya hanya akan diam saja dirumah dan membebani orang tua saya. Saya yakin dalam diri orang-orang yang memiliki kekurangan secara fisik, akan ada masa dimana mereka merasa tidak berharga, tidak memiliki tujuan hidup, dan mungkin menyalahkan Tuhan juga. "kenapa begini, kenapa begitu?", kalau kita saja yang memiliki jasmani yang 'lengkap' mengeluh kepada tuhan kenapa begini, kenapa begitu ... apalagi mereka?

Saya jadi ingat kitab Kejadian 1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." ... kalau saya dalam posisi memiliki kekurangan fisik seperti tidak memiliki penglihatan, tidak memiliki tangan atau kaki, mungkin saya akan menghardik Tuhan dan berkata "Kalau aku sama dan segambar dengan Engkau, berarti Engkau "cacat" juga dong Tuhan?"

Seiring dengan pengetahuan yang saya dapat, maksud serupa disini adalah kita memiliki perasaan yang sama dengan tuhan, kita memiliki emosi, kita memiliki kasih, kita memiliki perasaan. Mungkin secara fisik kita berkekurangan, tetapi bukankah kita ini adalah rancangan Tuhan. Dan bukankah rancanganNya sempurna? Pertanyaannya, sudahkah kita bersyukur untuk kesehatan kita hari ini dan ikut berdoa untuk mereka yang memiliki kekurangan secara fisik?