Tuesday, February 3, 2015

Do it with passion or Not At All


Begitu banyak buku yang membahas tentang passion, dan cukup sering juga saya berkumpul dengan teman-teman sekedar membicarakan passion, atau merenungkan sendiri dengan cukup lama tentang passion saya.

Meskipun ujung-ujungnya membingungkan karena menurut saya passion haruslah dilakukan, bukan sekedar dibicarakan, saya rasa pembahasan tentang passion tidak selalu berakibat baik karena masing-masing dari kita memiliki pengertian sendiri tentang passion. Tetapi setidaknya perbolehkan saya membahas tentang passion.

Untuk sebagian orang yang tidak terlalu peduli dengan passion dan merasa "ya sudah, lakukan saja apa yang kita bisa lakukan", mungkin diskusi tentang passion tidaklah terlalu menarik dan bermanfaat dan bisa jadi melihat orang-orang yang membicarakan passion sebagai orang-orang yang 'lemah' yang sekedar menjadikan obrolan tentang passion sebagai saluran komplen atau wishful thinking semata.

Untuk seorang teman yang lain berkata, "Tidak apa-apa mengejar passion, tetapi apa jadinya kalau setelah kita mengejar passion, kita tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup? Dan apakah saat dirimu mengatakan engkau ingin mengejar passionmu, apakah itu berarti kamu harus pindah kerja, atau menjadi orang yang siap hidup susah demi idealismemu?"

Sama seperti perusahaan, sangatlah haram rasanya perusahaan membicarakan passion. Kenapa? Karena mungkin para pemimpin perusahaan khawatir mereka akan kehilangan karyawan mereka apabila karyawan mereka tahu, paham dan peduli dengan passion mereka. Apa jadinya bisnis perusahaan apabila perusahaan yang notabene berorientasi profit harus meluangkan waktu dan sumber daya untuk passion para karyawannya? Oleh karena itu, pilihan paling aman adalah ya, lupakan saja passion. Lebih baik fokuskan karyawan pada pekerjaan dan produktivitas kerja semata!

Jadi tidaklah heran apabila pertanyaan pertama yang ditanyakan kepada kita saat kita pertama kali melakukan interview masuk kerja adalah "apa yang bisa Anda berikan untuk perusahaan ini?" karena (kebanyakan) perusahaan (khususnya di Indonesia) tidak akan peduli terhadap hobi Anda, passion Anda, yang mereka butuhkan adalah tenaga dan kreatifitas Anda terlepas apakah pekerjaan Anda adalah bagian dari passion Anda atau tidak.

Tetapi meskipun pekerjaan Anda mungkin bukanlah passion Anda, masing-masing dari kita memiliki passion yang dapat merubah segalanya, mulai dari orang lain, makhluk lain dan alam semesta. Kenapa bisa? Karena semua karya, kreasi, terobosan, inovasi, kontribusi yang pernah, masih, dan akan terjadi dilandasi oleh passion. Meskipun secara idealnya, passion seharusnya menjadi hal pertama yang menjadikan hidup Anda berjalan. Ketenaran, kekayaan dan kesuksesan hanya menjadi efek samping akibat passion Anda.

Tidak semua orang mengetahui apa passion mereka, dan mungkin ada orang yang tidak mengerti apa itu passion. (kalau fashion, saya rasa semua orang tahu). Tetapi menurut saya pribadi, semua orang memiliki jalan hidup dan intuisi instingnya masing-masing dalam hal passion, tinggal masalah mereka menyadari dan mau mencarinya atau tidak.

Anggap saja hal tersebut seperti remah-remah roti. Serpihan roti itu adalah perasan yang dirasakan setiap kali Anda mengerjakan sesuatu dan perasaan itu menarik minat Anda akan hal-hal tertentu yang seringkali tidak kita perhatikan. Jadi untuk Anda yang tidak mengerti dan tidak tahu apa passion Anda, perhatikan hal-hal yang mengusik rasa ingin tahu Anda, membuat minat Anda tertarik selamaa ini, karena itu adalah petunjuk awal untuk memahami passion Anda.

Semua minat Anda mungkin terlihat acak, tetapi sebenarnya membentuk pola yang dapat dipahami dan dapat dimengerti oleh diri kita sendiri. Minat bisa berganti, tetapi sebagian besar merupakan bagian dari sebuah pola besar yang ada di dalam diri kita masing-masing. Sebagian minat juga dapat bertumbuh dan berkembang, sementara sebagian lainnya tetap tersembunyi. Semua tergantung pada bagaimana kita menetapkan pilihan-pilihan yang datang dalam hidup kita.

Pertanyaan terbesar dari mereka yang tidak peduli dengan passion adalah pertanyaan "Kenapa kita harus hidup mengikuti passion kita? Toh, tanpa mengikutinya hidup saya baik-baik saja." Tidak salah memang, tetapi saya rasa menjalani kehidupan berdasarkan passion adalah hal yang paling alamiah yang dapat dilakukan oleh setiap orang karena passion yang berbeda diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing dari kita.

Mencari passion berbeda dengan mencari kekayaan. Apabila Anda mencari kekayaan, benar bahwa Anda tidak perlu menjalani kehidupan berdasarkan passion karena saya memiliki banyak teman yang akhirnya menjadi marketing untuk alasan uang, padahal saya tahu passion mereka bukanlah marketing. Tetapi untuk mereka yang menjalani kehidupan berdasarkan passion "biasanya" adalah orang-orang model ini tidak mengikuti pekerjaan yang ada di market, melainkan membuka market baru atau sesuatu yang baru akibat passion mereka. Mereka tidak mencari pekerjaan yang tersedia di market, atau alasan uang berlimpah, atau ketenaran, mereka sekedar menyukai apa yang mereka lakukan dan usahaa mereka terus berkembang. Saya sendiri amazed saat melihat begitu banyak di sosial media, market kreatif yang diluncurkan oleh mereka-mereka yang mengikuti passion mereka, padahal passion mereka mungkin sama dengan kita.

Orang-orang yang menjalani hidup berdasarkan passion bertanggung jawab atas dirinya sendiri untuk mengembangkan passion mereka. Mereka juga bertanggung jawab menjadikan passion mereka untuk menjadi sebuah karya yang memberikan arti besar untuk orang lain. Mungkin Anda merasa orang-orang yang menjalani passionnya adalah orang-orang yang kreatif. Bisa jadi benar, karena dengan kreatifitas kita dapat bertahan hidup, berkembang dan terus bertumbuh. Mereka yang mengikuti passion mereka akan terus menemukan cara untuk bertahan di dalam passion mereka, tetapi mereka yang tidak mengikuti passion biasanya akan cenderung lebih cepat bosan dalam hidup.

Kalau Anda berpikir bahwa orang-orang yang menjalani passion mereka adalah orang-orang yang sukes, mmmm ... tidak juga. Kebanyakan orang merasa terhambat untuk mau terjun dan dengan malas menjalani passion mereka (meskipun mereka tahu apa passion mereka) adalah ketika mereka mengetahui bahwa passion mereka tidak memberikan uang dalam jumlah besar dalam hidup mereka.

Jadi, harus bagaimana ketika passion tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup? Apakah saya harus seperti tukang lukis di pinggiran jalan yang hidupnya senin-kamis? kan, semua harus dibayar dengan uang, bukan? Benar, bahwa semua harus dibayar dengan uang. Tetapi sadari juga bahwa passion bukanlah barang komoditas. Anda tidak dapat membeli passion karena tidak ada toko yang menjualnya. Passion hanya dapat ditemukan di setiap individu. Pertanyaannya, darimana uang berasal? Tentu saja dari hasil kerja kita, yang saya rasa akan sangat kerena apabila Anda bekerja dengan dilandasi oleh passion Anda, bukan sekedar hanya bertahan hidup seperti saya sekarang #oops

Apakah bisa mendapatkan uang tanpa passion? Bisa banget! Tetapi prosesnya belum tentu mengasyikkan dan yang pasti adalah hasilnya tidak maksimal. Mempertanyakan bagaimana jika passion tidak dapat membuat Anda dapat membayar tagihan bulan Anda sama saja mempertanyakan kenapa tamatan SD tidak dapat menghasilkan uang banyak. Kenapa karyawan baru tidak dapat menjadi direktur? Kenapa anggota politik tidak langsung menjadi Presiden? Jawabannya, semua dan apa pun di dunia ini perlu proses. Jangan melihat orang yang kaya dari segi hasilnya, tetapi lihatlah mereka dari prosesnya.

Berapa kali mereka jatuh?
Berapa kali mereka bangun lagi setelah jatuh?
Siapa mentor dan orang-orang yang mendukung mereka?
Apa prinsip mereka sehingga mereka mau menjalani passion mereka?
Apa strategi mereka mengembangkan bisnis yang berdasarkan passion mereka?

Passion dapat didefinisikan dengan banyak cara.
Definisi yang tepat adalah semua aktifitas yang membuat kita berdaya dan bergairah dalam hidup.
Kata kunci pertama adalah "aktivitas".
Kata kunci kedua "merasa berdaya", sehingga tidak harus langsung piawai, tetapi prosesnya terasa dimudahkan, diasyikkan dan diberdayakan.

Untuk Anda yang masih mempertanyakan kenapa harus tahu tentang passion, paham tentang passion dan peduli, jawabannya sudah disajikan dalam serangkaian kalimat indah ini :

"one person with passion is better than forty people merely interested" 

Monday, January 5, 2015

Mencari Sepatu Lari? Mari Kenali Terlebih Dahulu Kaki Kita Sendiri

You've set a target, now make a run for it!! - Brooks

Oke, kali ini saya ingin menuliskan sedikit tips kepada Anda tentang bagaimana mencari sepatu lari yang cocok untuk Anda. Setelah mengalami cedera tulang kering beberapa hari sebelumnya sebelum 20.15Km Project, ternyata saya mungkin memiliki kesalahan dalam memilih sepatu lari. Selama ini saya berpikir bahwa semua sepatu lari itu sebenarnya sama saja, toh fungsinya sama, untuk lari, bukan? Ternyata salah. 

Saat liburan Natal kemarin saya sempat mengincar sepatu Nike Structure 18 yang teman saya gunakan. Dia mengatakan sepatu tersebut enak dipakai, tetapi saat saya dengan bersemangat ke toko Nike terdekat dan mencobanya hingga dua kali, sepatu tersebut tidaklah nyaman dengan saya karena saya merasa telapak kaki saya "dibengkokkan" ke bagian dalam. Dan ternyata kaki teman saya adalah type underpronator.

Jadi, hal pertama yang harus dilakukan sebelum membeli sepatu olahraga adalah mengenal terlebih dahulu kaki kita sendiri. Saya sendiri baru menyadari ada istilah normal, pronation, over pronation dan lainnya setelah teman-teman lari saya memberitahu saya. Bagaimana cara mengetesnya? Saya mengutip dari website runnersworld, berikut adalah hal-hal yang perlu kamu ketahui tentang kaki kamu.


 Untuk bagian Arch, saya mencobanya dengan membasahi telapak kaki saya dan kemudian menginjak pasir sehingga bentuk kaki saya adalah flat. 
Untuk Motion Mechanics saya, setelah merekam cara saya berlari dengan kamera DSLR di treadmill, motion mechanics saya adalah normal. 
Dan cara saya menginjak tanah saat berlari adalah dengan midfoot strike (kamu juga dapat menggunakan video dengan slow motion di treadmill untuk melihat bagaimana cara kamu menginjak tanah saat berlari)



 Setelah mengetahui informasi tentang kaki saya sendiri, saya mencari kira-kira sepatu apa yang cocok untuk saya. Saya sendiri menggunakan Reebok dan Nike Free Run 5.0, tetapi berdasarkan cedera tulang kering terakhir yang saya alami, saya merasa kebutuhan saya adalah memiliki sepatu yang dapat menempuh jarak medium dan dapat sering digunakan untuk latihan sekitar 10-20km, memiliki sole yang cukup tebal(sebelumnya saya menggunakan Nike Free Run, namun tampaknya sole-nya kurang tebal) agar telapak kaki saya tidak merasa cepat panas dan tulang kaki saya tidak cepat lelah serta memiliki kontur untuk menopang midfoot strike saya. 

Setelah mencari-cari informasi lewat internet dan bertanya kepada teman-teman, ada beberapa pilihan sepatu yang mumpuni untuk saya yakni Asics, Brooks, Saucony dan Skechers. Saya sempat mencari informasi lewat website resmi masing-masing mereka, namun akhirnya pilihan saya jatuh kepada Brooks type Ghost 6 (yang mana sebenarnya yang terbaru adalah Ghost 7, hanya saja belum masuk ke indonesia) Kenapa saya memilih Ghost 6 ini? Simply karena sepatu ini cocok dan memenuhi semua kebutuhan saya (sole tebal, memiliki bantalan midfoot, warna oranyenya juga menarik) dan ditambah saya membeli sepatu ini dengan potongan harga 50% dengan total 750rb (lumayan banget kan harganya).

Saat saya pertama kali mencoba sepatu ini, yang benar-benar terasa adalah tebalnya sol sepatu ini sehingga menopang kaki saya dengan sangat baik. Posisi sole bagian dalamnya pun menurun sehingga telapak kaki saya tidak cepat letih. Bagian depan sepatu ini juga didesain agak mendongak sehingga ketika posisi kaki saya menyentuh tanah, sepatu ini dapat membantu saya berlari lebih mudah.

Brooks: Ghost 6
Brooks: Ghost 6 Logo
Brooks: Ghost 6 Bagian Belakang
Oh ya, untuk membeli sepatu olahraga / lainnya dengan diskon menarik, kamu dapat mengunjung website online planetsports atau zainist! 
Happy Shopping!

Friday, January 2, 2015

20.15K Running Project at Alam Sutra, Tangerang

Temen : "Tre, ikutan gak lari di 2015?
Gue : Boleh, berapa kilo?
Temen : Berhubung tahun 2015, jadi 20.15K
Gue : Anjriit! Bolehlah!" *telenludah


Sebuah tawaran rada nyeleneh datang dari temen dari grup lari saya pada bulan desember 2014 di Whatsapp sesuai dengan pembukaan blog ini di atas. Yap! Menyambut tahun 2015, ada ide gila untuk berlari sejauh 20.15 kilometer. Lucunya saya mengiyakan saja tawaran ini. Entah kenapa, mungkin karena euforia atau atas nama resolusi tahun baru, saya ingin mencoba berlari lebih jauh karena selama ini saya lari di kisaran 5-10 kilometer saja, jadi saya rasa tidak ada salahnya untuk melangkah sedikit jauh di tahun yang baru ini.

Sempat ada rasa deg-degan saat dua hari menyambut hari-H. Sempat terbersit untuk juga mundur dengan alasan takut gak kuat alias kabur, atau ganti deh naek sepedaan aja tapi nyampe 20.15Kilo juga tapi hey, boys gotta be grow up to be a man, right? So Runaway is not an option. Jadilah saya cukup ketar-ketir dan berlatih bersama teman-teman sebelum hari H pada bulan desember yang jaraknya hanya sekitar 6Km (itu pun terkena cedera tulang kering / shin splints) uh-oh!

Tiba saatnya hari ini dimana acara 20.15K itu diadakan. eng-ing-eng ... Diputuskan untuk bertemu di meeting point di depan Bandar Jakarta, Flavor Bliss, Alam Sutra pada jam 5.30 pagi. Dan terrnyata yang mengikuti project running ini totalnya 15 orang dari yang awalnya 6 orang. Semakin semangat tentunya melihat teman-teman baru dan lebih banyak orang yang mengikuti project ini.

Acara yang harusnya dimulai pukul 6 pagi harus sedikit mundur karena sang komandan, Bang Norman yang mengatur rute dan pemanasan telat datang alias kebablasan tidur akibat wekernya (katanya) gak berbunyi #alesan ajaa... Nah, setelah semua anggota lengkap, langsunglah di lakukan pemanasan sebentar agar otot-otot, badan tidak kaget saat berlari, dan langsunglah project 20.15K dilakukan. Rutenya sendiri dilakukan dengan memutari Loop besar yakni memutari Mal Alam Sutra sebanyak 1x dari Flavor Bliss (sekitar11km) dan masuk memutari komplek kecil 2x (total 9km). Jadi bisa dibilang dengan rute ini saja, target 20km bisa tercapai. 

Pemanasan oleh Komandan lari, Bang Norman.

Pemanasan oleh Komandan lari, Bang Norman.
Perjalanan pertama tentu dimulai dengan berjalan santai dan lari-lari kecil hingga kilometer 3. sisanya NERAKA! Nggak deh, sebenarnya yang menyenangkan apabila lari bersama-sama adalah jarak yang ditempuh tidak terasa. Hanya saja tampaknya kali ini teman-teman lari saya yang baru saya kenal ternyata kuat-kuat larinya dan kencang-kencang, jadilah saya dan teman-teman yang agak pelan tertinggal di belakang. tetapi tidak apa-apa, toh tujuannya sama dan yang penting adalah bersama di dalam grup. 

Untuk saya pribadi yang baru pertama kali melakukan lari sejauh ini, yang jaraknya hampir Half-Marathon (21Km), memasuki kilometer 8 cukup melelahkan karena nafas saya sudah cukup habis di kilometer 8 jadi saya sudah tidak terlalu banyak berlari cepat di kilometer ini, selebihnya hanya berlari kecil sesekali saja.Plus, memasuki kilometer riskan seperti ini, tentu yang menjadi penting bukan hanya Water Station, tetapi juga Pee Station, karena kebelet kencingnya sungguh sudah di ujung tanduk. Untunglah sudah cukup banyak Indomaret / Pom bensin yang bertebaran di daerah ini dan saat berada di loop besar dan dalam rangka mengatur nafas, tentu saja sesi foto-foto harus dilakukan.


Saat memasuki loop kecil (area cluster), saya merasa betah untuk berlari di Alam Sutra karena areanya benar-benar friendly untuk para pelari dan pesepeda dengan adanya jalur khusus dan melihat pemandangan indah dan rindang dari pepohonan meski demikian kewaspadaan tetap harus diutamakan karena tetap saja ada beberapa kendaraan, khususnya sepeda motor yang melawan arus meski sudah ada jalurnya sendiri #indonesiabangetdeh

The Running Track di Kompleks (Loop Kecil)
Untuk Kilometer 15 keatas menjadi lebih berat karena rasanya jarak itu adalah batas kekuatan kaki saya, karena di kilometer 15, lutut dan telapak kaki saya terasa panas, dan benar saja, di kilometer 18, saya terkena cedera kram paha dalam bagian kanan, jadi saya hampir tidak bisa berjalan. Untung saja posisi saya berada dekat WaterStation terdekat (alias Indomaret) dan berdasarkan dari informasi komandan lari, kemungkinan besar tubuh saya kekurangan elektrolit, jadilah saya membeli Pocari Sweat dan untunglah setelah menggeleparkan diri di aspal selama beberapa menit, keram paha saya hilang dan akhirnya bisa melanjutkan perjalanan kembali meskipun saya sudah tidak dapat lagi berlari di kilometer 19 - selesai. meskipun secara waktu saya sangat lambat dalam menyelesaikan acara ini, tetapi setidaknya dari segi jarak, saya berhasil meraihnya. Berikut adalah hasil lari saya : 

20.15 Km di tempuh dengan waktu 3 jam 27 menit. Lumayan lah ya untuk newbie seperti saya
 Meskipun harus berjalan tertatih-tatih menuju tempat start, dan finish paling terakhir, tetap saja saya merasa puas dan merasa ini adalah salah satu kebanggaan untuk saya setidaknya di awal tahun ini karena saya bisa mencapai bigger goal dari yang biasa saya lakukan. tidak pernah terbersit pada tahun lalu bahwa saya bisa lari sejauh 20Km, mendengarnya saja saya sudah mundur. tapi menyelesaikan project ini really boasting up my confidence. Ternyata kita bisa melakukan apa saja asalkan kita mau meskipun mungkin jalannya berat. Dan hal kudu wajib yang tentu yang tidak boleh dilupakan adalah sesi foto-foto bersama hingga akhirnya kami berpisah untuk kembali ke tempat masing-masing.

Sesi foto setelah lari
Terima kasih kepada teman-teman yang telah mengikuti project lari ini :
Peter Mark - Ivan Matthew - Michael Reinhard - Joseph Radyaputra - Kurniawan Bambang - Erwin Kristanto - Norman Chandra - Alex Pondaag -  Richard Devin - Troy - Joshua Nafi - Aries Wisnu -  Sammy Mandik - Dianto - Levy Wibowo - Akhsa Ariani. Sampai ketemu di project lari berikutnya ya! 

---------------------------------------

Saya baru sadar ternyata yang paling berat sebenarnya adalah proses SETELAH lari dimana seluruh tubuh saya remuk rasanya! Telapak kaki sakit seluruhnya, otot selangkangan mau putus (gak bisa ngengkang, bo, hihih), bahu pegal, lutut mau putus, kepala agak pusing karena kurang tidur. Mau mati rasanya, dan saat saya menulis ini, badan saya masih remuk rasanya. Tetapi seperti quote di awal blog thread ini, akan datang hari dimana saya tidak akan dapat berlari, tetapi hari itu bukanlah hari ini. (Mudah-mudahan esok badan ini akan segar kembali. Amin.)