Monday, June 17, 2013

Cara melewati garis finish

But for each of us, isn't life about determining your own finish line? ~ Diana Nyad 


Saat saya pergi outing beberapa hari lalu bersama teman-teman kantor saya, saya belajar banyak hal tentang kepemimpinan. Saya merasa cukup beruntung memiliki atasan-atasan hebat yang mau agar anak buahnya berkembang, dimana dalam outing kali ini, para atasan saya mengatakan mereka tidak mau menjadi atasan dan menginginkan bawahan yang memimpin. Jadi saya pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi 'leader' meski ini dalam skala game semata. Saya dipilih menjadi 'leader' di beberapa games yang diadakan oleh panitia outing dimana saya memimpin rekan sejawat ataupun atasan saya di permainan-permainan ini. 

Saya mencoba menjadi pemimpin di game membuat simpul dimana saya menjadi pengarah dimana lima rekan kerja dan dua atasan saya bergerak sesuai perkataan saya untuk membuat simpul tersebut. Susah? pastinya. Berhasil? (akhirnya) berhasil. Setelah beberapa saat pusing berpikir dan banyak trial-error yang dilakukan. Untuk kita kebanyakan, mungkin kita berpikir bahwa kemenangan biasanya diraih oleh orang-orang yang berbakat dan bertalenta saja. Tetapi yang saya pelajari dari outing kali ini adalah bahwa terkadang, kemampuan kita untuk mempertahankan fokus kita dapat memberikan perbedaan besar untuk meraih sukses atau malah mendulang kegagalan.

Begitu pula mungkin nasib negara kita di bidang olahraga, saya sering mendengar bahwa kita seringkali kalah menjelang garis finish. Seringkali kita merasa sudah menang saat kita melihat garis finish, padahal kemenangan sebenarnya terjadi saat kita melewati garis finish. Entah kenapa kita seringkali melonggarkan fokus kita kepada garis finish yang telah kita lihat. Saya malu untuk mengatakan ini, tetapi tampaknya kebiasaan kita untuk melonggarkan fokus untuk melewati garis finish bisa dibilang#IndonesiaBanget. Kita merasa sudah sangat senang saat melihat garis finish dan memutuskan untuk beristirahat sejenak dan ketika musuh merebut kemenangan, kita merasa bingung kenapa kita kalah. 

Terlepas dari pertandingan olahraga, games di outing, pernikahan Anda, memantapkan karir Anda, Anda sebagai orang tua sedang membesarkan anak, atau keinginan untuk memperdalam iman Anda ke Tuhan, Anda harus ingat untuk melewati garis finish tersebut. Tidak ada orang yang ikut pertandingan lari dan puas untuk mencapai setengahnya, mereka semua ingin mencapai garis finish dan melewatinya. Sebuah finish yang hebat yang diakui. Dan untuk menjaga hal itu terjadi, Anda harus mempertahankan fokus Anda kepada hal-hal yang telah Dia taruh di dalam hidup Anda. Omong-omong soal lari, saya jadi ingat sebuah ayat yang menyuruh kita lari, bunyinya : 

"Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku. (Filipi 3:16)

Thursday, June 13, 2013

Berikan saya kembali hari-hari itu ...

"I could really use a wish right now ..."~ B.O.B


Sebutlah namanya @Costa, seorang ilustrator yang kurang ternama namun cukup handal di bidangnya. (setidaknya begitu di mata saya) dia baru saja menyelesaikan pameran galleri tunggalnya. Dia menyiapkan sekitar 24 karya ilustrasi terbaiknya. Ketika saya bertanya berapa besar uang yang dia persiapkan untuk pamerannya, dia hanya tertawa. Bukan karena dia merahasiakannya tetapi karena dia mengejek cara pikir saya yang berorientasi kepada uang.

Menurutnya tidak semua pameran harus mengeluarkan uang. Sebutlah @Costa nyeleneh tetapi menurutnya  passion yang dia lakukan secara jujur terhadap dirinya sendiri akan mendatangkan uang secara otomatis, tidak peduli berapa besarannya. Dia malah balik bertanya kenapa saya menanyakan berapa jumlah uang yang dikeluarkannya? Saya menjawab setahu saya membuat sebuah galeri pameran biasanya cukup mahal. Dia terdiam sejenak dan menjawab dia tidak mengeluarkan sepeser uang pun karena pamerannya dilakukan di garasi rumah kakaknya. Dia hanya mempromosikan jadwal pameran itu lewat sosial media dan berhasil menjual beberapa hasil ilustrasinya.

Uang yang diterimanya mungkin tidak besar tetapi apresiasi orang-orang akan hasil karyanya yang memberikan  kenikmatan yang luar biasa sehingga harga tidak dapat diukur dan membuat dia terus berkarya. Mungkin saya pun sudah melupakan hal itu. Saya jadi tersentak dan mulai ingat kembali rasanya bagaimana apresiasi orang lain benar-benar dapat membuat kita ingin membuat karya-karya berikutnya. Apabila Anda berpikir hanya orang-orang seniman yang saya maksud, Anda salah.

Apabila Anda seorang ibu rumah tangga, tentu Anda akan senang saat suami Anda memuji masakan Anda. Anda akan berusaha menjadi lebih baik.
Apabila Anda seorang ayah, tentu Anda akan sangat senang saat anak Anda mengatakan betapa dia bangga memiliki seorang ayah seperti Anda. Anda akan berusaha menjadi lebih baik.
Apabila Anda seorang karyawan biasa, tentu Anda akan sangat senang saat atasan atau bawahan Anda merasa Anda adalah seseorang yang dapat diandalkan. Anda akan berusaha menjadi lebih baik.

Jujur, saya ingin seseorang membawa saya kembali ke masa-masa dimana saya belum bekerja, sebelum saya mendapatkan penghasilan. Terkadang rasanya uang memberikan lebih banyak masalah ketimbang solusi. Saat ini, saya lebih disibukkan oleh kegiatan monoton yang tujuannya hanya satu : mengisi pundi-pundi rekening bank saya. Mungkin Anda pun begitu. Kita semua berubah menjadi para maniak uang yang pura-pura tidak mendengar teriakan dan tangisan jiwa kita.

Saya tidak lagi bermain drum karena saya tidak memiliki drum dan untuk apa bermain drum karena toh, saya tidak akan menjadi musisi drum juga.
Saya tidak lagi menuliskan puisi-puisi karena siapa yang mau membayar saya untuk puisi-puisi tidak penting seperti itu? yang saya tulis adalah artikel-artikel berdasarkan data dengan sejumlah bayaran.
Mencobai bidang pekerjaan lain? Apakah penghasilannya sepadan dengan apa yang saya dapatkan sekarang? Bagaimana kalau penghasilannya tidak seperti yang sekarang? Patutkah di coba?

Mungkin Anda pun merasa tersentil saat membaca blog ini meski Anda tahu hal itu yang terjadi. Saya ingin sekali mengalami lagi masa-masa gila semasa saat saya masih kuliah tetapi dalam waktu sekarang, dimana saya telah bekerja. Bisakah hal tersebut terwujud? Saya rasa masih. Karena saya tahu banyak orang diluar sana yang masih bisa bekerja dan bahkan terkenal karena mengikuti passionnya masing-masing. 

Ingin saya mengikuti teriakan batin saya untuk mengikuti hal-hal yang saya yakin Tuhan telah persiapkan untuk saya. Saya yakin bahwa ada hal-hal yang lebih besar untuk Anda dan saya lakukan ketimbang hal-hal yang biasa-biasa saja seperti sekarang. Ketika saya menceritakan pergumulan saya kepada @Costa, dia hanya tertawa, mengejek ketakutan saya dan memberitahu saya hal ini :

"Tidak mungkin Tuhan tidak membukakan jalan terhadap passion yang kita punya. Dia yang menaruh passion itu sendiri ke dalam kita. Pertanyaannya, Anda percaya passion Anda bisa menghidupi Anda, atau tidak?"

Pertanyaan yang sama juga berlaku untuk Anda : Percayakah Anda? 

NB : Harapan saya saat hanya satu, tolong seseorang kembalikan saya ke hari-hari gila saya dimana saya tidak peduli dengan jumlah uang di rekening bank saya. Kembalikan masa-masa gila saya dan seseorang tolong buang masa-masa monoton ini. #ngarep

Monday, June 10, 2013

Tetap tenang dan tetaplah bersamaku

"Whoever claims to live in him must live as Jesus did" ~ 1 John 2:6


Beberapa minggu lalu saya menginstall aplikasi Keep Calm di iPhone saya dan membuat sebuah kalimat "Keep Calm and Stay With Me - Jesus."
Alasan kenapa saya menulis kalimat itu adalah sebagai pengingat karena saya seringkali frustasi melihat arah hidup saya yang tidak jelas. 
Saya terkadang tidak bisa melihat arah hidup saya.
Kemana tujuan saya, kemana saya berjalan dan lainnya. 
Di satu sisi yang lain, saya ingin mendengar suaraNya,
saya ingin tahu petunjukNya,
saya ingin menjalani perintahNya.
Dan terjebak di dalam kesunyian bukanlah hal yang menyenangkan.

Saya memiliki kebiasaan untuk berbicara sendiri kepada Tuhan dalam perjalanan, baik ke kantor, ke tempat hangout, dan lainnya.
Mungkin terdengar aneh namun melihat pemandangan, kemacetan, langit biru, aktifitas orang-orang di sepanjang perjalanan membuat saya lebih rileks dan dapat membuat saya bisa berterima kasih kepadaNya. Saya juga menggunakan momen itu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mengeluhkan (banyak) hal, berterima kasih untuk (banyak) hal juga yang saya dapatkan dan lain sebagainya. 
Tetapi selama beberapa hari saya melakukan aktifitas "gila" saya, saya merasa hati saya berkata seperti ini berkali-kali :

"Bagaimana kamu bisa mengetahui apa yang Aku mau kalau engkau tidak berusaha mengenalku?
"Bagaimana kamu bisa mengetahui apa yang Aku mau kalau engkau tidak berusaha mengenalku? Tetaplah tenang dan tetaplah bersamaKu."

Saya tidak tahu siapa yang berbicara seperti itu ke hati saya, mungkin pikiran saya sendiri? Mungkin Roh Kudus? Saya tidak tahu. Tetapi sebuah pengertian dimasukkan ke dalam pikiran saya bahwa  saya ingin ini itu terjadi, ingin banyak hal terwujud, ingin harapan-harapan terkabul, ingin mendengar suaraNya tetapi suara tersebut seakan menegur saya seperti ini :
"Bagaimana engkau bisa mendengar suaraKu, kalau engkau saja tidak tahu seperti apa suaraKu?"
Kamu tentu tidak ingin menikahi sebuah bayangan bukan? 
Kamu tidak mungkin mengatakan cinta atau sayang kepada seseorang apabila Kamu tidak pernah melihat atau berbicara kepada orang tersebut?
Kamu harus mulai mengenali suaraKu. 
Kamu harus mulai mengenali karakterKu."

Saya menyadari saya sangat kurang berkomunikasi kepadaNya.
Kurang membaca firmanNya secara disiplin.
Kurang berbicara dan mencoba mendengar suaraNya (lebih banyak Dia yang mendengar suara saya sepertinya)
Kurang di banyak aspek rohani. Jadi sudah semestinya saya yang berubah terlebih dahulu. Saya rasa saya harus mendisiplinkan diri saya terlebih dahulu.

Kaimat terakhir yang mengatakan "tetaplah tenang dan tetaplah bersamaku" memberikan tamparan besar. Kenapa Tuhan mengatakan tenang? Karena saya mudah sekali merasa khawatir dan pesimis akan hal-hal. Kenapa Dia mengatakan tetaplah bersamaNya? Karena seperti anak kecil yang nakal, saya ingin lepas dan bermain api meski Dia mengatakan ada bahaya di balik api dan Dia tidak menginginkan saya celaka. Apabila Anda merasa sama seperti saya, teguran ini memberikan saya dan Anda sebuah kenyataan bahwa masih banyak hal yang harus kita mulai kerjakan dan lakukan untuk mengenal Dia.